(15) Pasangan Muda

4.8K 223 1
                                        

Rangga keluar dari ruangan Rafha. Seorang perawat laki-laki mendampinginya dengan sebuah map di tangannya.

"Maaf, Morgan, Aelke. Ini ada kesalahan atau bagaimana? Dari hasil test yang dilakukan tiga kali oleh perawat saya, darah kalian tidak ada yang cocok sama sekali dengan Rafha." ucap Rangga. Aelke dan Morgan diam seketika. Mereka baru sadar, bahwa baby twins bukanlah anak kandung mereka.

Rangga menatap Morgan dan Aelke bingung.
"Rafha butuh darah yang cocok dengan dirinya kurang dari 1 jam terkahir." ucap Rangga.

Aelke dan Morgan saling pandang bingung.
"Hmm, kenapa bisa begitu??" tanya Aelke takut.

"Dimana saya bisa dapatkan donor darah yang cocok dengan Rafha?" tanya Morgan cemas. Ia mengalihkan pembicaraan, Rangga terlihat bingung melihat pasangan muda di hadapannya.

"Suster!" teriak Rangga, seorang suster datang menghampirinya.

"Tolong ke rumah sakit di sekitar sini, cari 2 kantung darah, golongan darahnya B. Dapatkan kantung darah itu dimanapun, sekarang. Pakai mobil saya!" titah Rangga pada suster yang tadi membantu menangani Rafha. Suster tersebut mengangguk dan langsung bergegas mencari donor darah bersama seorang perawat laki-laki.

Aelke menggenggam tangan Morgan takut. Morgan menoleh saat mengetahui Aelke menggenggam tangannya. "Sabar, kita berdoa..." ucap Morgan mengelus rambut Aelke. Baru kali ini Morgan melihat Aelke sedih dan ketakutan. Ia pasti merasakan banyak ketakutan. Takut Rafha tidak bisa selamat, takut identitas mereka diketahui, dan takut akan perasaannya sendiri.

Aelke menggendong Rifha yang sudah tertidur. Suster tadi dengan baik bisa membuat Rifha tidur lelap, disini Aelke sadar, ia belum bisa menjadi ibu yang baik.

"Rifha, maafin mommy ya... Kak Rafhanya sakit, Rifha jangan ikut sakit..." gumam Aelke sambil mengusap rambut Rifha lembut. Ia khawatir Rifha akan mengikuti kakaknya, karena mereka memang kadang selalu kompak. Rafha menangis, Rifha ikut menangis dan begitu juga sebaliknya.

Morgan menatap Aelke yang terlihat begitu menyayangi baby twins bukan karena tuntutan kutukan lagi, tapi karena murni kasih sayang dari seorang wanita yang memiliki naluri keibuan.

Setelah menunggu beberapa menit. Akhirnya suster yang tadi mencari kantung darah di beberapa rumah sakit datang.

Rangga langsung masuk kembali ke dalam ruangan. Morgan bangkit, ia melihat Rafha dari kaca bulat transparan yang menempel di pintu ruangan. Rafha terlihat lemah, Morgan miris sendiri melihat Rafha yang masih kecil tapi kepalanya sudah diperban dan selang infus dengan jarum yang menempel di tangan kanannya. Belum lagi, Rangga kembali menusukkan jarum mungil ke tangan kiri Rafha agar donor darah tadi bisa masuk ke dalam tubuh Rafha.

Beberapa saat kemudian, Rangga keluar dari ruangan dan tersenyum lega.

"Kalian boleh masuk dengan tenang. Agar Rifha tidak menangis, sebaiknya ia tidak ikut melihat kakaknya di dalam." jelas Rangga sambil melepas sarung tangannya. Aelke dan Morgan tersenyum lalu mengangguk.

"Makasih dokter, kalo aja kamu gak disini, mungkin kita bakal kesusahan buat cari rumah sakit." ucap Aelke. Rangga tersenyum menatap Aelke.

Sebenarnya, Rangga masih heran mengapa Rafha tidak cocok golongan darahnya dengan pasangan muda di hadapannya. Tapi sepertinya, Rangga memilih diam dan tidak ikut campur.  

"Rifha biar sama saya, kalian masuk aja." ujar Rangga sambil mengambil alih tubuh mungil Rifha yang terlelap. Dengan tidak enak hati, Aelke memberikan Rifha lalu masuk ke dalam ruangan bersama Morgan.

"Rifha, kamu tahu? Mommy kamu itu wanita yang lembut dan penyayang..." ucap Rangga menimang-nimang tubuh Rifha.

***

BABY TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang