Jilid 04 : Kitab Pusaka Bergambar Porno

6.3K 73 4
                                    

Menyaksikan kejadian ini, Tian Pek terperanjat, pikirnya: "Aneh, kekuatan apa yang merobek dinding batu ini sehingga terbuka sebuah celah sebesar ini?"

Sebelum lenyap rasa kagetnya, sesosok bayangan orang telah muncul di depan pintu.

Orang itu berdiri dengan membelakangi sinar, karena silau oleh cahaya yang masuk, maka untuk beberapa saat Tian Pek tak dapat mengenali raut wajah orang yang berdiri di depan pintu ibarat malaikat yang baru turun dari langit.

Setelah masuk ke dalam gua. orang itu masih tergelak tiada hentinya, suaranya nyaring menggetar ruangan itu dan terasa memekikkan telinga.

Tiba2 dia melayang ke atas pembaringan, waktu Tian Pek memandang lebih jelas, siapa lagi dia kalau bukan paman Lui.

Tian Pek melongo bingung ditatapnya paman Lui dengan sorot mata keheranan.
Paman Lui bergelak tertawa dia loncat turun dari pembaringan dan berkata: "Kau tentu keheranan kenapa kubawa kau kemari, kemudian kutinggalkan kau scorang diri di sini?"

Tian Pek melengak, kcmudian mcngangguk. Paman Lui bertanya: "Dan kaupun merasa heran pada keanehan gua ini bukan?'
Kembali Tian Pek berdiri melongo, pikirnya: "Heran, darimana ia bisa menebak suara hatiku?" — Maka dia mengangguk lagi, sebab dia memang sedang memikirkun persoalan itu.

"Hahaha!" paman Lui ter-bahak2, ia duduk di sisi pembaringan dan menjawab: "Persoalan pertama tentu tak dapat kauterka, sedang soal kedua.."
Ia berhnti sejenak, sambil menuding sekeliling ruangan lalu melanjutkan: "Coba perhatikan lagi dengan seksama, sebetulnya gua ini tiada sesuatu yang istimewa, waktu kau tertidur nyenyak aku cuma menggeser letak pembaringan batu serta meja batu itu saja, kemudian menyumbat mulut gua dengan batu raksasa. Hahaha, di tengah kegelapan kau tentu mengira mulut gua masih berada di depan pembaringan bukan? Tak tahunya hahaha "

Ia tuding mulut gua di sisi pembaringan itu, kemudian sambil tertawa bangga menambahkan:
"Padahal mulut gua ini terletak di sebelah kanan pembaringan, asal kauraba maka tempat itu akan kau temukan!"

Tian Pek berpaling, ia lihat sinar sang surya memang memancar masuk dari sisi kanan pembaringan, sebuah batu tampak digeser ke samping. pahamlah pemuda ini akan duduk persoalan yang sebenarnya.

Diam2 ia menghela napas dan berpikir: "Kenapa tidak terpikir olehku kalau kesemuanya ini cuma tipuan belaka'"
Ingatan lain segera berkelebat pula dilain benaknva: "Setiap perkataan yang diucapkan kakek aneh ini bukan saja jelas bahkan sangat masuk di-akal, sedikitpun tak ada tanda2 sinting atau tak beres otaknya, jangan2 tingkah lakunya tempo hari cuma sengaja dilakukan untuk menutupi keadaan yang sebenarnya? Tapi kenapa ia berbuat begitu?"
Walaupun penuh tanda tanya, namun pemuda itu tak tahu bagaimana mesti ajukan pertanyaan.
Sementara itu paman Lui telah alihkan sorot matanya pada kitab ilmu silat yang terletak di meja, senyuman kembali tersungging di ujung bibirnya ia menghampiri meja dan mengambil kitab tersebut.

Detik itulah untuk pertama kalinya Tian Pek melihat bentuk asli kitab ilmu silat tersebut, kitab yang tipis ini punya halaman depan yang berwarna-warni.
Semula dia mengira kitab pusaka tersebut tentu berwarna kuning atau coklat, setelah mengetahui bentuk yang sebenarnya ia jadi tertegun, tanpa terasa ia teringat kemibali akan dongeng "orang buta meraba gajah" di masa kecil.

Waktu itu ibunya dengan penuh kasih sayang berpesan kepadanya bila selesai bercerita: "Sebelum kau saksikan dengan mata kepala sendiri. sekalipun benda itu telah kau raba, tapi janganlah menarik kesimpulan cepat atas hasil rabaanmu itu, kalau tidak, maka engkau akan sama gobloknya dengan orang buta yang meraba gajah!"

Tian Pek dapat meresapi makna yang mendalam dari petuah itu, diapun dapat menyelami betapa pentingnya ucapan itu, untuk sesaat pikirannya jadi melayang dan melamun kembali kejadian di masa silam.

Hikmah Pedang Hijau (Swordman Journey) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang