Jilid 23 : Rencana Su-kongcu melawan Lam-hay bun

4.5K 63 2
                                    

Pengemis pemabuk juga menimbrung sambil ter-bahak2: "Hahaha, Lui sinting, jangan kau kira si pengemis pasti miskin, melulu cupu2ku ini saja tak pernah kuisi dengan sembarangan arak. Tidak percaya? Buktikan sendiri, di cupu2 ini masih ada sepuluh kati arak Kui-ciu-mo, hayolah kita minum tiga ratus cawan..."

Dia lantas membuka tutup cupu2 itu dan digoyangkan di hadapan tamunya, bau barum segera menyebar ke udara dan terbukti isi cupunya memang arak wangi kelas satu.

Pengemis tuli yang ada disampingnya tiba2 pegang lengan rekannya dan menggoyang tangannya berulang kali sambil unjuk muka murung dan menirukan gaya orang sempoyongan, maksudnya minta pengemis pemabuk jangan minum, sebab kalau minum bisa mabuk lagi.
Dengan isyarat tangan pengemis pemabuk memberitahukan kepada pengemis tuli bahwa bukan dia yang akan minum, melainkan hendak mengundang paman Lui untuk minum.

Setelah mengetahui muksudnya, pengemis tuli mengangguk, lalu kepada paman Lui ia tuding sini, ulur leher dan melototkan mata, sampai sekian lama ia berblcara dengan bahasa isyarat.

Paman Lui tak tahu aps yang dimaksudkan untunglah pengemis pemabuk segera memberi penjelasan, barulah paman Lui tahu bahwa pengemis tuli mengundang tamu2nya unluk makan ayam pengemis", semacam masakan khas kaum jembel.
Paman Lui ter-bahak2, sambil mengangguk kepada pengemis tuli, sahutnya: "Hahaha, jangan kuatir, hari ini kami pasti akan bersantap sampai kenyang!"

Begitulah, sambil bergurau mereka menyusuri lorong itu, akhirnya mereka berbelok pada suatu tikungan dan sampailah di suatu tanab lapang yang luas.
Sekeliling adalah tanah persawahan yang tak bertepian, tepat didepan sana adalah sebuah bangunan besar, model bangunan itu mirip sebuah kuil, namun tiada patung pemujaan di situ, mirip pula tempat sembahyang abu keluarga, tapi tidak nampak pula tempat abunya.

Halaman luas di depan gedung itu sudah penuh dengan pengemis, ketika melihat Hong-jan-sam kay datang dengan membawa tamu, mereka lantas menyingkir dan berdiri dengan sikap hormat.

Setelah melewati halaman pekarangan, mereka masuk ruang tengah yang besar, dalam ruangan berduduk puluhan orang pengemis tua yang terbagi menjadi dua kelompok, masingZ kelompok duduk di atas lantai, tampaknya mereka termasuk kaum Tianglo yang berkedudukan tinggi.

Di dinding tepat ruangan tergantung sebuah lukiisn yang besar, lukisan itu menggambarkan seorang pengemis tua yang berbaju tambal sulam, bermuka kecil, beralis panjang dan berambut kaku seperti duri landak, maskipun duduk bersila, namun wajahnya berwibawa.

Di atas lukiian itu tertera beberapa huruf yang berbunyi: "Cikal-bakal perkumpulan Tiong-ciu-sin-kay Tang Tiau-tong"
Di bawah tertera pula tulisan yang berbunyi: "Dipersembabkan oleh murid Kay-pang angkatan kedua, Tan-cing-biau-jiu Ce Pek-tik".

Memang tak malu orang yang bernama Ce Pek-sik itu berjuluk Tan-cing-biau-jiu atsu pelukis ulung, sebab dilihat dari lukisannya yang setinggi beberapa kaki itu memang sangat hidup dan sedap dipandang, bisa diketahui bahwa kepandaian melukisnva amat sempurna.

Di depan lukisan itu terdapat meja sembahyangan dan teratur sesajian bebuahan, asap dupa menyelimuti udara dan menambah khitmadnya suasana.
Di kedua sisi meja sembahyang itu masing2 ber-duduk An-lok Kongcu yang terkenal romantis serta Toan-hong Kongcu yang susah dicari jejaknya, dari tingkat kedudukan mereka rupanya kedua Kongcu ini menempati kursi utama.

Hal ini membuat Tian Pek melenggong, apa-iagi dilihatnya pula seorang nona cantik di samping Toan-hong Kongcu sedang memandangnya lekat, ia tambah melongo.
Kiranya nona cantik itu bukan lain ialah Wan-ji yang jatuh cinta padanya itu.

Tergetar perasaan Tian Pek, timbul perasaan aneh demi menyaksikan Wan-ji duduk di sampiug Toan-hong Kongcu. perasaan aneh yang belum pernah dialami sebelumnya.
Wan-ji lincah dan polos, dia mencintai Tian Pek, adalah omong kosong jika dibilang Tian Pek tidak tahu. Tapi oleh pelbagai pihak, akhirnya ia dijodohkan kepada Buyung Hong, enci Wan-ji sendiri, tentu saja sejak itu Tian Pek terpaksa memendam cinta Wan-ji itu di lubuk hatinya.

Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang