(10) Nightmare

5.2K 228 0
                                    

Minggu yang cerah. Aelke menjemur bayinya di depan rumah sambil mengajak keduanya berinteraksi meski belum mengerti. Morgan memang sudah tidak peduli lagi. Ia jarang di rumah kecuali tidur, sepulang sekolah hanya mengantar Aelke sampai rumah lalu pergi entah kemana. Aelke cukup sabar, jiwa keibuannya keluar dan semua ia kerjakan sendiri.

Hari minggu ini Morgan berada di rumah setelah semalam pulang pukul 23.45 WIB. Morgan keluar dari rumah dan menghidupkan kran air di depan rumahnya. Ia mencuci mobil bagian luarnya dan sesekali memerhatikan Aelke yang sedang bercengkrama dengan si kembar.

"Pagi ibu muda..." Aelke menoleh, Rangga sudah berdiri di depan pagar rumah Aelke dan menghampirinya. Aelke tersenyum pada Rangga, "Wah, berasa di pantai ni si kembar jemur-jemuran..." Aelke terkekeh mendengar ucapan Rangga. Morgan yang sedang mencuci mobil, diam-diam mendengarkan percakapan Aelke dan Rangga.

"Udah diajak refreshing belum si kembarnya?" tanya Rangga, Aelke menggeleng "Belom, emang harus ya?" tanya Aelke polos.

"Harus, dong... Masa cuma orang dewasa aja yang refreshing.. Mereka kan butuh sesuatu yang fresh juga biar gak terlalu rewel, bete, apalagi sampe stress." ucap Rangga.

Aelke membulatkan mulutnya "Oooh.. Gitu..." ucapnya.

"Ya udah, tunggu apa lagi? Mending sekarang ajak mereka jalan-jalan ke taman yang deket sini, mumpung masih pagi." Rangga mencubit pelan pipi Rafha, lalu beralih mencubit Rifha gemas. Aelke melihat Rangga memiliki jiwa penyayang terhadap anak-anak. Tidak seperti Morgan yang mudah marah jika bayi kembar menangis terus-terusan.

"Ya, repot dong kalo aku jalan-jalan sama dua bayi begini..." Aelke, Rangga memicingkan matanya menatap Morgan.

"Kan itu ada papanya.." ucap Rangga. Aelke menoleh melihat aktifitas yang sedang Morgan kerjakan.

"Liat dong, daddy-nya sibuk begitu.." Aelke. Rangga tersenyum manis dan menggendong Rifha, Rifha menggeliat dan tertawa saat Rangga menggendongnya, lucu sekali wajahnya, mulutnya belum ditumbuhi gigi satupun.

"Daddy-nya si kembar, saya ijin ajak anak-anak jalan-jalan di taman deket sini boleh, dong?" tanya Rangga. Morgan yang merasa Rangga bicara dengannya langsung menoleh dan menatap Rangga, "Terserah deh.." singkat Morgan lalu kembali melanjutkan mencuci mobilnya. Rangga menatap Aelke, "Yuk! Rifha biar saya yang gendong, Rafha naik kereta aja.." ujar Rangga, Aelke mengangguk dan tersenyum, lalu mendorong kereta bayi Rafha perlahan-lahan meninggalkan rumah, berjalan kaki di pagi hari yang segar menuju taman kompleks.

Rangga sepertinya memang menyukai anak-anak. Terbukti dari caranya memperlakukan Rafha dan Rifha sampai mereka tersenyum, tertawa, dan tidak menangis sama sekali.

Sesampainya di taman. Aelke menggendong Rafha dan menghadapkannya pada Rifha yang tengah digendong Rangga. Bayi kembar itu tertawa dan saling ingin merangkul satu sama lain.

"Kamu tau banget kayanya sama keadaan anak kecil, mereka biasanya rewel loh, ini malah ketawa mulu," Aelke. Rangga dan Aelke duduk di salah satu kursi taman dan si kembar dalam pangkuan keduanya. Rangga terkekeh mendengar ucapan Aelke.

"Maklum, lah... Aku dari dulu gak punya adik, dan sekarang berprofesi sebagai dokter anak, jadi anak-anak itu udah kaya bagian tubuh yang penting buat aku, sedih mereka, sedih aku juga." ucap Rangga, dan disitu Aelke langsung kagum pada Rangga yang memang sangat penyayang.

***

Di rumah, Aelke yang masih 17 tahun menikmati perannya sebagai ibu dadakan. Meski cara dia memakaikan baju, memandikan si kembar, dan menjaganya masih kaku dan salah-salah.

Malam ini Morgan tetap di rumah, ia hanya duduk menonton TV sambil mengunyah makanan ringan. Aelke mendekati Morgan dan duduk di sebelahnya.

"Gan...!" sapa Aelke.

BABY TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang