Perjalanan cukup panjang, bersama teman sekelas dengan beberapa mobil, menuju ke rumah Kepala Sekolah-Pak Jonatan. Tidak butuh waktu lama hingga mereka semua sampai di tkp, dresscode berwarna putih memenuhi area halaman rumah Pak Jonatan yang ramai dikunjungi oleh siswa angkatan kelas 11 maupun beberapa guru yang diundang. Tidak banyak yang hadir, hanya sekitar puluhan orang. Anak yatim yang dibilang kepsek juga belum terlihat, mungkin karena semua masih dipersiapkan, beberapa ikut membantu sedangkan Pina, Ria, Janet dan Sarah memilih untuk melihat-lihat beberapa barang yang akan disumbangkan.
Pina melihat sekitar, tidak ada tanda-tanda kedatangan Adit. Atau cowok itu sedang didalam rumah. Tidak, setau Pina, rumah Adit bukan disini, maksudnya ini berbeda daerah. Pina mengambil ponselnya dari slingbag, ia mengusap layarnya, lalu mengecek jika saja Adit mengiriminya pesan line. Adit berjanji untuk datang, namun sampai sekarang teman sebangkunya itu tidak juga kelihatan batang hidungnya. Adit juga tidak menghubunginya sama sekali. Saat kemudian dari arah belakang Pina mendengar suara Apet. Pina segera menghampiri cowok itu. Tidak heran jika Apet diundang diacara ini, Apet adalah sahabat dekat Adit.
"Hai, gue,-"
"Lo pasti nyariin Adit." Potong Apet sambil menyomot sepotong buah melon dipiring. Dia tau Pina sedang mencari-cari Adit. Itu jelas terlihat karena wajah Pina benar-benar terlihat, cemas!
Pina menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil mengangguk, dan masih memperhatikan sekeliling.
"Dijalan, bentar lagi..-Eh tuh dia." Apet mengelap tangannya dengan tissue sebelum menghampiri sahabatnya yang baru datang. "Woy sini." Teriak Apet, diikuti oleh Pina yang berjalan menuju ke arah Adit.
"Noh, nyariin elo." Tunjuk Apet pada Pina.
Pina geleng-geleng kepala, "eh enggak gitu." Garuk-garuk kepala lagi.
Adit nampak terkekeh dengan tingkah salah tingkah Pina. Ia menyuruh Apet pergi, setelah kemudian menggiring Pina ke tempat yang agak sepi. Jauh dari keramaian dihalaman, rupanya anak-anak yatim yang di undang Pak Jonatan sudah hadir.
"Nyariin gue?" Tanya Adit menaikkan sebelah alisnya.
Pina melotot, "enggak." Pipinya bersemu, jujur saja dia lega karena Adit benar-benar datang ke acara ayahnya.
Adit terkekeh lagi, cowok itu mengusap pucuk kepala Pina. Membuat gadis itu menyembunyikan wajahnya yang dirasa benar-benar, panas.
"Ingetin gue nanti." Adit menarik tangannya dari kepala Pina, sorot matanya mengisyaratkan kegelisahan. Membuat Pina berani menatap manik mata coklat Adit. "Ingetin gue soal Caca, ingetin gue soal bokap, dan ingetin gue supaya gak emosi sama orang itu." Adit menghela nafasnya agak berat. Pina tau orang itu, yang disebut Adit barusan adalah mamanya Caca-Mama tirinya. Pina tau maksud dari mengingatkan itu, Pina tau bahwa dia harus bersama dengan Adit seharian ini. Dia harus menemaninya, sekaligus tidak membiarkannya meluapkan emosi atas diadakannya acara ini untuk Caca. Pina tidak tau apa pengaruhnya Pina berada didekat Adit. Hanya, Pina ingin melakukan hal itu. Dan tentu saja Adit juga ingin begitu.
Ponsel disaku Adit berdering nyaring, membuat Pina melongok dan mendapati nama 'Ayah Fendi' dilayar ponsel cowok itu. Adit tidak lekas mengangkat, hanya menimbang-nimbang. Padahal barusaja ia melewati Jonatan didepan sana, tapi sama sekali Adit tidak berminat menyapa, apalagi ada orang itu. Caca, entah gadis itu dimana, mungkin sedang bersiap-siap. Fendi itu sebutan lain Jonatan dari Bundanya, meski sebegitu bencinya Adit terhadap ayahnya, namun iya tetap memberi nama 'Ayah' diponselnya. Memberikan nama Ayah Fendi, seperti yang sering bundanya ucapkan.
"Siapa?" Tanya Pina hati-hati. Disana ditulis dengan nama Ayah, tapi tentu saja Pina tidak mengetahui kebenaran nama itu.
"Bokap." Sambil memasukkan ponselnya kembali kekantung celana. Pina sekilas mengernyitkan dahinya, tidak tau apa yang dimaksud dengan 'bokap'. Adit tersenyum miring, saat kemudian ponselnya bergetar lagi. Kali ini bukan dari Fendi, tapi dari Ratna. Suster VIP yang pernah merawat bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST SIGHT [COMPLETE]
Fiksi RemajaCinta pada pandangan pertama? Omong kosong! Tapi, siapa yang percaya kalau akhirnya pertemuan pertama mereka menjadi sebuah takdir untuk terus bertemu. *beberapa part di private, just follow, and open part Warning!! Terdapat umpatan kasar didalam c...