"Titli pernah melihat sendiri isi kitab itu, sesungguhnya kitab tersebut memang tak pantas diperlihatkan kepada umum . . . ." kata Buyung Hong, sampai di sini tanpa terasa ia terkenang kembali peristiwa masa lampau, ketika ia merampas kitab itu dari tangan Tian Pek di gua rahasia di bukit Siau-kut san, bila membayangkan kembali isi kitab itu, merahlah muka nona itu.
Tapi dengan cepat ia menyadari betapa gawatnya masalah yang sedang dihadapi, ujarnya lebih jauh: "Tanpa sengaja Titli mendengar orang sedang berunding untuk merampas kitab itu dan melakukan tindakan yang tidak menguntungkan engkoh Tian, maka malam ini paman dan engkoh Tian harus hati-hati!"
Tian Pek tertegun, ia tak menyangka maksud baiknya akan mendatangkan banyak persoalan dan berbagai kesulitan bagi diri sendiri, ia berseru keheranan: "Ah, masa ada kejadian semacam itu?"
"Siapakah orangnya? Berasal dari perguruan mana?" tanya paman Lui dengan muka serius."Tadi secara kebetulan Titli lewat depan sebuah kamar rahasia di halaman belakang sana, tanpa sengaja kudengar samar2 seorang sedang berkata: 'Kitab nomor satu di kolong langit itu . . . . harus kita rampas.. . bila perlu orang she Tian itu. . .aku ingin mendengarkan lebih lanjut, tapi rupanya merekapun cerdik, seorang lagi lantas mengalangi rekannya berbicara lebih jauh, karena itu akupun tak tahu siapa yang berkumpul di ruang rahasia itu!"
"Siapa yang bertugas ronda di sekitar tempat ini?" tanya Tian Pek.
"Anak murid perkumpulan pengemis!"
Dengan wajah serius paman Lui bangkit berdiri, tiba2 katanya: "Aku akan mencari Hong-jan-sam-kay dan menanyakan soal ini, ingin kuketahui siapakah yang bermaksud menimbulkan keonaran ini?"Pada saat itu tiba-tiba Wan-ji masuk dan mencegah niat paman Lui, katanya: "Paman jangan tegur mereka, bukan pihak perkumpulan pengemis saja yang mempunyai maksud jahat, boleh dibilang semua orang bermaksud busuk, asal malam ini kita berjaga-jaga dengan ketat, kukira cukuplah."
Setelah bersemadi seharian, luka Wan-ji telah sembuh kembali, kesehatannya telah pulih seperti sediakala, wajahnya tampak segar dan mempesona.
"Adik Wan, apakah kau juga menemukan sesuatu?" tanya Tian Pek cepat.
"Ehm, saat ini orang2 itu secara bergerombol sedang merundingkan sesuatu, mereka terdiri dari ber-kelompok2, meskipun tidak kuketahui apa yang mereka rundingkan, tapi sudah pasti takkan terlepas dari soal merampas kitab pusaka Soh-kut-siau-hun-thian-hut-pi-kip itu!"Sekarang Tian Pek baru menyesal, ia tak menyangka maksud baiknya untuk menyelamatkan dunia persilatan justeru malah menimbulkan banyak kesulitan bagi diri sendiri. rasa kecewa jelas terpancar pada wajahnya.
Sementara itu paman Lui berkerut dahi sambil berseru dengan gusar: "Kurangajar, mereka benar tak tahu diri. Kalau ada yang berani mencari gara2, pasti akan kuhajar mereka!"
Lalu dia berpaling kepada Buyung Hong dan Wan-ji seraya berkata lagi: "Sudahlah, kalian boleh kembali untuk beristirahat!"
Sepeninggal Buyung Hong dan Wan-ji, paman Lui berkata pula kepada Tian Pek: "Sudahlah kitapun beristirahat!"-Ia lantas naik pembaringan dan tidur.Tian Pek cukup kenal watak paman Lui, ia tak banyak bicara lagi, setelah memadamkan lampu iapun naik pembaringan.
Kedua orang ini memang berilmu tinggi dan bernyali besar, meskipun tahu bahaya akan mengancam, namun mereka tidak melakukan persiapan apa2, malahan setelah berbaring di pembaringan paman Lui lantas tidur mendengkur.Berbeda dengan Tian Pak, ia tak dapat tidur karena banyak persoalan yang berkecamuk dalam benaknya.
Dia teringat kembali sakit hati ayahnya, dengan susah payah ia engembara, tujuannya adalah membalas dendam, tapi tak tersangka musuh besarnya itu satu demi satu binasa, bukan dibunuh olehnya tapi dilaksanakan oleh orang lain, jadi usahanya dengan susah payah dan penderitaannya selama ini hanya sia2 belaka.Setelah pertarungannya melawan Hay-gwa-sam-sat dan Hek to-su hiong, rasa percayanya pada diri sendiri makin tebal, ia tahu kepandaian sendiri sudah cukup untuk menjagoi kolong langit ini. Sebagai pemuda yang berilmu tinggi, sepantasnya ia berjuang demi keadilan dan kebenaran bagi umat manusia, tapi sayang ia terbelenggu oleh janji sendiri dan tak mungkin baginya untuk mencampuri urusan dunia persilatan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu Long
General FictionTian Pek dalam rangka menuntut balas kematian ayahnya pada mulanya bekerja sebagai piausu. Untuk meningkatkan kepandaian silatnya ia mendapat kitab silat maha aneh dari salah seorang pamannya yang disamarkan dalam gambar-gambar yang "hot". Untuk da...