Jilid19 : Liu Cui-cui meninggalkan Tian Pek

4.7K 55 2
                                    

Waktu berada di udara, genta maut diputarnva Tiing, tiing! disertai suara keleningan yang memekak telinga, segera ia menghantam batok kepala Ji-lopiautau.

Terperanjat jago tua itu, dia tak menyangka Suma Keng begitu bertemu lantas menyerang.

Cepat ia mengegos ke samping sambil berganti langkah, dengan jurus Ciu-cu-cam-kau (Ciu Cu memenggal naga) ia balas bacok pinggang Tui-hun-leng dengan pukulan telapak tangan bajanya.

"Serangan bagus!" seru Suma Keng.

Ia meluncur turun, ujung kaki memancal dan melesat ke samping, keleningan mautnya berputar setengah lingkaran dan menghantam dada Ji-lopiautau dengan jurus Ciu-ling-keng-liong (getaran keleningan mengejutkan naga).

Suma Keng tidak malu disebut jago tangguh dari Pah-to-san-ceng, bukan saja cepat dalam gerakan, jurus serangannya juga aneh dan lihay.

Ji-lopiautau terperanjat, cepat dia putar telapak tangannya dan memukul terlebih gencar, di tengah deru angin pukulan dan deringan keleningan, dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung puluhan gebrakan.

Agaknva kekuatan mereka seimbang, untuk sesaat sukar menentukan menang dan kalah.

Gin-siau-toh-hun Ciang Su-peng mengikuti jalannya pertarungan itu dari samping, diam-diam ia mengerutkan dahi, mereka masih ada tugas penting lain yang harus diselesaikan dengan cepat, bertarung cara begitu ielas tidak menguntungkan mereka.

Akhirnya habislah kesabaran Tok kak-hui-mo Li Ki, sambil membentak ia lantas terjun ke gelanggang untuk mengerubuti Ji-lopiautau.

Ilmu silat Congpiautau Yan-keng-piaukiok ini memang terhitung tinggi, ia berhasil mengimbangi permainan keleningan maut Tui-hun-leng secara gigih, tapi setelah Tok-kak-hui-mo ikut terjun ke dalam gelanggang, seketika dirasakan betapa berat daya tekanan musuh, walaupun demikian, jago tua ini pantang menyerah, ia masih melayani terus serangan musuh dengan gigih.

Dalam sekejap mata, belasan gebrakan kembali sudah lewat....

Gin-siau-toh-hun jadi gelisah melihat serangan gabungan Se-pak-siang-jan ternyata tidak mampu merobohkan seorang Piausu tua. Dengan dahi berkerut dia menempelkan seruling peraknya di bibir, lalu ditiupnya: "Tuuit... tuuit.... Tuuit !"

Nyaring suaranya dan rendah nadanya, membuat hati orang jadi pedih dan hilang semangat!

Terperanjat Ji-lopiautau, pikirannya mulai dikuasai oleh pengaruh irama seruling itu, ia se-olah2 merasa dirinya sudah tua dan tak ada gunanya memperebutkan nama serta kedudukan dengan orang lain, makin lama pikirannya makin kabur, otomatis gerak serangannya menjadi lamban!

Suma Keng tahu ada kesempatan baik, segera ia manfaatkan peluang itu. Keleningan maut berputar, diiringi denging keleningan yang tajam ia hantam muka Ji-piautau dengan jurus Ci-hun-to-pok atau sukma hilang jiwa melayang.

Terkejut Ji-lopiautau ketika tiba2 mendengar desingan angin yang menyambar wajahnya, ia tersadar kembali dari pengaruh suara seruling, ketika dilihatnya cahaya kuning sudah berada di depan mata, sebisanya ia mendoyong ke belakang, sehingga lolos dari ancaman maut.
Cukup cekatan cara Ji-lopiautau menghindarkan sergapan Tui-hun-ling itu, tapi dia lupa di sampingnya masih berdiri seorang musuh, yakni Tok-kak-hui-mo.

Melihat tubuh Ji-lopiautau doyong ke belakang, cepat Li Ki melejlt, dengan kaki tunggalnya ia depak ulu hati jago tua itu sambil membentak: "Kena!"

Kontan Ji-lopiautau mencelat dan roboh tak sadarkan diri.

Untung tendangan itu tidak mengenai bagian tubuh yang mematikan, sekalipun demikian cukup membikin pingsan jago tua itu. Suma Keng memburu ke sana dan mencengkeram tubuh Ji-lopiautau sekalian ditepuk lagi jalan darah tidurnya.

Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang