Chapter 8

13.1K 1.8K 339
                                    

Gawat, posisi mereka benar-benar berbahaya, terutama bagi Seungwan. Badan Yoongi tepat di atas badan mungil milik gadis itu, menubruk dan menghimpitnya hingga kedua badan mereka saling melekat. Dan juga bibir mereka. Gadis itu dapat merasakan dengan jelas hangat dan basah bibir Min Yoongi yang menempel tepat di bibirnya.

Selama beberapa detik mata mereka saling terkunci sebelum Seungwan dengan tergesa-gesa dan panik mendorong badan Min Yoongi dan berdiri dari tempatnya. Gila, ini benar-benar gila. Jantung Seungwan berdetak sangat kencang hingga rasanya seperti mau pecah. Pipinya merah padam. Dia syok dan malu setengah mampus.

Apalagi, itu adalah ciuman pertamanya!

Seungwan sama sekali tak berani membalikkan badan dan menatap Yoongi yang sudah berdiri dari posisinya di belakangnya, tengah memperhatikannya. Jemari Seungwan naik menyentuh bibirnya, masih terasa betul bekas hangat nan basah bibir penuh pria itu di bibirnya.

Arrrghhh!!!

"Heh."

Panggilan Min Yoongi dari arah belakang dengan suara rendah dan tajam membuatnya tersentak. Dia harus menghela napas berlebihan untuk menenangkan dirinya sebelum berbalik. Tapi dia sama sekali tak berani menatap mata lelaki itu. Bagaimana bisa dia menatap mata lelaki itu bila mereka baru saja berciuman tanpa sengaja!

"Lo kerja bisa gak, sih?"

Nada sinis itu terdengar. Min Yoongi tengah bersandar di depan meja minibar, kedua tangannya terlipat di depan dada dan tatapannya nyalang. Benar, seharusnya Seungwan memang sudah dapat menebaknya. Min Yoongi pasti akan marah besar padanya.

"Maaf, kak, sa-saya tadi beneran nggak sengaja nabrak Kak Yoongi. Kakak... nggak papa, kan? Kakak... marah?"

"Menurut lo?"

Mampus! Seungwan memejamkan matanya frustasi saat pria itu melontarkan kata-kata dengan nada dingin yang tersirat. Sudah pasti pria itu marah.

"Saya nggak tahu tadi Kak Yoongi berdiri di sana. Ta-tadi saya juga nggak nyangka kalau ki-kita nggak sengaja sampai... sampai ciuman."

"Ciuman?" Sebelah alis Yoongi terangkat ketika mendapati pipi Son Seungwan yang bersemu merah, "Lo sebut itu ciuman?" tanyanya dengan nada yang sedikit melengking.

Seungwan mengernyit bingung, "Iya... kak..." Kalau bukan ciuman tadi apa namanya?

Min Yoongi tiba-tiba mendengus dan menatap Seungwan dengan tatapan mencela, "Gua berasumsi kalau tadi itu ciuman pertama lo. Lo sama sekali belum pernah ciuman. Bener, kan?"

Tepat sekali!

Pipi Seungwan makin memerah. Dia malu setengah mati. Bagaimana bisa dia tahu apa itu ciuman bila berpacaran saja ia tidak pernah? Memang dia sudah pernah beberapa kali dekat dengan laki-laki, tapi tidak pernah ada yang sampai ke tahap pacaran. Lagipula rasanya aneh sekali, Min Yoongi berbicara seakan-akan ciuman adalah hal yang sangat lumrah dan yang sudah biasa pria itu lakukan.

Seungwan diam, tak berani menjawab. Ia dapat melihat kaki kakak kelasnya itu yang berjalan menuju ke arahnya. Makin lama makin dekat hingga lelaki itu tepat berdiri di hadapannya. Seungwan mengangkat wajahnya perlahan. Sebuah tatapan tajam penuh arti langsung tertuju ke arahnya. Seungwan bahkan tak dapat menyangkal bahwa sebenarnya mata tajam Min Yoongi menjadi daya tarik nomor satu bagi kebanyakan orang di samping prestasi maupun latar belakang yang mengikuti laki-laki itu.

"Lo nggak usah besar kepala. Bibir kita cuma nempel doang. Dan lo bilang kita ciuman?"

Seungwan mengernyit. Dia bingung. Kalau memang kata-kata lelaki itu benar, sayangnya bibir mereka sempat menempel tadi. Cukup lama pula. Dan tentu saja masih membekas sampai sekarang di bibir Seungwan.

ADORING SEUNGWAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang