[3] Rain

6.2K 639 35
                                        

Hujan yang turun bersamaan dengan gumpalan kecil salju menambah kebekuan siapapun yang tinggal. Begitupun dengan hati seorang wanita dengan rambut cokelat bergelombang, Hermione Granger. Kehidupannya begitu sepi. Tidak ada lagi canda dan tawa. Sekarang, hanya ada tawa dan senyum paksaan darinya.

Kantung mata menghitam, wajah pucat, dan dia nampak lebih kurus dari sebelumnya. Rasa-rasanya dia sudah berubah menjadi zombie berjalan.

Tapi tidak. Ini bukan dirinya. Ia wanita yang kuat. Begitulah pandangan kedua buah hatinya. Dan Ia berjanji tidak akan merusak kepercayaan itu. Ibu mereka adalah seorang yang kuat.

Hermione duduk didepan cermin sambil memoleskan pelembab diseluruh wajahnya. Ia pun menambahkan bedak lebih banyak dibawah kantung matanya yang menghitam. Bibir mungilnya pun tak lupa Ia poleskan lipstik. Sederhana memang. Ya, tapi ini lah dia. Hermione Granger.

***

"Kau harus menjalani perawatan yang lebih insentif lagi, Hermione"

Hermione tertunduk. "Apa aku masih bisa disembuhkan, dokter?"

"Tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan"

Hermione mengangguk lalu berpamitan. Ia pun meninggalkan tempat yang selalu Ia singgahi selama satu tahun belakangan ini.

Kanker otak. Penyakit yang selama ini menggerogoti tubuhnya. Ia ingin sembuh. Tapi untuk pengobatan penyakitnya itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Semenjak kelahiran Hugo, Hermione sudah berhenti bekerja. Sekarang Ia tidak punya banyak uang untuk membayar biaya rumah sakit. Ia harus mulai berusaha dari sekarang. Entah dari mana Ia akan mendapatkan uang. Ia hanya bisa berdoa, semoga semuanya dilancarkan.

***

Draco melonggarkan kaitan dasi yang terasa mencekik dirinya. Ia pun menyandarkan dirinya di sandaran kursi putarnya. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal-pegal.

Pria itu terasa pening karna semua masalah yang Ia hadapi saat ini. Masalah kantornya yang tak kunjung selesai, belum lagi masalah percintaannya yang sialan itu.

"Butuh kehangatan, Tuan Malfoy?"

Draco membuka matanya yang sejak tadi terpejam. Kini di depannya duduk Blaise dengan gaya angkuhnya.

Draco menegakkan tubuhnya, "Sejak kapan kau masuk ke ruanganku?" Tanyanya bingung. Karna sedari tadi Ia yakin tidak mendengar ada bunyi pintu terbuka.

"Sejak tadi" jawabnya.

"Lewat apa kau masuk?" Draco menoleh kearah jendela yang ternyata masih terkunci rapat.

"Ya, lewat pintu. Kau kira aku ini penyihir yang bisa keluar masuk ruangan dengan cara menghilang?" Blaise terkekeh.

Draco kembali menyandarkan punggungnya pada kursi. Tidak peduli lagi dari mana Blaise bisa masuk.

"Sepertinya kau sedang banyak masalah, sampai kau tidak menyadari aku sudah ada disini" Ujar Blaise.

Draco mendelik, "Kau tidak punya televisi atau koran dirumah? Berita tentang ku sudah ada dimana-mana"

"Ya ya ya, CEO duda yang tampan dan terkenal. Mana mungkin tidak ada yang tahu tentang kabar dari seorang Draco Malfoy" sindir Blaise.

Last Love [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang