Morgan baru sampai ke rumahnya setelah mengantar Aelke pulang. Ia langsung mandi dan mengganti pakaian sekolahnya.
Sambil merenung, Morgan memutar lagu dari MP3 Playernya yang berbentuk mobil balap.
"Kak, frustasi amat muka lo!" Thomas masuk ke dalam kamar Morgan dan menyerahkan segelas soda susu untuk Morgan. Morgan memang rutin meminum soda susu untuk kesehatannya tiap 2 kali seminggu.
"Beban gue lagi banyak, mumpung gue lagi baik, mau kagak gue kasih sepertiga beban masalah idup gue?" tanya Morgan. Thomas terkekeh geli mendengar ucapan Morgan.
"Biasanya lo pan paling tegar, tabah, sabar, tapi pecicilan, kak!" jawan Thomas, Morgan menggerutu tak karuan.
"Lagian ya, Kak Oey! Cewek secantik Aelke lo jadiin beban.." kini giliran Erik yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Morgan dan main sambung pembicaraan.
"Apa sih kalian, secantik apapun Aelke, gue gak cinta sama dia, dia gak cinta sama gue, ngapain disatuin coba?" jawab Morgan kesal.
"Mungkin itu akibat elo yang playboy, ambil aja hikmahnya..." Tukas Erik, Thomas cekikikan dan Morgan melotot tajam.
"Gileee....!!! Coba dijodohinnya pas gue udah lulus kuliah kek, pas gue udah sukses kek, rada adem kan ni otak, ini mau UN malah dijodoh-jodohin, anter jemput dia tiap hari. Emang gue supirnya? Emang dia gak ada kerjaan lain? Dia aja ngeyel mulu kalo diajak pulang bareng. Pusing!"
Erik menepuk pundak Morgan. "Sabarlah... Gak tega gue liat lo, tapi lebih gak tega kalo harus liat nenek sedih, iya kan Thomas?" tanya Erik meminta pendapat, Thomas mengangguk setuju.
"Udah, jalanin aja dulu, dari pada sama si Audrey yang gak jelas, terus cewek-cewek ghoib lu itu, mending Aelke lah!" Thomas.
Morgan menggeleng keras. "Tetep ogaaaah!"
***Hujan deras. Aelke masih di dalam kelas. Ia berbincang bersama Dinda dan beberapa temannya.
"Dinda sayang, ujan-ujan gini makan bakso enak tau, yuk! Dari pada disini, baksonya satu mangkok sambelnya 5 sendok!" ujar Dicky yang sudah berdiri di hadapan mereka.
Aelke melirik Dicky jail. "Cuma Dinda yang diajak? Gue, Rasya, Bisma, Reza, Ilham juga laper... Traktir bisa kali..." ucap Aelke. Dicky menautkan kedua alisnya.
"Ogaaah!! Tekor gue, lagian makan berdua kan romantis." ucap Dicky. Dinda bangkit dari duduknya dan berdiri di samping Dicky.
"Aku mau makan sama kamu asal mereka juga ikut!" Dicky membolakan matanya.
"Aahhh... Kacau kan, ya udah hayu gue traktir, Reza sama Ilham atu mangkok berdua ya!" ujar Dicky, dan semuanya malah tertawa.
"So sweet dong!" timpal Reza. Dan akhirnya, mereka semua menuju kantin ditemani hujan.
Aelke memasukkan beberapa sendok sambel ke dalam mangkok baksonya. Ia fokus pada bakso-bakso bulat di hadapannya yang terlihat menggoda, apalagi tingkat kepedasannya. Tapi bukan karena ia terlalu lapar, ia seperti itu karena baru saja berpapasan dengan Rafaell yang lagi-lagi tengah bersama seorang gadis di perjalanan menuju kantin tadi.
Dengan kesal, Aelke memasukkan sendok yang sudah bersisi bakso diatasnya ke dalam mulutnya dengan cepat dan mengunyahnya tanpa ampun. Dinda menyenggol tangan Dicky, semua teman Aelke disitu bisa melihat kenapa Aelke bersikap tak seperti biasanya.
"Lo makan apa kerasukan?" Morgan duduk di samping Bisma dan memesan 1 mangkok bakso tanpa mie. Aelke tak menghiraukan Morgan, ia terus fokus pada makanannya dan menikmati sensasi pedas yang seolah hanya miliknya agar menjalar ke seluruh tubuh dan menghilangkan rasa cemburunya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY TWINS
RomancePerjodohan mungkin dianggap tabu di zaman modern seperti saat ini. Namun itu terjadi pada Morgan Oey dan Aelke Mariska yang harus menerima dijodohkan oleh orang tuanya karena permintaan dari mendiang kakek Morgan yang sudah meninggal. Morgan dan Ael...