(18) Aku sayang kamu

5K 219 1
                                    

"Pagi, pak!" sapa Aelke sopan sambil berjalan memasuki kantor kepala sekolah. Kepala sekolah mempersilahkan Aelke duduk, tak lama seseorang masuk ke dalam kantor tersebut dan Aelke membolakan matanya.

"Loh, Morgan?" tukas Aelke heran, Morgan sama herannya namun kepala sekolah memerintahkan keduanya duduk berdampingan.

"Oke, Morgan Winata dan Aelke Mariska. Murid berprestasi kebanggaan kami." ujar kepala sekolah, Morgan dan Aelke mendengarkan seksama.

"Jawab saya. Apa benar kalian tinggal satu rumah selama ini dan sudah memiliki dua orang bayi?"

Deg!!!
Pertanyaan kepala sekolah itu sontak membuat Morgan dan Aelke membisu seketika.

Aelke dan Morgan sama-sama diam mendengar pertanyaan dari kepala sekolah. Aelke bergetar ketakutan, semua ini pasti berdampak besar untuk kehidupan dan sekolahnya.

"Handi Morgan Winata, Aelke Mariska, jawab pertanyaan saya! Saya akan menyayangkan semua ini jika apa yang saya dengar tentang kalian dari seseorang benar adanya." ucap kepala sekolah sambil menatap Morgan dan Aelke bergantian.

Aelke menggenggamkan tangan kanan dan kirinya gemetaran sedangkan Morgan terlihat menundukkan kepalanya. Dengan sabar, kepala sekolah menunggu kedua siswa berprestasinya untuk bicara.

Seorang wanita yang menjabat sebagai guru BK datang menghampiri dan berdiri di samping kepala sekolah. Ia menatap tajam Morgan dan Aelke.

"Siswa yang selama ini terkenal tidak akur dan berprestasi di sekolah ini. Apa benar berita yang beredar di luar?" tanyanya dingin dan Aelke makin merasa takut.

"Bisa saya jelaskan!" akhirnya Morgan memberanikan untuk bicara dan mendongakkan kepalanya. Aelke menatap Morgan yang terlihat lebih tenang, dan Aelke mencoba untuk lebih tenang seperti Morgan.

"Jadi benar?" tanya kepala sekolah.

"Saya dan Aelke memang tinggal satu rumah dan mengurus dua orang bayi, dan itu semua memiliki alasan tersendiri." jawab Morgan. Kepala sekolah dan guru BK di hadapannya menggeleng-geleng tak percaya, karena memang ada seseorang yang melaporkan semua itu.

"Lihat ini dan jelaskan pada kami!" guru BK tadi memberikan beberapa lembar foto, Aelke makin kelu melihat semua itu karena foto-foto tersebut adalah foto Morgan dengan dirinya dan baby twins, di foto itu mereka terlihat seperti pasangan yang dekat, tidak seperti Aelke dan Morgan yang terkenal tidak akur dan selalu berdebat dimana-mana.

"Tidak perlu dijelaskan sekarang. Telepon orang tua kalian, dan suruh mereka untuk datang langsung kesini sekarang juga!" kepala sekolah tadi bangkit dan meninggalkan ruangan, sepertinya ia kecewa. Morgan melihat Aelke yang masih menunduk, lalu Morgan merogoh ponsel di sakunya untuk menelepon orang tuanya dan orang tua Aelke.

Morgan dan Aelke diperbolehkan keluar ruang kepala sekolah sampai orang tua mereka datang. Saat mereka berdua melangkah keluar, sudah banyak orang-orang yang menunggu di depan kantor, mereka ingin mengetahui kebenaran gossip yang beredar bahwa Aelke dan Morgan sudah melakukan pelanggaran fatal yang tidak diperbolehkan di sekolah SMA manapun.

Aelke makin lemas melihat banyak orang yang sudah tahu masalahnya dengan Morgan. Dengan cepat, Morgan menarik lengan Aelke untuk keluar dari kerumunan murid-murid yang banyak melemparkan pertanyaan pedas pada mereka. Aelke mengikuti langkah Morgan sambil menundukkan kepalanya, ia malu, ia sedih, ia cemas, ia takut, dan mengingat baby twins yang sudah ia rawat beberapa bulan.

Morgan menghentikan langkahnya dan Aelke otomatis berhenti juga. Aelke mendongakkan kepalanya, disana sudah berdiri Rafaell dengan wajah sendu menatap Morgan dan Aelke.

Morgan menatap Rafaell tajam, "Lo boleh tertawa atas bocornya semua ini." ucap Morgan, Rafaell balas menatap Morgan sama tajamnya.

"Well, apapun yang disembunyikan pasti akan terbongkar, bukan begitu?" jawab Rafaell sambil memasukkan lengannya ke saku celana abu-abu yang ia kenakan.

BABY TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang