Jilid 06 : Penyerbuan Keluarga Hoan ke Pah-to-san-ceng

5.8K 65 4
                                    

"Baik! Akan kucoba sampai di mana kehebatan ilmu pukulan orang gila seperti kau ini!" bentak Tui hun-leng sambil merentangkan tangan tunggalnya, secepat kilat ia hantam dada paman Lui.

 Angin pukulan menderu, udara serasa sesak, sungguh mengejutkan daya pukulannya. Paman Lui tetap tersenyum, ia berdiri tegak kukuh bagaikan bukit, walaupun serangan musuh amat dahsyat, akan tetapi ia seperti tidak menghiraukannya.

Pukulan Tui-hun-eng tampaknya segera akan bersarang di dada paman Lui, tapi pada detik terakhir itulah mendadak pikulan telapak tangan berubah menjadi cengkeraman. Segara ia hendak mencengkeram bagian mematikan di perut paman Lui.

Tian Pek ikut tegang melihat kelihaian serangan tersebut, ia tak menduga hanya dengan satu tangan ternyata Thi-hun-leng Sum Keng mampu melancarkan serangan yang beraneka ragam dalam waktu sekejap.

Tapi paman Lui tetap berdiri tegak, ia sama sekali tak gugup oleh ancaman maut tersebut. Ia tunggu begitu cengkeraman lawan mendekat dadanya, mendadak ia bergerak, begitu cepatnya sampai Tian Pek tidak dapat mengikuti dengan jelas.

Dia merasakan pandangannya jadi kabur dan tahu2 paman Lui telah lolos dari cengkeraman musuh, berbareng itu pula telapak tangan kanan paman Lui bagaikan golok membacok jalan darah "Hong-hu-hiat" di belakang kepala kakek botak itu, sedang kaki kirinya mendepak Wi sui-hiat bagian perut, satu jurus dua gerakan, cepat dan lihainya luar biasanya.

Paman Lui bertarung dengan tangkas, serangan dibalas dengan serangan lebih hebat, pukulan dan tendangan digunakan sekaligus. Tian Pek amat tertarik, ia mengikuti pertarungan itu dengan cermat.

Dalam pada itu si kakek botak sempat melompat jauh ke samping, ia berhasil lolos dari suatu pukulan paman Lui yang maha dahsyat, ia menjadi murka, matanya merah membara dan wajahnya menyeringai seram.

Tanpa bicara, kembali si kakek botak menerjang maju.

Pertarungan sengit segera berkobar pula, dua orang itu sebentar bergebrak sebentar berpisah, semuanya dilakukan dengan gerak cepat dan jurus serangan ampuh.

Tian Pek sampai kabur pandangannya menyaksikan pertarungan itu, iapun kegirangan hingga niatnya menolong orang judi terlupakan. Matanya terbelalak, mulutnya melongo, tanpa berkedip dia ikuti semua jurus pertarungan yang dikeluarkan kedua orang itu.

Pepatah bilang: "Bisa menyaksikan jago lihai bertempur, lebih untung daripada berguru selama tiga tahun".

Tian Pek sangat mendambakan ilmu silat yang tinggi untuk membalas dendam Kematian ayahnya, sayang selama ini tak pernah bertemu dengan guru yang pandai, ilmu silat yang sempat dipelajari-pun tak lebih cuma silat kampungan yang kasar, untuk menjagoi dunia persilatan tentu saja masih terpaut jauh sekali untung paman Lui menyekapnya di dalam gua batu itu, bahkan memberinya kitab paling sakti di kolong langit itu, walaupun cuma meraba-2 dalam kegelapan toh akhirnya kepandaian tersebut berhasil dikuasainya.

Sekalipun tenaga dalam yang dia miliki sekarang sudah mencapai tingkatan tinggi, apalagi telah digembleng pula oleh suara seruling maut dan pukulan dahsyat Leng hong Kongcu yang tak kenal ampun, tapi sayang ia belum tahu cara bagai mana menggunakan ilmunya.

Kini terpampang kesempatan yang sangat baik baginya untuk menikmati pertarungan antara dua tokoh silat sakti, tentu saja dia terkesima dan lupa daratan, setiap gerak tipu kedua jago sakti itu benar benar membuatnya keranjingan.

Baik paman Lui maupun Tui hun leng Suma Keng sama tergolong jago lihai dari dunia Kangouw, tenaga dalam mereka sempurna dan Kungfunya tinggi, walaupun mereka sama2 dihargai di Pah to-san ceng, tapi dalam hati masing2 saling tidak mau kalah.

Hanya semasa damai saja mereka bisa rukun dan berteman, dikala pertengkaran tak bisa dihindari lagi, maka merekapun saling menyerang tanpa kenal ampun.

Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang