Chapter 24

13.6K 1.9K 630
                                    

"Maaf. Gua minta maaf, Seungwan... Gua emang pengecut kayak yang lo bilang. Gua emang bajingan, brengsek. Gua emang pantes buat dibenci. Dan kata maaf gak akan pernah bisa buat gue untuk dimaafin. Tapi please, jangan pergi."

Seungwan dapat merasakannya, hangat tubuh Min Yoongi yang memeluknya dari belakang, lalu napas panas dan sedikit terengah-engah Yoongi yang berhembus di tengkuknya. Seungwan membiarkan lelaki itu memeluknya lama, karena dia sendiri sadar, ini akan menjadi pelukan terakhir mereka, sebelum Seungwan pergi dari Jakarta dan memutuskan untuk pindah ke Semarang esok harinya.

Bagi Seungwan, semuanya sudah terlambat. Mungkin akan keadaan akan jauh lebih berbeda jika pada saat itu, Min Yoongi tidak pergi meninggalkannya bersama dengan para anggota BTS yang menyiksanya. Dia mungkin sudah memaafkan, tapi sulit untuk melupakan hal seperti itu yang menyakiti hatinya.

Lama mereka dalam posisi seperti itu, Min Yoongi yang sudah tidak dapat menahan beban tubuhnya hampir saja jatuh bila Seungwan tidak cepat-cepat langsung menyangga tubuh Yoongi kembali dan menuntun lelaki itu menuju tempat tidur.

"Kak Yoongi nggak papa? Badan Kak Yoongi tambah panas. Tiduran di kasur lagi aja, ya?"

Setelah Yoongi berbaring di atas tempat tidur, Seungwan mengambi selimut dan menutupi badan Yoongi yang panas. Melihat lelaki itu yang memejamkan matanya, Seungwan mengambil kain kompres dan meletakkannya di atas dahi Yoongi, sebelum keluar dari sana dengan perlahan.

Setelah dia menutup pintu, Seungwan baru bisa menghela napas panjang yang sedari tadi ditahannya. Punggungnya bersandar pada daun pintu, memikirkan semuanya. Dia sadar, saat Min Yoongi memeluknya, perasaannya masih ada. Tapi di sisi lain, dia tahu semuanya sudah terlambat. Dia ingin mengakhiri segalanya.

Seteah beberapa menit dia diam, Seungwan memutuskan untuk melangkah menuju dapur apartemen Min Yoongi, melewati kelima anggota BTS lainnya yang tengah menunggu di ruang tengah. Mereka menoleh saat Seungwan melewati mereka, yang entah kenapa menimbulkan atmosfir canggung yang teramat sangat.

Jung Hoseok memutuskan untuk mengikuti gadis itu ke dapur, membantu Seungwan yang tengah menyiapkan satu porsi bubur untuk Yoongi.

"Yoongi gimana? Udah mau makan?"

Seungwan melirik ke arah Hoseok yang sudah berada di sampingnya seraya membantu mengambilkan alat makan yang akan digunakan.

"Udah, kak. Ini lagi saya bikinin bubur."

Seungwan mengaduk-aduk beras yang mulai mendidih di dalam panci dalam diam. Sedangkan sedari tadi, Jung Hoseok hanya menatapnya sambil sekali-kali membantunya.

"Gue mau bilang makasih, karena lo udah mau kesini. Padahal lo punya hak buat nggak dateng kesini gara-gara waktu itu. Gue nggak ngerti lagi kalau nggak ada lo, mungkin Yoongi bakal mati."

Seungwan tersenyum dan menggeleng pelan, "Yang penting Kak Yoongi sembuh dulu. Bisa tolong ambilin obat sakit panas nggak, kak? Saya nggak ngerti tempatnya dimana soalnya.

"Oke, bentar."

Hoseok membuka almari di dekat dispenser dan mengeluarkan tablet obat panas dan menyerahkannya ke Seungwan yang sudah selesai membuat bubur dan tengah menuangkannya ke mangkuk.

"Makasih, Kak. Saya masuk ke dalem dulu."

Seungwan membawa nampan berisi bubur, segelas air putih dan satu tablet obat panas lalu masuk kembali ke kamar Yoongi. Begitu masuk, ia menaruh nampan di atas nakas.

"Kak... bangun. Makan bubur sama minum obat dulu, ya? Ini udah saya bikinin buburnya."

Yoongi membuka matanya yang terasa berat. Rasanya masih mustahil sekali melihat dengan pandangannya yang buram bahwa Seungwan berada di sini, di hadapannya, tengah menyuapkan sendok demi sendok bubur ke dalam mulutnya. Seungwan dengan sabar membantu Yoongi memakan obat dan meminum air putih yang dibawanya.

ADORING SEUNGWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang