Pacar

13.1K 1.6K 162
                                    

Akhirnyaaa gue muncul ke permukaan setelah sekian tahun terkurung. Kalian masih nunggu abang ganteng kan? Tenang, bentar lagi w kambek kok:))


Siang ini gue harus mandi keringat gara-gara Josh dkk ngajak gue main basket. Mau nolak sih, tapi gabut juga di kelas. Mumpung jamkos yakan?

Seperti perkiraan, gue sama Dokyeom menang telak dari tim JJ (Josh-Junghan). Salahin sendiri sih nantangin kapten basket.

"Parah lo, Gyu. Sekali-kali ngalah kek. Biarin gue menang," rengek si Junghan sambil ngerebut minuman di tangan gue.

"Gue mainnya udah santai padahal," jawab gue.

"Mana pacar lo? Tumben nggak nempel kayak perangko."

Gue natep Dokyeom datar. "Nggak tau. Ngambek dia."

"Ha? Pacar lo yang hiperaktif nggak tau malu itu bisa ngambek?" tanya Junghan nggak percaya. Gue ngangkat bahu aja. Dia sendiri yang bilang kalo marah sama gue.

"Dude, lo harus ngomong sama dia. Masa lo bisa santai gini aja sih? Parah lo," timpal Josh.

Lagi-lagi gue ngangkat bahu. Ngomong apa lagi? Lagian alesan dia nggak masuk akal banget.

"Lo apain dia?"

"Nggak gue apa-apain, Josh. Dia ngambek gara-gara gue nggak pernah cemburu pas liat dia sama cowok lain. Aneh kan?"

Josh sama Dokyeom ngangguk ngerti, sedangkan si Junghan menghela napas dalam-dalam. Lah, gue salah?

"Lo emang salah, Gyu. Awalnya gue heran sih liat lo yang kelewat cuek. Masa lo diem aja liat pacar lo dipeluk Seungcheol, digodain Soonyoung sampe hampir diajak kencan sama Hansol? Gue bahkan sempet mikir kalo lo nggak suk--"

"Bacotnya dijaga ya. Gue sayang sama dia," potong gue. Gue pun memutuskan buat beranjak dari tempat ini. "Gue balik."

Siapa bilang rasa sayang harus ditunjukin dengan cemburu? Kolot banget.

***

Setelah bel pulang bunyi, gue langsung bergegas pergi ke kelas Jinah. Dia ngajak gue ke mall buat beli kadonya maminya. Yah, gimana mau nolak. Berhubungan sama calon mertua, bro.

Di tengah-tengah perjalanan--tepatnya di halaman sekolah--perhatian gue sedikit tersita gara-gara kerumuman orang-orang. Gue kira ada barongsai masuk sekolah, tapi rasa-rasanya nggak mungkin. Keliatan banget dari wajah mereka yang agak menegang.

Gue pun mutusin buat nyamperin mereka.

"Bro, ada apaan?" tanya gue ke Rowoon, salah satu anak buah gue di tim basket.

"Bro, kemana aja lo? Noh si Jinah."

Mendengar nama Jinah disebut-sebut, gue langsung menerobos masuk kerumuman ini.

Jinah nangis. Dan ada Wonwoo disana.

Wait. Apa? Gue gak salah liat kan?

"Lo nggak apa-apa, kan?"

Gue bisa dengerin suara lembut Wonwoo saat menanyakan kalimat itu ke Jinah.

"N-Nggak apa-apa," jawab Jinah dengan suara bergetar.

Gue natep pergerakan tubuh mereka. Mulai dari Wonwoo membantu Jinah berdiri, menyampirkan blazernya ke tubuh Jinah sampai mereka hampir pergi dari kerumunan ini.

"M-Mingyu."

Jinah natep gue dengan mata sembabnya. Pandangan gue langsung jatuh di tangan Wonwoo yang melingkar di bahu Jinah. Tiba-tiba aja gue naik pitam. Berani-beraninya dia rangkul cewek gue?!

"Ikut gue," kata gue sambil narik tangan Jinah. Persetan sama tatepan orang-orang. Gue nggak peduli!

"G-Gyu, sakit."

Gue refleks menghentikan langkah gue tepat di depan lorong sekolah. Sial, gue bikin pergelangan tangan dia merah. Bangsat lo Gyu!

"Maaf, gue nggak--" Mata gue membulat sempurna saat liat badan dia basah kuyup. "J-Jinah, lo kenapa? Kok basah semua?"

Bangsat, si Jinah masih bisa senyum dengan bibir bergetarnya. "Ada cowok iseng tadi. Ngeguyur gue pake air. Katanya mau liat daleman gue," jawabnya santai.

What the! Tai banget tuh cowok! Wah, pasti si Haechan sama Jeno nih. Adek kelas mesum kan mereka.

"Untung ada Wonwoo disana. Dia--"

"Apa? Dia apain lo ha?!" tanya gue langsung. Jinah mengangkat bahu cuek.

"Meluk gue biar orang-orang nggak bisa liat daleman gue. Baik banget ya dia?"

Satu. Dua. Tiga. Gue tertohok keras. Wah, ngajak perang nih si Wonwoo. Berani-beraninya dia nyentuh-nyentuh pacar orang!

"Kayaknya dia sempet liat daleman gue deh."

"Jin."

"Lo tau sendiri kan kalo kemeja kita tipis? Gue yakin dia sempet ngelihat."

"Jinah."

"Lo tau? Pelukan dia anget banget lo. Sump--"

"Ya! Mau mati?! Nggak ada yang lebih anget dari pelukan sama ciuman gue!"

Teriakan gue barusan sukses buat Jinah ketawa. "Cemburu bang?"

"Iya, gue cemburu!" jawab gue. Jinah kicep, diam seribu bahasa. "Kayaknya lo butuh hukuman super berat ya."

"H-hukuman?"

Gue natep sekeliling lorong. Sepi sih, tapi nggak mungkin juga gue ngelakuin disini. "Ikut gue," kata gue sambil narik tangan dia ke ruang UKS.

Ternyata... cogan kayak gue bisa cemburu juga.

***

Abstrak nyinqqq:) kesayangan gue dari chap ke chap mengalami penurunan. Sebagai cogan, gue sedih:(((

Makanya jgn lupa tinggalkan jejak cinta kalian disini. Tungguin abang ganteng(s) kambek ya;)

Mingyu AsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang