Selikur

321 39 0
                                    

Mereka berdua—Maheswara dan Daniel—langsung terkejut dengan diriku yang dari tadi sudah menyiapkan amunisi. Aku hanya bisa memberikan senyum dan dan tatapan sinis. Pikiranku bergerak sangat cepat. Neuron – neuron motorik mulai bergerak ke arah tangan untuk mereaksikan otot agar bergerak sesuai dengan kemauanku. Kedua tanganku terangkat dan membentuk sudut 45 derajat dengan siku mengarah ke leher Maheswara dan Daniel.

"Rasakan ini!" Tangannku berhasil menyikut leher Maheswara dan Daniel dengan sangat keras.

"Thats my boy!" Seru Eyot dengan semangat.

"Bangsat ka—" Leher Daniel aku tahan dengan kaki.

"Lidah lu nggak capek apa ngomong bangsat terus? Ingat sama Tuhan, Sungai Nil." Aku lepaskan kakiku yang menahan jakunnya di leher dan bergerak menuju Regu Muda.

Maheswara dan Daniel sekarang tergeletak lemas di lantai. Kesempatan ini sangatlah besar dan sesuai dengan rencanaku. Melumpuhkan Daniel dan Maheswara, membebaskan Regu Muda, dan menghancurkan kawasan ini secara totalitas. Aku langsung membuka satu per satu borgol yang menahan Eyot, Nisa, Ray, dan Anya. Namun, sepertinya ada yang kurang.

"Dimana Rendra?" Tanyaku sambil melepaskan borgol dengan teknik paper clip.

"Kami sampai sekarang tidak tahu," Balas Eyot.

"Apa kemungkinan besar dia ditangkap oleh penjaga?" Tanyaku.

Anya, Nisa, dan Ray menggeleng tidak pasti.

"Lupakan soal Rendra, mari kita peralat mereka berdua," Tutur Eyot sambil mengangkat dan meletakan Daniel di salah atu sudut Ruang Kontol Utama.

"Benar," Balas Anya sambil mengangkat Maheswara.

"Baiklah kalau begitu mari kita mulai berpesta dari sini," Cetusku sambil berjalan ke komputer utama.

"Berpesta bagaimana?" Tanya Ray dengan nisa yang juga ingin tahu.

"Mari kita cari yang bisa mengosongkan semua orang yang berada di sana," Tuturku sambil menunjuk ruangan utama yang terdapat layar.

"Sepertinya ini," Tutur Ray sambil menunjuk lambang evakuasi di layar.

Aku berbalik dan melihat ke Ray, "Pintar."

"Kalian akan segera mati! Menjauhlah dari sana!" Seru Maheswara dari belakangku.

"Halah, cuci mulut dulu sana," Balasku tanpa menghiraukan keberadaanya.

"Udah menyerah saja dari sekarang," Tutur Anya sambil mengikat Maheswara dan Daniel menjadi satu.

"Kalau nggak minimal diam kayak Si Daniel yang sudah nyenyak," Tutur Eyot sambil berputar – putar mengelilingi badan Maheswara dan Daniel.

"Kalian siap?" Tanya Ray.

"Siap," Balasku dengan pasti.

"Maheswara, terima kasih telah membawa alat ini," Cetusku sambil melepas serum yang dimasuki pada bagian kaki beberapa hari lalu dengan alat yang dia bawa disaku.

Ray langsung menekan lambang berwarna merah itu. Dalam sekejap seluruh ruangan menjadi warna merah dengan suara yang membuat suasana mencekam. Aku, Ray, dan Nisa hanya bisa tersenyum sambil melihat orang – orang berhamburan meninggalkan tempat. Tiba – tiba Ray menyingkirkanku dari bangku yang tepat berada di komputer utama, "Ada apaan?"

SKENARIO JAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang