Rong Puluh

313 39 1
                                    


Regu Muda

Mungkin perasaan mereka berdua sudah menyatu di dalam ruang besi yang dingin. Pelukan antara mereka terus memanas dan membuat tubuh mereka hangat serta nyaman. Cinta datang di waktu yang tidak bisa ditebak. Mungkin Ray yang hanya jatuh cinta, namun di saat itu juga Anya tersikut oleh apa yang Ray lakukan padanya.

"Kita lanjuti nanti, Anya," Ray melepas pelukan Anya.

Anya hanya bisa menunduk dan sesekali mengangguk, "Dimengerti."

"Mari kita bersama – sama membuka ruangan ini," Tutur Ray sambil memegang tangan Anya dengan perlahan

"Oke," Jawab Anya dengan senyuman manis.

Ray dan Anya sekarang memisahkan diri dari ruang kenyamanan. Mereka berkeliling ke seluruh sudut ruang penjara untuk mencari suatu kelemahan. Setiap sisi dan sudut berbentuk dan berpola sama, sehingga tidak terlihat bagian mana yang menjadi pintu. Namun Anya terlihat diam dan seperti menemukan sesuatu.

"Kau menemukan sesuatu?" Tanya Ray sambil memegang bahu kanan Anya.

"Lihat garis ini?" Anya menunjuk suatu garis di salah satu sisi ruangan itu.

"Iya," Balas Ray sambil meraba garis itu dengan perlahan.

"Pintu keluar ruangan ini adalah lantai yang kita pijak," Tutur Anya.

"Kenapa?" Tanya Ray.

"Perhatikan seluruh empat sisi ruangan ini. Seluruh sisi ruangan ini memiliki satu garis yang berada di tengah dan setiap garis itu menjorok ke dalam serta memiliki jarak yang pas untuk ukuran roda troli," Anya memaparkan isi pikiran berdasarkan apa yang ia lihat.

"Jadi, seluruh ruangan ini seperti lift?" Tanya Ray sambil berdiri dan melihat Anya penuh pertanyaan.

"Benar." Anya bergerak mundur menuju titik tengah ruangan itu.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Ray.

"Mari kita jatuh," Balas Anya sambil melompat – lompat dengan sangat keras.

Ruangan itu bergerak secara harmonik ke atas dan ke bawah ketika Anya mulai melompat – lompat. Ray mungkin terlihat aneh, tapi dia mulai mngerti apa yang Anya pikirkan, "two is better than one!"

"Bagaimana kalau kita akan terjatuh sangat jauh?" Tanya Anya sambil terus melompat – lompat dengan keras.

"Segera berhenti," Balas Ray.

"Tidak bisa!" Anya meninggikan suara.

"Kenapa?" Tanya Ray.

"Kita akan melay—"

Alat penahan roda itu ternyata sudah menyerah dengan lompatan kedua orang di dalamnya. Dengan waktu lebih cepat dari kedipan mata, lantai ruangan itu terlepas dari ketahannya dan terjatuh secara bebas. Anya dan Ray yang saat itu masih berada di udara langsung melayang dari lantai.

"Anya pegangan kepadaku!" Ray ternyata berhasil meraih salah satu kaki bangku yang tertanam di lantai itu.

"Pegang yang kuat!" Seru Anya sambil meraih tangan Ray.

"Anya ayo!" Ray meninggikan suara dengan panik ketika Anya tidak berhasil meraihnya.

Lantai itu terus jatuh dengan dalam, "Akhirnya!" Ray langsung menarik Anya mendekati bangku.

"Sekarang berpegangan dengan kuat dan rebahan di lantai," Ray mengintruksi Anya.

"Apakah itu tidak berbahaya?" Tanya Anya.

SKENARIO JAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang