Aelke berbaring lemas. Ia sejak tadi batuk-batuk dan sesekali bersin. Morgan sibuk sendiri di dapur, sambil melihat ponsel yang tersambung dengan internet dan membuka google, Morgan mencari cara membuat bubur dari beras putih.
Aelke jadi aneh sendiri melihat Morgan yang mondar-mandir. Suara alat-alat dapur terdengar gaduh, Aelke berusaha bangkit meski lemas dan tak berdaya. Takut Morgan tidak bisa melakukan pekerjaan perempuan seorang diri. Baru saja Aelke hendak melangkah ke dapur, terdengar suara nyaring.
'Prang!!!'
'Awss!!!' teriak Morgan. Aelke langsung berjalan cepat menuju dapur dan melihat apa yang terjadi. Morgan meniup tangannya, sepertinya ia tersiram air panas, di atas lantai, panci sudah tergeletak dengan air yang berantakan."Lo gapapa?" tanya Aelke khawatir, Morgan menoleh dan mendapati Aelke sudah berdiri di belakangnya.
"Gapapa, kok... Lo ngapain kesini??" tanya Morgan menyembunyikan tangannya ke belakang tubuhnya.
"Ckck, udah deh ya, gue gak apa-apa kok, Gan... Sini!" Aelke meraih tangan Morgan yang disembunyikannya, Morgan mendesis perih, tangannya yang terkena air panas memerah.
"Kalo gak bisa, jangan maksain, tukang bubur banyak juga," Aelke menggiring Morgan menuju sofa yang ada di ruang tengah dan mendudukkannya. Morgan menatap Aelke yang berjalan lemah, lalu mengambil kotak P3K. Morgan menautkan alisnya, 'Kok dia tau gue mau bikin bubur?' gumam Morgan dalam hati.
"Aduh!!!" pekik Morgan saat Aelke mengompres tangannya dengan alkohol. Aelke tidak peduli Morgan teriak-teriak, ia terus mengompresnya sampai Morgan merasa lebih baik. "Biasanya senga banget, diginiin aja teriaknya kenceng banget, payah!" tukas Aelke.
"Kan sakit, perih, panas!!" Timpal Morgan.
Setelah selesai, Aelke menyandarkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata, Morgan memerhatikan Aelke, ia baru sadar Aelke sedang sakit saat ini.
"Maaf ya, lo yang sakit jadi gue yang ngerepotin, dapur berantakan pula..." gumam Morgan. Aelke membuka matanya dan menoleh pada Morgan dengan kepala yang masih menyandar di sofa, "Gak apa-apa, makasih udah usaha, gue baik-baik aja, kok!" ucap Aelke tersenyum.
"Ya udah, mumpung si kembar masih tidur, gue mau nyari makanan dulu, tahan dulu sakitnya ya," Morgan langsung bangkit dan meraih kunci mobilnya.
***
Rafaell duduk termenung di depan kelas. Ia masih memegang kotak makanan yang berisi Sushi untuk Aelke. Karena Aelke tidak ada, ia jadi bingung sendiri, apalagi jika mengingat Morgan dan mengingat apa yang dikatakan Bisma cs tempo hari. Apa Aelke memang dekat dengan Morgan?
"Wei, ngelamun aja...." Dinda dan Rasya yang kebetulan lewat mengagetkan Rafaell yang melamun seorang diri.
"Eh, ngagetin aja!" timpal Rafaell tersenyum simpul.
"Kenapa coco? Galau lo?" tanya Rasya, Rafaell terkekeh dan menyodorkan kotak makanannya kepada Rasya "Nih, buat kalian, makan ya..." ujar Rafaell. Rasya dan Dinda saling pandang, "Serius? Wih, Sushi...!!" ucap Dinda membuka kotak makanan tersebut.
"Makan, ya... Tadinya buat Aelke, cuma dia kan gak dateng." ucap Rafaell. Dinda dan Rasya seketika diam, baru ingat Aelke memang tidak masuk sekolah hari ini, jadi iba melihat Rafaell yang begitu menyayangi Aelke. Setelah itu, Rafaell berjalan meninggalkan Dinda dan Rasya.
"Hei, aku boleh tanya sesuatu?" Dinda dan Rasya membalikkan tubuhnya dan di hadapannya sudah ada Ifa.
"Tanya apa, ya?" tanya Dinda.
"Mmm.. Sebenernya, Rafaell sama Aelke deketnya udah berapa lama ya?" tanya Ifa. Dinda dan Rasya terdiam. Suasana menjadi hening. Ifa masih berdiri menunggu apa yang akan diucapkan teman dekat Aelke.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY TWINS
RomancePerjodohan mungkin dianggap tabu di zaman modern seperti saat ini. Namun itu terjadi pada Morgan Oey dan Aelke Mariska yang harus menerima dijodohkan oleh orang tuanya karena permintaan dari mendiang kakek Morgan yang sudah meninggal. Morgan dan Ael...