Chapter 1

19.8K 2.3K 342
                                    

"Ampun deh, dek! Ini udah lebih dari kelima kalinya ya aku musti bohong ke tante."

Son Seungwan melipat kedua tangannya di depan dada dengan sebal ketika berhadapan dengan adik sepupunya yang sama-sama menyewa tempat kos yang sama dengannya. Kim Yerim, gadis berumur enam belas tahun itu memasang wajah memelasnya.

"Please, mbak. Darurat nih."

"Darurat darurat nenekmu! Dek, aku bukannya nggak tahu ya kalau kamu tu diem-diem pacaran di belakang tante, ya kan?"

"Neneknya mbak Seungwan kan juga nenek aku, mbak. Hehehe..." Kim Yerim, gadis yang umurnya satu tahun lebih muda sekaligus adik sepupu dari Son Seungwan itu hanya bisa meringis. "Ya mau gimana lagi dong mbak, mama ngelarang pacaran."

"Ya kalau ngelarang diturutin aja. Nggak baik bantah wejangannya orang tua."

"Tapi akunya udah terlanjur sayang gimana dong mbak. Lagian kan lebih baik dijalanin dulu aja, jangan terlalu terburu-buru ngambil keputusan, kan? Ya siapa tahu kita emang cocok, mbak."

Son Seungwan mendelik, merasa geli di perutnya akan pernyataan adik sepupunya itu. Bagaimana tidak? Yerim baru saja lulus SMP dan baru masuk SMA satu bulan lalu, tapi gaya bicaranya sudah seperti orang dewasa saja.

"Masih kecil nggak usah sayang-sayangan!"

"Halah, mbak Seungwan aja yang ngiri, soalnya udah kelas dua tapi masih jomblo, belum pernah pacaran. Kasihan deh!"

Lagi-lagi Seungwan mendelik. Dia baru saja bersiap untuk mengambil sandal yang digunakannya dan hendak melemparkannya ke arah Yerim bila saja gadis tengil itu tidak langsung melarikan diri sambil cengengesan.

"Yerim! Mau kemana kamu?!"

Yerim yang sudah hampir turun tangga bangunan kos-kosan itu melambaikan tangan dengan senyuman lebar di wajahnya, "Nanti kalau Mama kesini bilangin aja Yerimnya lagi kerja kelompok gitu! Pokoknya Mama jangan sampai tahu! Bye!"

Seungwan meringis sebal ketika Yerim sudah turun dan menghilang dari balik turunan tangga. Lalu dia menghela napas, lagi-lagi menyesali sikap belas kasihan yang selalu ia rasakan. Maklum, Seungwan ini bukan asli orang Jakarta. Dia hanya orang Semarang yang kebetulan sekolah di Jakarta dan menyewa kos-kosan di ibukota Indonesia ini. Kalau kata orang-orang sih, orang Jawa itu orangnya halus, lemah lembut, dan penurut, walaupun tidak semuanya seperti itu.

Seungwan masuk ke dalam kamarnya dan kembali membuka buku pelajaran yang tadi sempat di tutupnya. Kebiasan malam minggu para jomblo berkualitas seperti Seungwan, apalagi kalau bukan belajar.

Seungwan adalah tipe gadis yang dapat dibilang "kutu buku", tapi bukan berarti dia gadis kuper dan nerd. She's just being herself, dia tidak terlalu suka jalan-jalan atau sekedar nongkrong untuk menghabiskan waktu. Baginya, semua itu tidak berguna. Lebih baik malam minggu seperti ini digunakannya untuk menambah ilmu, demi tujuan utamanya, yaitu lulus SNMPTN atau SBMPTN ke ITB, mengambil jurusan Arsitektur yang memang sudah menjadi cita-citanya sejak SMP. Apalagi, besok dia harus menghadapi ulangan harian.

      Drrrt... drrrt...drrtt...

Seungwan mengambil ponselnya yang bergetar panjang. Ada telpon dari Kang Seulgi, sahabatnya di SMA. Dia melepas kacamatanya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur sebelum mengangkat telepon.

"Halo, kenapa, Seul?"

"Cinttaaa! Lo lagi apa sekarang? Sibuk, ga?" suara Kang Seulgi yang sedikit cempreng langsung menyambut telinga Seungwan.

"Ya jelas lah! Besok ulangan fisika, nggak mungkin gue nggak sibuk belajar."

Lalu tawa Seulgi dari balik sana terdengar membahana, "Ciee... yang rajin! Ya udah, besok gue sama Joohyun nyontek elo aja, deh. Hehehe."

ADORING SEUNGWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang