Telu Las

375 38 13
                                    

REGU MUDA

Ratusan buruh mulai melakukan migrasi dari tempat mereka tidur. Matahari yang sudah bangun dari balik fatamorgana memberikan kesegaran dalam menghadapi hari baru. Di antara perkerja, mengantri seorang yang mendadak menjadi teknisi komputer.

"Sebelum memasuki gedung, silakan melakukan pengecekan biometri terlebih dahulu." Suara dari pusat komando berputar – putar di depan pintu utama.

"Kau menjamin keselamatanku kan?" Tanya Rendra dengan suara yang kecil.

"Nggak tahu, coba aja lewati pengecekan di pintu pertama," Balas Anya dengan wajah yang ingin membuat Rendra paranoid.

"Serius!" Rendra mendadak berhenti di tengah jalan.

"Maju aja, Setan!" Teriak Ray dengan mengambil alih mic yang dipegang Anya.

Rendra tersentak mendengar suara tajam dari Ray dan langsung berjalan dengan jantung yang berdebar – debar. Berjalan dan mendekat. Tangan menjadi dingin. Jari – jari yang mulai bergetar hebat. Gigi yang mulai bertabrak satu sama lain akibat tremor ketakutan yang dialami Rendra. Semakin dekat. Tangannya sekarang sudah di atas panel pemindai. Perlahan dan pasti sekarang tangannya sudah menempel dengan panel.

"Silakan masuk." Seru mesin sesaat setelah proses pemindaian selesai.

Rendra dengan hebat menghela semua nafasnya. Semuanya yang bergetar sekarang menjadi lemas mengikuti perasaan lega di dalam hati. Rendra sekarang mempercepat lajunya agar sampai di ruangan para teknisi tepat waktu.

"Jangan girang dahulu, akan ada alat pemindai kartu identitas di pintu," Tutur Anya lewat HT yang tertanam di dalam gendang Rendra.

"Oke," Balas Rendra sambil menormalkan kembali gerakannya.

Rendra sekarang sudah di depan pintu ruangnnya. Lampu LED yang berkedap – kedip mengikuti suatu pola menunjukan bahwa itu tempat untuk menggesekan kartu identitas. Rendra terlihat kembali gugup dan menelan air liurnya dalam – dalam.

"Bagaimana?" Tanya Anya.

Terdengar suara singkat dengan lampu LED yang berubah menjadi warna hijau, "Silakan masuk."

"Baiklah, kemungkinan akan ada briefing selama satu jam sebelum akhirnya kau dipanggil untuk melakukan perbaikan," Tutur Anya dengan tenang.

"Oke, berarti jam sembilan aku sudah berjalan ke bawah," Balas Rendra mengkonfirmasi kebenaran.

"Benar, kalau begitu may luck be upon you." Tutur Anya dengan berbisik halus.

"You too."

Komunikasi radio terputus antara Rendra dan sisa dua sejoli yang masih mengumpat di luar gedung. Anya sekarang hanya bisa memantau keadaan Rendra melalui mesin kecil yang ditanam di dalam gendang telinganya. Selain itu, Anya juga berhasil meretas sistem kamera pengawas yang menyelubungi gedung itu dengan penuh.

"Kayaknya too yang diucapkan Rendra hanya untuk kau, Nya." Tutur Ray memecah keheningan.

"Cie cemburu ya? Udahlah kalau emang punya perasaan sama dia ucapin aja!" Anya menghujat Ray.

"Gua bukan homo gila!" Seru Ray.

"Terus perkataan tadi maksudnya apa?" Tanya Anya dengan senyum lebar dan pandangan yang fokus ke komputer.

SKENARIO JAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang