Rolikur

318 39 0
                                    

Suasana menjadi sangat membingungkan. Diriku menanti getaran hebat dari tanah yang dipijak. Namun, waktu sepertinya sudah terlewat beberapa menit. Aku perlahan tersenyum. Aku ingin tertawa. Aku lihat wajah Maheswara dilindungi kepanikan. Maheswara sudah gugur. Daniel terburai matang di helikopter. Inilah yang dinamakan kemenangan.

"Tangkap dia," Aku tunjuk Maheswara dengan jari tengah.

Seluruh pasukan TNI di belakangku langsung bergerak menuju Maheswara yang hanya bisa duduk lemas. Mungkin wajahnya tetap memandang dengan senyum, namun tatapannya sangat kosong. Dia hancur. Semua pengorbanan hebat dan nyawa jutaan orang sedang menumbuk dirinya dengan dosa.

"Kalian akan aku guncang! Hahaha," Spontan dia menjadi sangat gila ketika mulai diangkat dan diborgol oleh pasukan TNI.

"Guncang kalau bisa," Tutur Ray sambil menampar Maheswara dengan sangat keras.

Maheswara langsung terdiam dan menatap ke atas dengan kosong. Dia tertawa. Dia terus tertawa dan berteriak histeris penuh dengan kepedihan. Perlahan suaranya mengcil dan dirinya semakin tidak terlihat. Diriku masih berpijak di tempat yang sama dengan layar yang masih menyala.

"Bagaimana bisa?" Tanya diriku.

"Kenapa?" Tanya Eyot.

"Apakah ledakan tadi yang membuat mesin di bawah hancur?" Tanya diriku sambil melihat ke arah gedung utama yang masih terbakar.

"Mungkin, tapi sekarang sudah aman," Balas Eyot yang tiba – tiba muncul..

"Aman, tapi kita harus menemukan kunci utama penyebab gempa yang terakhir tidak terjadi," Tuturku.

"Ada baiknya kita kembali ke Ruang Kontrol untuk melihat suatu hal," Cetus Ray.

"Ide bagus!" Seru diriku.

Kami bertiga meninggalkan lokasi tempat kematian musuh. Selama perjalanan kembali ke Ruang Kontrol, jumlah pasukan terus bertambah dengan armada – armada dari pemerintah semakin melimpah. Tidak lama kami berjalan, pasukan polisi mulai masuk dari gerbang utama.

"Masuk, ETE," ETE tiba – tiba menghubungiku.

"Besok pagi semua Regu Muda sudah harus berada di Jakarta," Tutur suara perempuan dengan semangat.

"Apakah kami akan dijemput?" Tanya diriku.

"Tunjukan saja lencanamu ke pilot helikopter, pasti akan diantar," Balas ETE.

"Baiklah," Aku matikan komunikasi dengan ETE.

"Kenapa?" Tanya Eyot.

"Malam ini kita harus kembali ke Jakarta," Balas diriku.

"Kita dijemput?" Tanya Eyot.

"Tidak, tapi kita bisa meminjam salah satu helikopter yang dari tadi turun," Balas diriku sambil mendorong Ray dan Eyot untuk kembali berjalan.

"Baiklah," Tutur Ray dan Eyot.

Perjalanan itu kembali dilanjutkan. Gedung utama semakin terlihat dan teriakan dari karyawan – karyawan Maheswara semakin terdengar jelas. Helikopter terus berdatangan. Mereka menurunkan orang pelindung dan ada juga yang membawa perusak untuk diadili. Pintu utama akhirnya berada di depan mata dengan kerusakan yang membuat orang – orang tidak harus melakukan pengecekan.

"Kita sudah bebas," Cetusku ketika melewati daerah keamanan dengan bebas.

"Benar," Tutur Ray.

SKENARIO JAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang