#13 - First Moment

5.7K 358 2
                                    

Sudah dua hari ini Pina merasakan nyeri pada perutnya. Dan sudah dua jam pula Pina mendengarkan penuturan guru bahasa, membuat raut wajahnya menjadi sedikit pucat karena menahan perih di perutnya yang tidak kunjung reda. Pina meringkuk di meja, tangannya dilipat sehingga menutupi wajahnya. Guru bahasa sudah pergi beberapa detik yang lalu, dan Pina sibuk meletakkan bebauan minyak kayu putih dihidungnya dari bawah meja.

Disisi lain, Adit terus memperhatikan gerak gerik Pina yang tidak bisa diam. Sejak tadi kaki Pina diketuk-ketukkan di bangku, membuat bunyi yang sedikit berisik. Meski Adit yakin bunyinya tidak sampai menganggu satu ruangan kelas. Tapi tetap saja itu mengganggu konsentrasi Adit bermain game COC di ponselnya. Gak lama Aditpun berpaling ke Pina yang mengeluarkan suara desahan, seperti menahan rasa sakit.

Adit sungguh ingin bertanya sekarang pada cewek yang duduk disebelahnya itu, tapi jelas cowok itu tengsin. Desahan itu kembali muncul dari Pina, membuat Adit benar-benar sedikit khawatir dan mengangguk mantap untuk bertanya.

"Heh Pina. Gakpapa lo?" Tanya Adit seraya menggoyang-goyangkan bahu Pina.

Pina berdecak, minyak kayu putihnya ditutup rapat dan diletakkan ke kolong meja. Lalu mendongak kekiri, melihat ke arah Adit dengan tatapan mengintimadasi. Sungguh cowok itu mengganggunya mencoba untuk tidur.

Adit menaikkan dagunya, memberi isyarat kenapa dan apa yang terjadi dengan gadis itu. Keringat Pina bercucuran didahinya, membuat Adit ingin menyentuh dahi cewek itu. Memastikan apakah semuanya baik-baik saja atau tidak. Tapi sebelum itu terjadi Pina dengan segera bangkit, menampakkan seluruh wajahnya yang amburadul.

"Ada apa sih. Ganggu aja lo." Cetus Pina membuat Adit menggeleng-gelengkan kepala. Tangannya dengan cepat menyentuh dahi Pina, sehingga tidak ada celah untuk Pina menghempasnya karena gerakan itu sungguh cepat. Tidak sampai tiga detik Adit menurunkan lagi tangannya. Lalu menarik tangan gadis itu keluar kelas.

DEG.

"Eh, eh mau kemana, ih Adit!"

Beberapa manusia didalam kelas memperhatikan Adit menyeret tangan Pina. Tidak banyak yang membicarakan mereka, hanya desas-desus kecil tentang kedekatan Pina dan Adit yang dilihat barusan. Ria yang baru datang dari toilet menjadi bingung ketika dia ikut melihat kemana arah mata teman-temannya memandang, bangku Pina dan Adit yang kosong.

Tepat di koridor bagian dalam yang sepi karena pelajaran masih aktif di jam 9. Pina ingin sekali melepaskan genggaman tangan Adit yang mulai mengeras saat tiba-tiba dia merasakan nyeri lagi dan membuat satu tangannya memegangi perut.

"Adit.. Augh." Pina mencoba menghentikan Adit yang masih berjalan gusar entah membawanya kemana. Adit berhenti, menoleh kebelakang.

Wajah Pina benar-benar pucat dan rasa sakit diperutnya sungguh melilit, membuat cewek itu sampai berjongkok. Menunduk, tidak mau memperlihatkan wajah lemahnya di depan seseorang. Apalagi Adit!

Adit ikut membungkuk, mendongakkan dagu Pina sebentar untuk melihat keadaan Pina. Lalu cowok itu berjongkok membelakangi Pina.

"Ayo naik." Kata Adit menyuruh Pina untuk naik kepunggungnya. Adit tau Pina sudah tidak bisa diajak jalan kaki.

Pina diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Bukan apa-apa, masalahnya dia terpaksa naik ke punggung Adit karena perutnya sungguh melilit. Catat, hanya terpaksa. Karena tidak mungkin dia memanggil Keno ataupun Beni bahkan semua sahabatnya, ponselnya kan ditinggal di kolong meja kelas.

---

"Dit." Pina memanggil Adit, cewek itu setengah sadar karena dia baru saja selesai tidur. UKS ini sepi, hanya ada dirinya dan Adit serta satu siswi kelas 10 di ruang depan, anak Osis yang giliran jaga UKS.

FIRST SIGHT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang