Sin-kau Tiat Leng menghela napas panjang, bibirnya bergetar seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi tak tahu darimana ia mesti mulai berbicara, untuk sesaat jago tua itu jadi gelagapan sendiri.
Tang Cian-li segera berkata lagi: "He, monyet tua, bagaimanapun Tian In-thian sudah mati, sedangkan kita juga tak akan hidup lama lagi di dunia ini, masa ada sesuatu yang hendak kau rahasiakan?"
Setelah didesak berulang kali, akhirnya Sin-kau menghela napas dan berkata: "Ai, kalau diceritakan, mungkin kaupun tidak percaya, selama hidupku kuanggap ilmu silatku paling top dan tiada tandingannya di dunia ini, tak disangka aku menderita kekalahan satu jurus di tangan Tian In-thian!"
"Aku percaya penuh pada perkataanmu, sebab bila Tian In thian masih hidup, tentu akupun bukan tandingannya," kata Sin-lui.
"Setan tua penunggang keledai, jadi kau anggap ilmu silatmu jauh lebih lihay dibandingkan ilmu silatku?" kontan Sin-kau mencaci maki.
Tang Cian-li tidak menyangka rekannya sedemikian besar ambisinya ingin menang, ia tersenyum getir dan berkata: "Bila ilmu silatku lebih tinggi daripadamu, tak nanti hasil pertarungan ini berakhir dengan sama2 terluka. Sudah hampir mampus saja, kenapa mesti ribut urusan yang tak ada gunanya. Hayo, lanjutkan saja ceritamu!"
Setelah rasa marahnya agak mereda, Sin-kau melanjutkan kisahnya.
"Beberapa puluh tahun yang lalu, Tian In-thian berkunjung ke tempat pertapaanku di Le-kun-san, dia bilang hendak meminjam sebentar mutiara sakti penolak air milikku, meskipun permintaan itu di ajukan secara halus dan sopan, akan tetapi mutiara penolak air itu adalah benda mestikaku, memangnva benda tersebut boleh dipinjam orang seenaknya? Selain itu, ia tidak mengemukakan alasannya, hanya menjamin mutiara tersebut pasti akan dikembalikan, bahkan ia menjamin dengan nama baik Kanglam jit-hiap!
"Ketika kuketahui bahwa Tian In-thian tak lebih cuma seorang pendekar muda yang baru menonjol di dunia pcrsilatan, aku lebih2 tak sudi meminjamkan benda mestika itu kepadanya. Pikirku, jika mutiara penolak air kupinjamkan, maka di dunia persilatan pasti akan tersiar berita se-olah2 aku keder pada nama kebesaran Kanglam jit hiap. Karena itulah kuajukan syarat dengan adu kepandaian, bila dia berhasil mengalahkan aku, maka mutiara penolak air itu akan didapatnya, sebaliknya bila dia kalah, maka jangan harap bisa meninggalkan Le-kun-san dengan hidup."
"Akhirnya kau si monyet tua ini dibikin keok oleh Tian In-thian, bukan?" sela Tang Cian-li tiba2.
"Setan tua, dengarkan dulu!" kata Sin-kau dengan mendongkol, "setelah syaratku disetujui, maka selama tiga hari tiga malam kami bertarung sengit di depan gua Kiu-ci-tong Le-kun-san, keadaannya persis seperti apa yang kita alami sekarang, cuma ia tidak terluka waktu itu. Ketika pertarungan sudah berlangsung sampai puncaknya, pedang hijaunya berhasil meninggalkan goresan di depan dadaku. tapi hanya merobek satu jalur panjang pada pakaianku dan tidak sampai melukai kulit dagingku, kutahu dia sengaja memberi kelonggaran padaku, akan tetapi hal ini bagiku jauh lebih tersiksa daripada ia membinasakan aku. Segera aku berteriak: 'Tian In-thian, mengapa tidak sekalian kau bunuh aku. Cepat binasakan aku!'"
"Akhirnya, Tian In-thian tidak membunuh kau?" kembali Tang Ciang-li menyela.
"Omong kosong!" jerit Sin kau dengun penasaran, "bila dia membunuh diriku waktu itu, hari ini tentu aku tak akan bertarungan denganmu hingga sama2 terluka begini, justru karena ia tidak membunuhku, maka aku lebih menderita, seperti yang dijanjikan, mutiara penolak air itu kuserahkan kepadanya, kutantang pula untuk bertempur lagi tiga tahun mendatang di tempat yang sama."
Kembali "monyet sakti" ini berhenti sebentar, kemudian melanjutnya: "Setelah dia pergi, aku lantas menutup diri untuk meyakinkan beberapa macam ilmu sakti. Ai, siapa sangka ketika latihanku mencapai tingkat yang paling kritis dan tak bisa melakukan sesuatu karena sedang total bermeditasi, dua orang muridku telah membawa lari kitab pusaka 'Sin-kang-pit-kip', hal mana membuat aku mengalami kelumpuhan total, setelah kakiku kukutungi, kedua murid murtad itu kabur membawa kitab pusaka, malahan sebelum pergi mereka menyumbat guaku dengan harapan agar aku mati kelaparan di dalam gua "

KAMU SEDANG MEMBACA
Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu Long
Ficção GeralTian Pek dalam rangka menuntut balas kematian ayahnya pada mulanya bekerja sebagai piausu. Untuk meningkatkan kepandaian silatnya ia mendapat kitab silat maha aneh dari salah seorang pamannya yang disamarkan dalam gambar-gambar yang "hot". Untuk da...