Telu

971 98 11
                                    

Dia masuk perlahan. Memecah keheningan karena membuka pintu terlalu keras. Terhenti sambil menatap kami dan menelan air liur yang sepertinya segar. Keheningan terus berlanjut, hanya mata yang berisik berkeliling untuk memahami apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kenapa ada misi seperti ini?" Lontaran keras penuh tanda tanya ia lemparkan kepada kami. "Kenapa hanya diam? Saya tanya lagi, mengapa misi seperti ini harus dijalankan?" Tegas -nya dengan amarah yang tinggi.

Perasaan tidak nyaman mulai datang. Perasaan yang berkata dia tidak setuju dengan misi ini, datang. tidak hanya aku yang merasakannya, namun semua agen lapangan dan calon agen lapangan yang berada di ruangan tersebut terdiam dan merasakan hal yang sama. Eyot pun mendadak mentapiku dengan tajam. Aku membalas tatapannya sambil menggerakan mulut untuk berkata, "Hit it."

"Karena misi ini dapat mengancam NKRI itu sendiri, Pak. Dari fisik bahkan mental masyarakat dan dasar - dasar pondasi NKRI itu sendiri," Seru eyot dengan ketegasan perilaku yang berselaras dengan kata - katanya.

"Tapi misi ini hanya seperti khayalan belaka dan didasari oleh teori bukan gejala - gejala penyimpangan entah itu sosial atau lainnya!" Ujar dia sambil mengangkat berkas - berkas penting mengenai misi tersebut.

"Khayalan? Teori? Tidak ada penyimpangan? Riset itu sudah saya observasi dan selidiki selama satu tahun! Semua menganai penyimpangan - penyimpangan sudah tertera di setiap kalimat yang saya buat hasil penerjemahan pengeliatan saya. Dan kau lihat sekarang? Seseorang yang lebih tinggi derajatnya darimu menerima dan bahkan lebih cepat lebih baik apabila dilanjutkan! Kau? Datang dan berkata hal yang tidak sesuai," Aku mengangkat suara dengan balasan yang memuncak kepanasan.

"Tapi, apakah kalian lihat dana yang dibutuhkan untuk misi ini? Sangat mahal, bahkan bisa membangun setidaknya infrastruktur di desa - desa yang masih tertinggal," Ungkapnya dengan nada dan emosi yang masih memanas.

"Bapak, jangan samakan misi ini dengan hal lain! Apabila misi ini berhasil, maka Indonesia aman dari genosida, dan nama BIN akan memuncak ke-emasan," Nisa dengan nada lembut bergabung dengan emosional nafsu agen rahasia laki - laki.

Dia terdiam dan mengarah ke kursi yang berada di dekatnya. Dia duduk dan melamun memperhatikan keadaan yang mengarah mengarah entah kemana. Aku terus memerhatikan wajahnya dengan tatapan sinis, begitu juga dengan Nisa dan Agen lapangan lainnya.

"Oke saya acc misi ini, tapi apabila semua ini gagal di tengah atau di akhir perjalanan, kalian semua yang mempertanggung jawabkannya!" Ungkap dia sambil menegaskan kata - kata terakhirnya.

"Tidak akan gagal, karena semua sudah berada di permukaan kebenaran," Celetus Eyot sambil mengeluarkan segumpal asap rokok eletriknya dari mulutnya.

"Jangan merokok, Eyot," Tegurnya sambil meninggalkan ruangan.

"Enak," Balas Eyot sambil mengecap bibirnya dan muka yang menjengkelkan.

Bila seorang Staf Ahli sudah menyetujui suatu pengajuan penyelidikan, misi bisa ditindak lanjuti dalam kurun waktu paling lama 1 bulan. Oke, kami akan menunggu. Menunggu dengan sabar sambil merencanakan apa yang akan kita lalui. Mulai dari penyelidikan di TKP pertama, hingga akhirnya membekukan seseorang yang memang menjadi dalang dalam misi tersebut. Namun, tim kami sudah 1 bulan menunggu tanpa kabar. Muak, itu yang dirasakan.

"Apa katanya?" Tanyaku kepada Eyot yang baru saja keluar dari ruangan sekretaris Staf Ahli.

"Dia tidak bisa menjawab," Balas Eyot sambil duduk di sampingku.

"Apa maksudnya?" Tanyaku sambil menghadap ke arahnya.

"Bapak Staf Ahli sepertinya berkerja sendiri mengenai misi kita, sehingga sekretarisnya tidak mengetahui semua tentang misi kita," Jelasnya dengan padat. "Ohhh begitu," Balasku dengan mengangguk - nganggukan kepala.

SKENARIO JAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang