Jilid 24 : Kitab Pusaka yang Menjadi Pusat Perhatian

4.6K 50 3
                                    

Wan-ji tak tahu kelihayan musuh, serangan Ciong-nia-ci-eng segera ditangkis-nya dengan gerakan Ni-hong-soh-liu (hembusan angin menggoyangkan ranting liu yang ramping).

Sebelum kedua tangan beradu. Wan-ji merasakan embusan hawa panas menyapu ke mukanya, sekujur tubuh nona itu gemetar keras, ia merasa kulitnya bagaikan terbakar dan tulangnya terasa linu dan sakit sekali.

"Celaka . . . . " keluh Wan- ji di dalam hati, ia ingin menghindar, tapi sayang, kemauan ada tenaga tak sampai, terasa lemas dan terkulai ke tanah, ia jatuh pingsan.

Melihat musuh sudah roboh, Ciong-nia-ci- eng tertawa seram, ter-kekeh2 tak sedap didengar, tangannya yang kurus kering tinggal kulit membungkus tulang tiba2 dipercepat dan menghantam batok kepala Wan-ji.

Gembong iblis itu sungguh keji dan tak kenal kasihan, jika pukulan itu sampai bersarang di tubuh Wan-ji, niscaya gadis cantik itu akan hancur ....

"Tahan . . . . !" mendadak terdengar bentakan menggelegar, menyusul segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat menerjang Oong-nia-ci-eng.

Terkesiap si elang sakti, pukulan Ku-kut-ciang cukup lihay, namun ia tak berani menyambut pukulan tersebut dengan kekerasan.

Waktu itu telapak tangannya sudah dekat di atas kepala Wan-ji, tapi angin pukulan yang dahsyatpun sudah dekat pinggangnya, dalam keadaan begini iblis tua itu harus lebih dahulu menjaga keselamatan sendiri. 

Cepat dengan gerakan Kang-sitiau (loncatan mayat hidup), tanpa kelihatan bergerak, tahu2 ia melompat satu tombak kesamping.

Kiranya Tian Pek yang telah memaksa mundur Ciong-nia-ci-eng dan menyelamatkan jiwa Wan-ji, setelah musuh terdesak mundur, cepat ia merangkul tubuh si nona, ia terkejut setelah menyentuh tubuh Wan-ji yang panas separti terbakar, tanpa pikir ia tutuk tujuh Hiat-to penting di tubuh Wanji agar urat nadi nona itu tidak sampai terganggu.

Dalam pada itu paman Lui, Buyung Hong, Leng-hong Kongcu, Toan-hong Kongcu beserta Mo-gwa-sin-kun Hek-lian Ing, yaitu kakek berambut panjang yang datang bersama Leng-hong Kongcu itu, telah memburu maju, merekalah yang paling memperhatikan keselamatan Wan-ji.

Setelah tahu Wan-ji terluka parah, paman Lui menjadi murka, dengan pukulan Thian-hud-ciang ia hantam Ciong-nia-ci-eng.

Meskipun serangan itu cukup lihay, tapi Ciong-nia-ci-eng sama sekali tak gentar, ia tertawa dan menyambut serangan tersebut dengan Ku-kut-ciang.

Sebelum serangan tiba, paman Lui merasakan hembusan hawa panas lebih dulu, ia terkejut, ia tahu angin pukulan lawan beracun, ia tak berani menyambut dengan kekerasan, cepat ia mengegos ke samping.

Hampir bersamaan waktunya Leng-hong Kongcu dan Buyung Hong juga menerjang maju, tapi merekapun terdesak mundur oleh angin pukulan lawan yang dahsyat.

Toan-hong Kongcu tak mau ketinggalan, dengan ilmu jari Kun-goan-ci andalan keluarganya, cepat ia menutuk Sam-yang-hiat musuh.

Tak gentar Ciong-nia-ci-eng menghadapi kerubutan musuh yang begitu banyak, ia tertawa seram, Ku-kut-ciang dikambangkan sedemikian rupa hingga dalam sekejap terasalah hawa panas bergolak.

Im-san-ci-long tidak tinggal diam menyaksikan Ciong-nia-ci-eng dikerubut onang banyak, ia membentak, dengan Ciang-jin-jiat-bok, bacokan telapak tangan yang setajam pisau, langsung ia membacok bahu Toan-hong Kongcu.

Sebagai pernah disinggung di atas, Im-san-ci-long merupakan manusia paling licik di antara rekan-rekannya, setelah mengetahui Toan-hong -Kongcu tak lain adalah ketua perkumpulan pengemis, timbul niatnya untuk membekuk pemuda itu lebih dulu, kemudian baru memaksa perkumpulan pengemis untuk menuruti segala perintah dan kemauannya.

Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang