(26) Telling a Trap!

4.9K 204 2
                                    

Aelke dan Morgan memutuskan untuk ke rumah suster Hana, tapi sayang, sesampainya disana, tidak terlihat ada siapapun. Rumahnya sepi dan lampu di dalam rumahnya pun tidak hidup sama sekali.

Aelke menangis, ini sudah lewat tengah malam, tapi mereka belum menemukan sekedar pencerahan akan mencari baby twins mereka kemana.

"Arrgghh!!" Morgan memukul stir mobilnya, ia dan Aelke sudah berusaha mencari keberadaan baby twins di sekitar Jakarta tapi tidak menemukan sedikitpun tanda-tanda bayi kembar mereka.

"Kita harus gimana lagi? Aku gak akan bisa tanpa dua bayi itu... Aku sayang mereka, Gan." ujar Aelke. Morgan menoleh dan perlahan mengusap air mata yang mengalir di pipi mulus Aelke. "Sabar, sayang. Mereka milik kita, dipercayakan sama kita, pasti bakal ketemu buat kita." ujar Morgan berusaha menenangkan padahal, hatinya sendiri tengah gusar. Karena dia bukan lagi takut akan kutukan yang pernah ada saat baby twins ditemukan. Tapi, ia benar-benar menyayangi dua bayi tersebut dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

"Tapi, kita mau cari dimana? Ini udah bukan malem lagi." Aelke.

"Kita pulang dulu aja ya, siapa tau mama kamu tau info soal suster Hana, atau siapa tau baby twins ada disana." usul Morgan, Aelke terdiam sejenak. Sepertinya pulang ke rumah adalah pilihan terakhir. Siapa tau disana mereka bisa lebih tenang.

"Tapi ini udah malem banget." ujar Aelke, saat ini memang sudah pukul 01.25 dinihari.

"Gak ada orang tua yang menolak kedatangan anaknya, sayang. Take it easy, lah!" Morgan. Aelke akhirnya mengangguk dan Morgan perlahan melajukan mobilnya menuju rumah Aelke. Aelke sesenggukan saja sambil memejamkan matanya. Sedangkan Morgan, berkali-kali menenangkan hatinya sendiri, berpikir positif bahwa bayi mereka akan kembali pada mereka. Meskipun, ia memikirkan sms yang Irma kirimkan. Morgan sudah berusaha menghubungi nomor Irma itu, ia juga mencari lokasi nomor ponsel Irma berada dimana, tapi nomor tersebut tidak aktif, dan Morgan belum memberitahu itu pada Aelke. Ia tak mau Aelke makin tertekan karena semua ini.

***

Alfard meraup popcorn dari toples kecil yang digenggamnya. Ia lalu mengunyahnya dan fokus menatap layar Televisi di hadapannya.

Alfard mengernyitkan dahinya saat mendengar bel dari gerbang luar rumahnya.
"Siapa malem-malem gini?" ujarnya bangkit dan menyingkapkan sedikit gorden dan melihat keadaan di luar. Alfard terdiam sesaat, ia mengingat bahwa tadi siang, Morgan mengendarai mobil berwarna merah. "Si Morgan bukan, ya?" gumamnya sambil berjalan menuju pintu dan menekan tombol khusus untuk membuka gerbang luar rumahnya, baru setelah itu ia membuka kunci pintu rumahnya.

Morgan dan Aelke turun dari mobilnya. Aelke langsung mendekati kakaknya lalu memeluknya sambil menangis.

"Eh, lo ngapa? Pulang mau subuh gini kok, nangis?" tanya Alfard. Aelke tidak menjawab. Morgan mendekati Alfard dan berdiri disana.

"Gan, kenapa? Adek gue lo apain?"

"Kita bicara di dalem aja ya, kak Alfa." usul Morgan dan mereka masuk ke dalam rumah.

***

Morgan menjelaskan kronologi saat mereka tahu baby twins tidak ada di rumah. Aelke duduk di samping Morgan masih sesenggukan. Alfa terdiam mendengar cerita dari Morgan.

"Sabar dulu sipit, jangan nangis terus, itu mata makin tenggelem." ujar Alfa, dan itu membuatnya sukses mendapatkan tatapan sinis dari Aelke.

"Udah lapor polisi?" tanya Alfa, Morgan dan Aelke menggeleng bersamaan.

"Lah, kenapa? Ini kan kriminalitas, harus dilaporin biar gampang nyarinya. Bahaya kalo didiemin lama-lama." ujar Alfa.

"Aelke nolak waktu gue mau telepon polisi." ujar Morgan.

BABY TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang