Aku hanya bisa duduk dan menghela nafas dengan berat. Suara rintikan hujan dan udara yang dingin, menambah suatu suasana yang menggetarkan pikiran. Eyot dengan tatapan kosong hanya bisa terdiam dan seperti menatap suatu titik entah di antara meja pemisah aku dan dia atau kaki di bawahnya.
"Selamat kita menemukan peta dan data lengkap soal lokasi mereka," Ujar Nisa dengan suara sepatu hak yang menggetarkan lantai.
Nisa menggelar kertas peta berukuran A3 dengan suatu titik merah tebal di atas peta. "Titik merah ini?" Cetusku bertanya.
"Benar, itu lokasi mereka. Berdasarkan visualisasi termal, terdapat suatu benda sangat besar di bawah. Lokasi yang waktu itu kau temukan itu beberapa ratus meter di arah utara. Dan menurut data, semua lahan ini dimiliki oleh salah satu konglomerat di Indonesia," Jelas Nisa dengan padat.
"Siapa?" Tanya Eyot.
"Bapak Djaya Kusumo," Balas Nisa dengan nada yang terkesan gelap.
"Djaya Kusumo? Dia terlalu dermawan untuk berbuat jahat," Cetusku.
"Secara pasti dia hanya pemilik lahan, untuk gedung dan semua alat penambang di atasnya bukan lah milik Bapak Djaya," Jelas Nisa.
"Berarti dia sama sekali tidak tahu semua tentang ini," Ujarku sambil menyisir rambut dengan tangan.
"Maybe."
"Bagaimana mereka tahu akan semua informasi ini?" Tanya Eyot.
"Ruang ETE hanya menjawab aktivitas di sana sangat tinggi, namun radius lima kilometer dari sana bagaikan daerah mati. Kemudian, salah satu sistem keamanan daerah itu berhasil diretas dan ETE berhasil mengambil informasi keamanan yang bertujuk kehadiran Maheswara," Nisa menunjukan suatu lembaran lain yang merupakan potret video keamanan yang menangkap kehadiran Maheswara.
"Lambe Turah has leveled up," Cetusku.
"Jadi apa yang harus kita tunggu sekarang?" Tanya Eyot dengan serius.
"Sisa Tim Muda akan datang dan membawa surat tugas. Di dalam surat tugas akan ada petunjuk lain yang akan mendampingi kita untuk menuju ke sana." Balas Nisa sambil menggulung kembali kertas A3 di atas meja.
"Nah, sekarang harus apa?" Tanyaku.
"ETE hanya menjawab, selamat bersenang - senang." Nisa menjawab dengan nada gembira dan kedua tangan membentuk tanda kutip.
"Open table?" Cetus Eyot dengan hawa setan.
"Yuk! Udah lama tidak," Balas Nisa dengan semangat.
"Nama Nisa doang, tapi kelakukan Nisaython," cetusku dengan menatap Nisa.
"You ain't got no life kid," balas Nisa dengan tangan di pundakku.
"Tapi, kalo kita nggak di Jakarta, Bali, dan Bandung sebaiknya tidak. Karena, biasanya di sini aneh," Jelasku dengan mengutak - atik ponselnya.
"Dan kalau dipikir - pikir, mendingan sekarang kita beristirahat," tutur Eyot dengan tampang senang yang kembali pudar.
"Lah aneh, ngapain ngajak coba tadi?" Tanya Nisa.
"Lupakan saja tadi, setelah dipikir - pikir kita butuh tidur lelap yang dalam, Nis," perlahan dengan santai Eyot melanjutkan alasannya.
"Hmmmmm, benar kita dari dulu tidak pernah memanfaatkan waktu lengang—mabuk—dengan baik," Nisa perlahan mengikuti pemikiran Eyot.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKENARIO JAWA
Science FictionKEMBALI KE WATTPAD! NASIONALISME MENGALIR DERAS. Tidak ada yang bisa menyelamatkan suatu hal tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Tapi, bagaimana bila menyelamatkan suatu benda besar yang dihinggapi oleh berbagai macam bentuk hama? Dan, beberapa ham...