Jilid 05 : Buyung Hong Membuat Aib Keluarga Ti-seng-jiu

3.9K 54 1
                                    

Sekujur badan Tian Pek bergetar keras, ia tersadar kembali dari pengaruh suara seruling, dengan ter-mangu2 dipandangnya dara baju hitam itu, untuk sesaat ia seperti tidak tahu apa yang baru terjadi atas dirinya?

Rupanya ketika mendorong tubuh pemuda itu, diam2 Buyung Hong telah menotok Ce tay hiat dan Ki hu hiat di dada Tian Pek, getaran itu seketika menyadarkan anak muda itu dari pengaruh irama seruling.

Melihat pemuda itu sudah mendusin. Buyung Hong berseru lagi dengan lantang: "Gin-siau-toh-hun-ciang locianpwe akan menggunakan ilmu seruling im-mo-toh-hun siau-hoat untuk beradu kepandaian denganmu, kau merasa punya kemampuan untuk menerimanya tidak? Kalau tahu kekuatan sendiri belum memadai, lebih baik janganlah mencari penyakit."

Buyung Hoog kuatir kalau Tian Pek tak sanggup menahan serangan orang sehingga terluka, dengan ucapan tersebut ia sengaja memperingatkannya betapa lihay dan ampuhnya ilmu seruling "im-mo-toh-hun-siau-hoat" Ciang Su-peng itu, maksudnya agar TIan Pek jangan terlalu memaksa diri, kalau ia tidak terima tantangan tersebut, dengan kedudukan Ciang Su-peng dalam dunia persilatan tentu tak akan turun tangan untuk membinasakan seorang angkatan muda tanpa perlawanan.
Sayangnya Tian Pek telah salah artikan maksud baik dara baju hitam itu. Terpengaruh oleh irama Seruling yang ampuh, pemuda itu terjerumus dalam kesedihan yang luar biasa, rasa sedih yang kelewat batas membuat ia putus asa dan kecewa, hampir saja hawa murninya buyar dan tubuhnya menjadi cacat.

Seandainya Buyung Hong tidak pandai melihat gelagat dan segera menghentikan permainan seruling "im-mo-toh-hun-siau-hoat" Ciang Su-peng tadi niscaya Tian Pek sudah terluka oleh irama "iblis pembetot sukma" tersebut.
Walaupun sepintas lalu keadaan tidak kelihatan berbahaya, tapi sebenarnya Tian Pek seperti baru saja berputar sekeliling di pintu neraka.
Setelah Tian Pek sadar dari pengaruh seruling dan mendengar ucapan Buyung Hong , ia salah paham dan mengira gadis itu memandang enteng padarnya, dengan alis berkerut ia berkata: "Aku orang she Tian tidak lebih hanya angkatan muda di dunia persilatan, bisa mendapat kehormatan untuk mencoba keampuhan ilmu seriling "im-mo-toh-hun-siau-hoat" dari Ciang-cianpwe, hal ini merupakan sartu kebanggaan bagiku, kendati aku bukan tandingannya, sekalipun mati juga mati dengan bangga"

Rupanya anak muda itu salah mengartikan maksud Buyung Hong, setelah medusin dari sadihnya, diam ia menegur diri sendiri: "Tian Pek, wahai Tian Pek! Lebih baik kau mati daripada merusak nama baik keluarga, betapa gagah perwiranya ayahmu sewaktu malang-melintang di utara dan selatan sungai dengan kesaktian pedang hijaunya? Sekalipun tak dapat meniru kegagahan ayahmu, paling sedikit jangan mandah dihina orang!"

Dua puluh tahun yang lalu Gin-siau-toh-hun Ciang Su-peng pernah merobohkan Tionggoan-sam-lo tiga pemimpin dunia. persilatan di puncak Hoasan, sejak Itu namanya tersohor di-mana2. dia di segani dan semua orang menaruh hormat kepadanya.

Tian Pek sendiri bukannya tak tahu kelihayan orang, tapi ia bertekad untuk mengadu jiwa, ia merasa lebih berharga mati di tangan seorang kenamaan daripada mandah dihina, karena itu tanpa ragu ia sambut tantangan jago lihay itu.
"Bagus! Sungguh mengagumkan!" puji Ciang Su-peng dengan muka berseri, "jika demikian, silahkan engkoh cilik menikmati sebuah laguku lagi"

Dengan santai jago tua itu lantas duduk di atas sepotong batu, ditatapnya pemuda itu sekejap sambil tersenyum, lalu ia tempelkan serulingnya dibibir dan mulai memainkan "irama pembetot sukma". .

Dengan gemas Buyung Hong molotot orang tua itu sekejap, sia2 ia gelisah, namun tdk mampu mencegah.

Semua orang telah mundur jauh ke sana, dengan prihatin mereka berharap akan menyaksikan pertunjukan irama maut itu. Irama seruling mulai berkumandang. Kali ini iramanya tidak sesedih tadi.

Irama yang dimainkan sekarang bernada gembira dan lincah, ibarat bunga berkembang di musim semi membuat hati orang jadi lega dan bersukaria, seakan2 ada seorang pemuda yang menanti kekasih nya di taman bunga, lalu mereka menari, bernyanyi bersama dengan riang gembira, kemudian mereka saling berpelukan dengan mesra, penuh kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan.

Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang