"Gan, kamu kenapa?" teriak Aelke panik. Morgan terduduk dengan wajah yang meringis kesakitan. Aelke cepat-cepat menghampiri Morgan.
Morgan mengipas-ngipaskan tangannya sendiri di atas kakinya. Aelke terkejut saat melihat kaki Morgan yang mengeluarkan darah segar.
Tanpa pikir panjang, Aelke membantu Morgan berdiri dan memapahnya untuk duduk di atas ranjangnya sendiri. Morgan meringis kesakitan. Aelke langsung mengambil kotak P3K, tapi sebelumnya ia mengangkat tubuh baby twins naik ke kereta bayinya.
Aelke dengan hati-hati membasuh luka Morgan dengan alkohol, Morgan berteriak kesakitan.
"Duh, jangan teriak-teriak, nanti aku disangka jahatin kamu..." ujar Aelke, Morgan dengan wajah meringisnya berusaha menahan perih.
Setelah darahnya berhenti mengalir, Aelke meneteskan obat merah tepat di atas luka Morgan.
"Aaaaaaarrrghhh...... Perih perih periiiih...." teriak Morgan sambil meremas seprei kasurnya.
Aelke kewalahan sendiri menangani semua itu. Sampai mau diperban saja Morgan masih berteriak kencang.
"Kamu kenapa sih bisa sampe begini?" tanya Aelke sambil menggunting kain kasa yang menjadi perban dan menempelkan hansaplast untuk perekatnya.
"Gak sengaja..." jawab Morgan sambil meringis.
"Emang tadinya mau ngapain sampe berantakan begini...?" Aelke menatap Morgan khawatir, kamarnya berantakkan sekali.
"Mau pasang jam dinding, pakunya jatoh, jamnya pecah, kena kaki deh..." ujar Morgan. Aelke menghela nafas panjang, Morgan membuatnya takut.
"Lain kali hati-hati, ya..." ucap Aelke membereskan kotak P3K. Morgan mengangguk dan tersenyum.
"Makasih ya, sayang. Maaf aku ngerepotin kamu." ucap Morgan. Aelke menatap Morgan sambil tersenyum, Morgan jadi kikuk sendiri diperhatikan seperti itu oleh Aelke.
"Kenapa, sih? Ada yang aneh ya sama aku?" tanya Morgan karena Aelke malah asik memperhatikan Morgan. Aelke tertawa mendengar pertanyaan Morgan.
"Haha, kamu lucu!" tukas Aelke, Morgan menautkan alisnya, ia tengok kanan-kiri dan melihat dirinya sendiri.
"Lah, lucu kenapa sih?" tanya Morgan bingung.
"Lucu tau, yang biasanya pecicilan kalo lagi sakit teriak-teriak kaya tadi." ujar Aelke, dan Morgan sontak mengerucutkan bibirnya.
"Apa deh kamu ngeledek..." ucap Morgan.
Aelke terkekeh dan mencolek hidung Morgan. "Jangan ngambek, gantengnya turun level entar..." ujar Aelke."Udah berani colek-colek ya sekarang?" tanya Morgan dengan wajah tengilnya, Aelke makin geli melihat Morgan.
Dari luar, terdengar suara tangis baby twins yang memanggil-manggil mommy, Aelke langsung bangkit hendak menuju keluar, tapi ia terlebih dulu berjongkok di hadapan Morgan yang tengah duduk di tepi ranjang.
"Cepet sembuh ya daddy, entar jalanin hukuman buat sekolah gimana kalo kakinya sakit. Istirahat aja disini, baby twins aku yang urus. Mwach!" Aelke dengan berani mencium pipi Morgan sekilas dan langsung berlari keluar dari kamar Morgan. Morgan bengong dengan mulut yang menganga, Aelke menciumnya, oh my waw!
***
Aelke dan Morgan kembali ke sekolah dan harus menjalani hukuman dari sekolah. Ia dan Morgan harus berlatih untuk mengisi acara wisudaan dan malam pensi nanti. Pagi ini Aelke yang mengemudikan mobil karena telapak kaki Morgan masih sakit dan belum bisa berjalan seperti biasanya. Ia ke sekolah memakai sendal, kalau bukan karena hukuman untuk ikut berlatih vokal, Morgan pasti tidak akan repot-repot untuk masuk sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY TWINS
RomancePerjodohan mungkin dianggap tabu di zaman modern seperti saat ini. Namun itu terjadi pada Morgan Oey dan Aelke Mariska yang harus menerima dijodohkan oleh orang tuanya karena permintaan dari mendiang kakek Morgan yang sudah meninggal. Morgan dan Ael...