Jilid 11 : Duel Kakek Keledai Sakti dan Kakek Monyet Sakti

4.7K 59 1
                                    

Dentingan nyaring terjadi secara beruntun, sebagian senjata rahasia itu berhasil dirontokkau oleh angin pukulan dahsyat tersebut, tapi ada pula beberapa batang di antaranya berhasil menembusi angin pukulan jago tua itu dan tetap meluncur cepat dan menyambar tubuh Tian Pek.

"Cring! Cring! Cring!" terdengar dentingan nyaring menggema di udara menyusul terjadinya percikan bunga api.

Rupanya Kim Cay-hong telah bertindak, iapun melepaskan tiga buah Cinghu-piau untuk melontokkan senjata rahasia Beng Ji-peng.

Meskipun tiga senjata rahasia itu berhasil dipukul jatuh, namun masih ada empat Cung-hupiau lain yang melucur ke depan dengan kecepatan penuh, dua buah mengancam bahu Tian Pek sedangkan dua lagi mengancam kedua kakinya.

Dalam keadaan begini, tak sempat lagi bagi Kim Cay-hong untuk ambil senjata rahasia, dengan cemas ia pandang ke sana dan tak tahu apa yang akan terjadi.
Tapi Tian Pek mengelak kekanan dan mengegos ke kiri, tiga senjata rahasia itu dapat dihindarkan dengan baik tapi akhirnya ada sebuah yang tak terhindar. "Cret!" senjata rahasia itu bersarang pada bahunya, darah segar lantas mancar keluar.

Kejadian itu lambat untuk diceritakan, tapi semuanya berlangsung dalam sekejap, begitu menyaksikan Tian Pek terluka, semua orang melengak, kecuali sebagian kecil hampir semua orang merasa tidak puas atas tindakan Beng Jipeng itu.
Sebab tadi kalau Tian Pek bermaksud membunuhnya, maka ujung pedang yang telah menempel pada tenggorokannya cukup didorong sedikit ke depan dan pemuda itu pasti sudah mampus, namun Tian Pek telah menuruti nasihat dan melepaskan lawan. Tapi kesempatan itu malah digunakan Beng Ji peng untuk menyerang Tian Pek secara keji, tindakan semacam ini bagi orang Kangouw boleh dikatakan sangat memalukan.

Tapi Beng Ji peng adalah murid kesayangan Cing-hu-sin, pemilik istana keluarga Kim, kedudukannya hampir sederajat dengan Siang lin Kongcu, tindakannya yang rendah dan memalukan ini sungguh tak terduga oleh siapapun juga.
Tian Pek segera merasakan hawa dingin merasa tulang, segera ia tahu senjata rahasia itu beracun.

Meskipun sakitnya tidak kepalang pemuda itu tidak mengluh, ia mengertak gigi dan mencabut senjata rahasia itu.

Kim Cay-bong menghampiri anak muda itu sambil memberi sebutir obat, katanya dengan pedih: "Tian-siauhiap, lekas bubuhkan obat ini pada lukamu, kalau tidak.........."

Tian Pek berdiri dengan muka menyeringai, matanya melotot penuh kegusaran, darah menetes keluar dari kelopak matanya dan membasahi pipinya, sementara Cing-hu-piau yang berlumuran darah masih targenggam di tangannya, ia tidak menghiraukan perkataan anak dara itu.

Terperanjat Kim Cay hong melihat keadaan Tian Pek. "Tian siauhiap?" katanya dengan gemetar, janganlah beginI, perbuatan Suhengku memang tak benar. Biar engkohku pulang pasti akan kulaporkan kejadian ini kepadanya, akan kuminta kakak memberikan keadilan secara bijaksana."

Dengan lembut dan penuh kasih sayang dia menggenggam lengan kiri Tian Pek, setelah merobek pakaian disekitar luka obat penawar tadi dibubuhkan pada lukanya, pelahan ia memijit sekitar luka yang membengkak itu .......

Tian Pek tetap berdiri mematung, sorot matanya yang penuh kemarahan memandang jauh ke sana, seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat menyedihkan, tapi orang lain tak tahu apa yang sedang dipikirnya?

"Hmmm!" Beng Ji-peng mendengus ketika melihat Kim Cay-hong bersikap begitu mesra terhadap musuhnya, api cemburu kembali membakar hatinya, rasa bencinya terhadap Tian Pek semakin menjadi, pelahan ia merogoh kantong dan siap mengarnbil senjata rahasia lagi.

Tiat-pi-to-liong menyaksikan perbuatan anak muda itu, dengan gusar ia membentak: "Ji-peng, apa yang hendak kaulakukan? Masa kau tak tahu malu. Apakah perlu aku si bungkuk turut campur persoalan ini ....?"

Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang