Chapter 10

14K 1.9K 421
                                    

Son Seungwan menatap jam dinding yang menggantung di kamar kosnya. Pukul lima lebih dua puluh menit. Seungwan bukannya tidak lupa bahwa sebelum jam enam, dia harus datang di apartemen Min Yoongi. Hanya saja, rasanya Seungwan masih tidak dapat melupakan bagaimana pria itu menciumnya kemarin malam. Bagaimana bila kejadian itu terulang lagi? Seungwan bahkan harus berhati-hati, seakan menjaga jarak saat siang tadi dia dan Min Yoongi bertemu di lapangan basket.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi, hari ini bukanlah hari yang begitu buruk. Mengingat bagaimana dia bertemu dengan Park Chanyeol, kakak kelas yang sudah disukainya selama setahun ini. Ditambah lagi pria itu mengantarnya walaupun cuma sebentar. Seungwan bahkan masih ingat betul kalimat yang diutarakan Park Chanyeol saat mereka tengah berada di Indomaret.

"Gue jadi masih punya kesempatan."

Seungwan rasanya ingin terbang melayang ke langit tujuh. Mengingat kalimat itu sontak membuat pipinya bersemu merah, dan jantungnya berdegup tak karuan. Seungwan memang tidak pernah berpacaran dan terkesan masih bau kencur mengenai hubungan seperti ini. Tapi, bukankah artinya Seungwan masih mempunyai harapan?

YESS!!

Setelah beberapa menit dia tersenyum-senyum sendiri, menjerit-jerit tidak jelas, dan melompat-lompat kegirangan, dia baru menyadari bahwa saat ini ada hal yang jauh lebih penting untuk dilakukan. Ke apartemen Min Yoongi. Seungwan mengecek jam dindingnya dan langsung cepat-cepat mengambil jaket dan kunci motor karena jam sudah menunjukkan pukul setengah enam lebih tiga menit.

Seperti biasa, dia langsung mengendarai motornya dan meluncur dengan kecepatan tinggi menuju apartemen Min Yoongi. Dia memarkirkan motornya di basement sebelum berlari dengan kecepatan penuh menuju elevator hingga pada akhirnya dia telah sampai tepat di depan pintu apartemen Min Yoongi pukul enam kurang lima. Bersyukur sekali dirinya karena tadi di jalan tidak macet seperti biasanya.

Sambil meredakan napasnya yang tersengal-sengal kelelahan, Seungwan menekan bel intercom apartemen Min Yoongi. Dia bahkan sempat merapikan rambut hitam panjangnya yang sedikit berantakan karena memakai helm sebelum pintu suite room Min Yoongi terbuka.

Min Yoongi berdiri di sana, dengan celana hitam basket dan kaos putih oblong yang melekat di badannya, menampakkan putih pucat kulitnya dengan abs yang sedikit menonjol di sana. Yoongi mengecek jam tangannya dan sebelah alisnya terangkat, lalu kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Saya... nggak telat, kan?"

"Hm," gumam Yoongi singkat sebelum ia menyodorkan dua lembar seratus ribu rupiah pada Seungwan, "Nih."

Seungwan mengernyit bingung, "Ini apa ya, kak?"

"Sekarang lo beli bulgogi di GI mall. Ga pake lama."

Seungwan menganga. Jadi, dia datang kesini hanya untuk membeli masakan Korea yang letaknya bahkan jauh dari sini? Lelaki itu bahkan menyuruhnya untuk membeli di mall. MALL! Harusnya pria itu dapat menyuruhnya membeli saat dia hendak berangkat kesini, dengan begitu dia tidak harus bolak-balik.

"S-sekarang, kak? K-kak Yoongi harusnya telpon saya aja biar pas berangkat bisa saya beli sekalian..."

"Bisa nggak sih lo gak usah banyak bacot?"

Seungwan langsung bungkam saat mendengar kata-kata kasar dengan nada dingin penuh ancaman itu. Min Yoongi menatapnya dengan kernyitan dahi, dan rahangnya terlihat mengeras. Apakah ia telah berbuat salah? Dia bahkan tidak terlambat untuk dapat sampai kesini. Seungwan tidak tahu apakah ini hanya perasaannya atau memang laki-laki ini sedang marah?

Tenangkan dirimu, Seungwan. Ini cobaan... Kau harus sabar...

"Ma-maaf, kak. Saya pergi sekarang."

ADORING SEUNGWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang