Detak jantung berdetak seperti bunyi detik yang menggetarkan menit selama 60 kali. Suara bus berklakson, suara mesin kendaraan, dan suara curhatan manusia menemaniku sepanjang perjalanan.
Waktu menemaniku dan berbisik agar bergegas. Misiku adalah misi penyelamat negeri ini. Sebuah misi yang akan membutuhkan seluruh yang aku punya. Jiwa dan hayat berperan utama di dalamnya.
"Anda mendapatkan pesan! Tekan tombol untuk mengetahui isi pesan." Saat diriku sudah berjarak sekitar setengah kilometer dari gerbang BIN, alat yang dari tadi aku kantongi kembali berbunyi.
"Ada apa ya?" Tanyaku dalam hati saat memasang earphone ke dalam telinga.
Tanpa buang - buang waktu, aku menekan tombol satu - satunya di piranti tersebut, "Memuat pesan."
"Silakan naik KRL di Stasiun Pasar Minggu Baru dan turun di Stasiun Bogor. Ketika sudah sampai ikutilah tanda - tanda menyolok, karena itu akan membawamu ke tempat sebenarnya. Letakan piranti ini ke dalam saluran air dalam waktu kurang dari satu menit, Terima Kasih dan semoga beruntung." Alat tersebut kemudian mati dan berkedip.
"Kenapa harus langsung ke lapangan? Sudah begitu, kartu KRL gua ketinggalan lagi di rumah, kalau begitu buat kartu single trip dong?" Seruku sambil melempar alat tersebut ke aliran air kecil yang berada di pinggir jalan.
Aku kembali berjalan dan menjauhi Kantor BIN yang berada di sekitar Pejaten. Perlahan jarakku dengan kantor semakin jauh, namun suara dentuman terdengar di dekat aku membuang alat komunikasi yang diberikan kepada agen lapangan.
"Oh, itu maksudnya," tuturku sambil berbalik badan dan melihat saluran air itu mengeluarkan asap putih tipis.
Aku berjalan kembali dan berupaya untuk tidak tertarik sesuatu yang menarik perhatianku. Sekarang hanya perlu berjalan dan memikirkan apa yang akan terjadi di Bogor.
"Single trip ke Bogor," Pintaku di loket tiket Stasiun Bogor.
Tanpa mengeluarkan kata - kata Sang penjaga loket langsung memproses tiketku, "25.000."
Aku mengeluarkan dompet dan memberikan uang sesuai nominal yang Sang Penjaga Loket minta, "Ini, Mbak."
Karena uang yang aku berikan pas, tanpa membuang waktu ia memberikan kartu single trip tersebut kepadaku. Setelah itu aku berjalan ke peron dan menunggu kereta yang datang dari arah utara. Aku bersandar pada tembok dan memikirkan anggota timku yang lain, "Seharusnya mereka disini juga dong."
Apa mungkin mereka menuju Bogor dengan kendaraan lain? Tapi, kalau begitu seharusnya ada yang bertemu dan bareng, karena alat transportasi yang bisa membawa orang Jakarta ke Bogor hanya Kendaraan motor biasa dan KRL.
"Jalur 2 akan masuk KRL dari arah utara dengan tujuan akhir Bogor, kepada penumpang dipersilakan untuk mempersiapkan diri."
Kereta datang. Melakukan perlambatan. Kereta berhenti. Pintu terbuka. Terlihat kosong karena sekarang adalah hari Sabtu. Aku masuk dan segera duduk di pojok agar bisa menyender.
"Jalur 2 KRL dengan tujuan akhir bogor dipersilakan untuk berangkat."
Pintu tertutup. Kereta melepas remnya dan perlahan melakukan percepatan hingga akhirnya mencapai kecepatan maksimal. Orang - orang berlalu - lalang mencari kegiatan dan keluar masuk setiap sampai di stasiun berikutnya. Memperhatikan dan ternyata membuat mata terbawa arus untuk tertutup dan membawa diriku terlelap.
"Pak, sekarang sudah sampai di Stasiun Bogor," Seorang pria mengenakan pakaian putih membangunkanku.
"Oh sudah sampai," Kejutku dengan nafas yang sangat berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKENARIO JAWA
Научная фантастикаKEMBALI KE WATTPAD! NASIONALISME MENGALIR DERAS. Tidak ada yang bisa menyelamatkan suatu hal tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Tapi, bagaimana bila menyelamatkan suatu benda besar yang dihinggapi oleh berbagai macam bentuk hama? Dan, beberapa ham...