Sekalipun tak senang hati, apa mau dikata lagi kalau kenyataannya memang demikian? Sebab itu menurut adat yang berlaku dalam dunia persilatan, barang siapa berhasil mendapatkan benda pusaka yang tak bertuan, maka dialah yang dianggap sebagai pemiliknya.
Ci-hay Siancu kuatir uraian Tian Pak akan menggugat hal milik Siau-lim-pay atas benda itu, bahkan akan membuyarkan pula persatuan dari sembilan besar, maka biji matanya lantas berputar, sambil menahan gelora perasaannya ia berkata lagi kepada pemuda itu:
"Siau-sicu, coba lanjutkan cerita menurut versimu! Bagaimanakah nasib kitab pusaka Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pit-kip itu selanjutnya? Dengan dibayangi oleh demikian banyak jago lihay belum tentu Ngo-jiau-leng-hou bisa melindungi kitab itu untuk selamanya meskipun untuk sementara berhasil ia rampas bagaimana kisah selanjutnya? Akhirnya kitab itu berhasil didapatkan siapa?""Bagaimana kisah selanjutnya aku kurang begitu tahu, sebatas yang kuketahui hanya terbatas sampat di sini saja!"
Mendengar itu, Ci-hay Siansu tertawa dingin: "Hehehe, kalau ucapan Siau-sicu ada kepala tanpa ekor, ini membuktikan bahwa kau sengaja mengarang cerita bohong untuk mengangkangi sendiri kitab pusaka itu!"Keadaan yang sebenarnya memang tak diketahui Tian Pek, sebab dari paman Lui ia hanya diberitahu sampai di situ saja, tapi sekarang ketua Siau lim-pay ini, memaki dan memfitnah seenaknya sendiri, 'kontan saja anak itu naik darah.
"Taysu, ingatlah pada kedudukanmu yang tinggi dan jangan merendahkan gengsimu sendiri dengan menfitnah orang seenaknya!"
"Hmm, orang persilatan mengatakan Siau-sicu jujur dan berjiwa besar, tapi setelah perjumpaan hari ini baru kuketahui bahwa apa yang tersiar di dunia persilatan tak dapat dipercaya!" seru Ci-hay Siansu pula dengan gusar.
"Apa maksud perkataanmu itu?" tanya Tian Pek."Sungguh mengecewakan Siau-sicu mempunyai nama pendekar, pada hakekatnya tak lebih adalah manusia munafik. Perbuatanmu ini sama dengan mencorengi nama baik Pek-lek-kiam Tian-tayhiap dimasa lalu . . . ."
"Tutup mulut!" bentak Tian Pek dengan gusar.
Dengan cepat Ci-hay Siansu mundur selangkah dia mengira musuh akan turun tangan, cepat telapak tangannya siap diangkat keatas, untuk menghadapi segala kemungkinan.Sebagai anak yang berbakti, Tian Pek benci bila ada orang menghina nama baik mendiang ayahnya, segera ia hendak melabrak orang, akan tetapi ketika tenaga pukulannya terhimpun, tiba2 teringat olehnya bahwa ia sudah berjanji pada pahak Lam-hay-bun untuk tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, maka hawa murni yang sudah dihimpun segera dibuyarkan kembali, telapak tangan yang sudah terangkat pelahan-lahan diturunkan.
"Hm, kuhormati Taysu sebagai seorang Ciangbunjin, tapi Taysu malah menghina mendiang ayahku, andaikata aku tiada janji dengan orang lain untuk tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, hm, tentu aku tidak sungkan2 lagi kepadamu! Sekarang akupun tak ingin banyak bicara hendaklah kalian segera tinggalkan tempat ini!" kata Tian Pek dengan gemas.Sebagai ketua Siau lim-pay, kedudukan Ci-hay Siansu di dalam dunia persilatan sangat tinggi dan terhormat, tapi sekarang di hadapan orang banyak ia dibentak oleh Tian Pek dengan kasar, hal ini membuat paderi tersebut jadi tertegun.
Tian Pek sendiripun tidak sungkan2, sehabis berkata ia tak pedulikan lawannya lagi dan segera berlalu.Tiba2 Bay-kut sian membentak: "Bocah keparat, jangan pergi dulu? Hmm, berani kau bersikap kurangajar terhadap ketua sembilan besar? Sambut dulu pukulanku ini!"
Di iringi bentakan nyaring, tubuhnya melambung ke udara, dari atas telapak tangannya menghantam punggung Tian Pek.Cepat Tian Pek melompat ke depan, dengan begitu serangan maut Bay-kut-sian mengenai sasaran yang kosong.
"Blang!" di tengah dentuman heras, debu pasir beterbangan, pukulan dahsyat Bay-kut-sian itu menghantam permukaan tanah hingga menimbulkan sebuah liang besar.
Tak malu ia sebagai ketua Khong-tong-pay, ditinjau dari kekuatan serangannya dapatlah diketahui tenaga dalamnya cukup sempurna, meski demikian banyak orang diam2 mencemooh sebab sebagai seorang ketua yang mempunyai kedudukan torhormat, tidaklah pantas baginya untuk menyergap orang dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu Long
General FictionTian Pek dalam rangka menuntut balas kematian ayahnya pada mulanya bekerja sebagai piausu. Untuk meningkatkan kepandaian silatnya ia mendapat kitab silat maha aneh dari salah seorang pamannya yang disamarkan dalam gambar-gambar yang "hot". Untuk da...