#17 - Peduli (2)

4.8K 325 0
                                    

Tidak sampai disitu saja, Pina dan Adit masih melanjutkan aksi bepergian absurd nya. Pina sama sekali tidak membahas tentang apa yang sudah dan sedang terjadi pada Adit. Cewek itu hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk bertanya. Pina rasa Adit sudah agak baikan ketimbang yang tadi. Meski cowok itu dua kali lipat lebih mengesalkan, tapi Pina jelas tiga kali lipat lebih sabar menghadapinya. Dia terima-terima saja jika Adit memakinya bahkan menoyor kepalanya beberapa kali. Pina akan membiarkan itu hingga mood Adit kembali membaik.

"Mau kemana lagi Mas?" Tanya Pina seraya menutupi kepalanya karena sore ini tiba-tiba mendung dan sedikit gerimis.

"Mas, Mas, emang gue kang grab."

Pina terkekeh, "emang bukan ya?"

Adit menarik remnya mendadak, sehingga membuat Pina yang semula berpegangan kecil ke jaket Adit, sekarang malah rekat memeluk tubuh cowok itu. Efek kaget.

"Pelan-pelan buset!" Pina buru-buru melepas pelukannya sebelum terjadi yang tidak-tidak pada jantungnya. Maksudnya adalah hatinya!

"Gue bukan kang grab!" Kata Adit seraya menaikkan kaca helm full facenya lalu menengok kebelakang.

Anjir sensitif amat. Kan gue lagi canda ya! "Canda gue elah..-Eh Dit ujan. Minggir!" Pina langsung turun dari motor Adit, cewek itu berlari ke dalam ruko yang berpenghuni.

Adit rupanya ikut meminggirkan motornya, turun dari CBRnya lalu ikut berlari ke Pina. Jaketnya sedikit basah karena guyuran hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya. Sebelum akhirnya Adit melirik Pina sebentar, lalu memalingkan pandangan cepat-cepat saat matanya tidak sengaja melihat hal yang menggugah imannya.

Adit melepaskan jaketnya, melempar ke Pina dengan cepat. "Paan nih." Pina mendelik ke Adit dengan tatapan tanya. Kenapa pula itu benda dilempar ke arahnya.

Adit menunjuk ke dada Pina tanpa menoleh, memperlihatkan seragam bagian depan Pina yang basah dan terawang. Semerta-merta Pina langsung menutupinya dengan jaket Adit. Hari ini memang Pina sengaja tidak pakai dalaman kaos karena entah kenapa tadi pagi dia kegerahan.

"Mesum lo!" Umpat Pina menyembunyikan rasa malunya karena dadanya yang nyeplak.

Adit melirik ke Pina yang mencoba mensletingkan jaket cowok itu dengan gerakan cepat. "Tai amat. Kek bagus aja itu lo."

"Aduh!" Adit merasa kakinya diinjak oleh Pina. Cowok itu mengernyit sebelum akhirnya melihat Pina yang terburu-buru menyeleting jaket Adit yang sampai sekarang gak naik-naik keatas. "Mau dibantuin gak?" Ujar Adit seraya melihat gerakan Pina menarik sleting jaketnya.

Pina menggeleng cepat. "Ogah amat!"

"Ye yaudah. Biar digodain lo sama bapak-bapak yang disana. Mereka lagi liatin elo." Tunjuk Adit pada perkumpulan bapak-bapak yang ikut berteduh di ruko kosong itu. Memang benar, bapak-bapak itu melihat kearah kedua bocah berseragam sambil menampakkan wajah senyumnya.

Pina terhenyak, "ih geli. Adit pasangin." Pinta Pina memanyunkan bibirnya, cewek itu memilih untuk menghadap ke arah berlawanan dengan bapak-bapak itu. Yap, meski itu menghadap ke Adit.

Adit dengan respon yang cepat sambil terkekeh, membantu Pina untuk menarik sletingnya sampai keatas. Membuat sesekali cowok itu menarik nafas karena ya, dada Pina benar-benar nyeplak. Dan Adit sebagai cowok normal dengan kesabaran penuh melirik kesegala arah, sampai pada bagian tengah sebelum ke dada, Adit menyuruh Pina untuk melanjutkannya sendiri. Tentu saja Adit disitu takut khilaf.

Adit memalingkan wajahnya saat itu juga. Dia sungguh tidak mau berlama-lama didekat Pina. Rasanya aneh, seperti petir yang menyambar barusan. Hatinya tidak tau kenapa jadi ikut bergetar. Katakanlah ini lebay. Tapi Adit benar-benar merasakannya.

FIRST SIGHT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang