#19 - Menunggu

5.1K 317 2
                                    

Pak Amri, selaku guru biologi masuk dengan membawa tumpukan buku paket, dengan ceringaiannya yang khas beliau menyapa muridnya. Sesekali memperhatikan semua anak didiknya yang lengkap, sesaat kemudian beliau teringat sesuatu lalu pamit keluar kelas sebentar.

Adit membuka matanya ketika didengar Pak Amri pamit untuk keluar kelas. Tanpa berfikir panjang lagi, Adit mengambil tasnya, menyampirkan salah satu talinya dibahu kanan kemudian bangkit, hendak pergi meninggalkan kelas tanpa permisi. Pesan dari Apet barusan berhasil membuat Adit malas sekolah.

Pina yang melihat Adit tiba-tiba pergi jadi ikut membereskan buku biologinya yang baru saja ia keluarkan. Cewek itu ikut keluar kelas, reflek membawa tasnya. Meski beberapa teman sekelasnya menanyakan kemana ia akan pergi, Pina tidak peduli. Dia hanya berjalan keluar kelas, menyusul Adit yang entah akan pergi kemana.

Merasa diikuti, Adit menoleh kebelakang. Dilihatnya Pina menyusul Adit dengan berlari kecil. Keadaan lorong sangat sepi karena jam pelajaran sudah berlangsung sehingga membuat jalanan lenggang untuk Pina berlari mengejar Adit.

"Ngapain lo?" Tanya Adit dengan sebelah alisnya yang terangkat. Cowok itu bingung dengan Pina yang ikut-ikutan membawa ransel sama sepertinya.

Pina menormalkan nafasnya, lalu melihat ke arah Adit sambil telunjuknya menunjuk Adit dengan tatapan sok tau. "Cabut ya lo." Celetuk Pina membuat Adit memutar bola matanya.

Sebelum Adit menimpali perkataan Pina, cewek itu buru-buru meneruskan perkataannya. "Jangan tanya gue kenapa. Intinya, gue mau ikut elo." Sambil melirik ranselnya yang digemblok dipunggung belakang.

"Terserah." Jawab Adit pasrah. Malas berdebat dengan Pina.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di gedung belakang sekolah. Mereka berdua benar-benar cabut sekolah, dengan cara memanjat tembok belakang. Lalu kemudian keduanya berjalan beriringan, berbelok kekanan, gang kecil yang arahnya tentu saja menuju ke warung embah.

Pina sejak tadi memainkan kukunya, sesekali melirik ke Adit yang menampakkan wajah bimbang. Pina ingin bertanya, tapi takut jika saja Pina dibilang sok peduli. Nyatanya, Pina benar-benar cemas akan hal yang menimpa Adit. Dari tempatnya berdiri sekarang, Pina bisa melihat jelas wajah cemas Adit yang saat ini sedang menstater motornya. Entah bagaimana motornya bisa diparkir di warung embah, bukan di parkiran sekolah. Pina fikir Adit melakukannya dengan sengaja.

Adit melihat Pina beberapa detik setelah memakai helm full face nya. Gerakan dagu cowok itu mengisyaratkan Pina untuk ikut naik di jok motor Adit. Pinapun mengangguk seraya ikut memakai helm yang disodorkan Adit.

Tidak butuh waktu lama untuk tiba di tempat tujuan Adit, sesuai tebakan Pina. Adit menstandarkan motornya dan berjalan masuk kedalam gedung rumah sakit. Diikuti oleh Pina yang setengah ngeri. Pina tidak yakin dengan apa yang dilakukannya sekarang. Ia merasa seperti akan tau segalanya tentang kehidupan Adit. Entah, Pina sendiri ingin tau bagaimana Adit hidup dan tentu saja Pina ingin memverifikasi gosip aneh yang beredar di sekolahnya.

Ruangan VIP-305, dengan tanpa diminta pintunya terbuka dengan sendirinya karena seseorang tiba-tiba keluar dari dalam ruangan. Seorang gadis manis yang rambutnya dikuncir kuda, menampakkan senyumnya menyambut kedatangan Adit. Juga Pina yang balik menyapa dengan senyumannya.

Adit, cowok itu sama sekali tidak membalas sapaan gadis berseragam SMP itu. Cowok itu tanpa basa-basi langsung masuk kedalam ruangan VIP tadi. Pina yang merasa dirinya orang baru tidak ikut masuk, cewek itu terus memperhatikan gadis yang saat ini berdiri tepat didepannya. Sepertinya gadis itu menahan tangis.

"Kamu gakpapa?" Pina sedikit merunduk untuk melihat wajah gadis itu. Rupanya gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

Gadis itu mendongak, lalu tersenyum. Butiran air mata yang tumpah ke pipinya diusap cepat. "Aku gakpapa kak. Kenalin," gadis itu mengulurkan tangannya, ingin menjabat tangan Pina, "aku Caca, adiknya bang Adit." Katanya seraya meremas pelan tangan Pina.

FIRST SIGHT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang