Pitu Las

334 45 1
                                    

Regu Muda

Kaca kembali terang dan menunjukan tangan Daniel sudah menekan tombol berwarna merah. Perasaan mereka berempat sangat terkejut oleh apa yang dilakukan oleh Daniel. Eyot hanya bisa berteriak penuh emosi dengan tangan yang sangat ia remas. Tidak ada yang menahan Eyot, itu memang kewajiban.

"Dunia ini akan bertarung melawan kau, Bangsat!" Lengkingan suara Eyot meledakan seluruh udara di dalam Ruang Isolasi.

Daniel kembali menengok ke arah Regu Muda, "Kalian kira aku akan menekannya?"

"Anda berpura – pura bodoh atau bagaimana?" Anya berdiri dan menyaut pernyataan Daniel.

"Kalian emang sotoy atau berserah diri?" Daniel membalas Anya dengan pertanyaan.

"Ngeliat aja dengan matamu sendiri, kau sudah menekannya!" Seru Ray.

"Hahaha! Kalian ini terlalu penuh dengan emosi. Sampai – sampai semua tombol adalah hal yang selalu sensitif dan negatif," Balas Daniel.

Regu muda terdiam dan Eyot kembali mengeluarkan isis pikirannya, "Terus apa? Tombol pembunuh kami?"

"Bukan, ini adalah tombol untuk mengunci ruangan kalian," Daniel dengan santai jujur kepada Regu Muda.

Eyot seakan tidak bisa berkata apa – apa. Anya, Nisa, dan Ray juga terlihat malu dengan apa yang dikatakan oleh Daniel. Namun, Eyot masih sangat kesal dan kembali keras kepala, "Tidak mungkin."

"Ngeyel! Kalau aku tekan tombol untuk menyalakan mesin besar itu, maka getarannya akan langsung terasa!" Balas Daniel sambil menaikan suara.

"Mungkin itu tombol hitung mundur?" Tanya Eyot dengan menjaga keras kepalanya.

"Jangan terus berkeras kepala! Mesin ini mungkin akan berkerja siang ini, tapi bukan sekarang," Daniel mengutarakan fakta.

Nisa yang dari tadi terdiam mendadak berdiri, "Hancurkan itu! Sampai memang siang ini terjadi gempa akibat mesin di bawah, maka seluruh dunia tidak akan senggan mengejarmu!"

"Mengejar untuk dIbunuh atau disembah?" Daniel dengan dingin memabalas kata – kata Nisa.

"Memang setan tidak berpendidikan, kalau kau ingin keadilan lakukanlah melewati jalur baik – baik! Lagi pula sekarang kau sudah sejahtera, bukan?" Cetus Ray.

"Sejahtera mungkin sudah, kepuasan sendiri sudah, keluarga makmur tujuh tururnan sudah, tapi kerusakan batin akan tetap menjadi hutang bagi diriku dan ras yang aku miliki," Daniel dengan senyuman sinis membalas pernyataan Ray.

"Balas dengan kebaikan! Bukan dengan kesesatan seperti ini!" Eyot kembali menunujukan giginya.

"Sekarang begini, pikiran orang saat ingin membalas dendam adalah melalui hal buruk. Kalau ia melakukan hal baik, dia akan berpikir bahwa orang akan menganggap caper," Balas Daniel.

"Tenang semua, kita tidak perlu membalas dia. Kita didikan surga dan dia adalah didikan iblis," Anya dengan sinis melihatnya sambil menunjukan jari tengah kepada Daniel.

"Didikan surga tidak mengacungkan jari tengah! Bukalah mata kalian, dunia ini panggung sandiwara dimana terdapat antagonis dan protagonis," Jelas Daniel.

"Dan protagonis selalu menang kan?" Eyot menyikat pernyataan Daniel.

"Apabila Antagonis lengah, tapi seorang sehebat Daniel dan Maheswara sudah menjamin bahwa mesin di bawah ini akan menghancurkan semua yang ingin menghalangi kami. Termasuk dengan Istana Negara." Jelas Daniel dengan sinis.

SKENARIO JAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang