20 | Worst Nightmare

5.8K 440 7
                                    

★★★★★★★★★★★★★★★★

Aku terbangun, keringat dingin mengucur menuruni seluruh tubuhku. Itu merupakan mimpi terburukku, tapi aku tahu itu nyata disaat aku selalu mengalami mimpi buruk seperti ini saat bertemu dengan Fiona. Aku memegang kepalaku seperti orang gila. Jika mimpi itu memang benar, jadi aku adalah orang yang membunuh Fiona kan? Itu... sungguh... insane.

Pengkhianatan merupakan hal yang tak termaafkan dalam kamusku. Fiona orang yang tak beruntung. Ini juga pertama kalinya aku menyesal membunuh seseorang. Bagaimana bisa aku bisa melanjutkan hidupku setelah melakukan hal bodoh itu? Tunggu, setelah itu aku jadi menggila kan? Entahlah, aku tak mau mengungkitnya lagi. Aku sangat lega ternyata Fiona belum sepenuhnya mati. Terkadang, tertukarnya kami ini melegakanku.

Jika benar, kenapa Fiona tidak melakukan apapun disaat jika ia selama ini ingat apa yang terjadi padanya? Tapi, sejak kapan ia ingat? Apa ia merencanakan sesuatu padaku? Selama yang kuingat, Fiona adalah gadis yang lihai. Nanti atau tidak dia akan melakukan dendam terhadapku, tidak?

Aku lalu bangun dari tempat tidurku, untuk mengambil segelas air karena tenggorokanku sedari kering sekalian untuk mencari Fiona. Kutemukan ia sedang duduk di meja dapur tengah makan bersama Hunter. Dia tersenyum lebar kepadaku saat menyadari kehadiranku, seperti biasanya.

"Morning, Finn," sapanya.

Aku tak membalasnya dan memilih bersender pada dinding, bersedekap memerhatikannya. Aku ingat sebelumnya, Fiona tak akan menginjakkan kakinya di dapur serta jangan ditanya mengucapkan selamat pagi padaku, karena tiap hari yang ia lakukan adalah selalu mencoba menyelakaiku, walaupun semua usahanya sia-sia. Apa yang merubahnya sekarang? Karena kami tertukar? Apa yang Tuhan rencanakan padaku dan Fiona?

"Apa yang kau lakukan berdiri menonton kita seperti freak? Makan. Kita perlu energi," ujar Hunter sambil mengunyah sandwich miliknya.

Aku berjalan ke arah mereka dan duduk di depan Fiona dan sebelah Hunter. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanyaku sembari mengambil sepotong sandwich di piring yang sudah disediakan.

"Kita tak bisa di sini selamanya, smartass? " Hunter melihatku dengan tatapan aneh. Tak ada yang berani melakukan itu padaku selainnya. "Kudengar, bawahan Barzinni akan mendatangi kita kemari."

Aku mengangguk, tentu saja.

Hunter memiliki kecerdikkan tinggi dan networking yang luas, itulah kelebihannya. Dia menjadikan leader begitupun tactician yang hebat sepertiku, tapi bedanya aku tak suka membangun koneksi dengan orang-orang, dikarenakan banyak orang yang memiliki sisi gelap yang merugikan diriku, ya aku tahu aku terlalu paranoid tapi inilah aku. Aku selalu berpikir terlalu dalam. Dan berbeda dengan Hunter, aku tak bisa membacanya, akan tetapi karena dia tumbuh bersamaku jadi aku bisa mempercayai hidupku padanya. Meninggalkannya dulu, adalah penyesalan terbesarku.

"Bagaimana dengan Genova?" tanya Hunter, "Aku tak melihatnya lagi, apa dia kabur?"

"Dia dipindahkan duluan, ke tempat yang aman," jawabku.

Ia mengangguk. "Apa yang harus kita lakukan terhadap Barzinni, tinggalkan dia? Bunuh dia? Kita sudah mendapatkan apa yang-"

"Dia ikut bersama kita!" sahut Diego memotong pembicaraanku dengan Hunter.

Oh, aku lupa Fiona dan Barzinni mempunyai 'sesuatu' sebelumnya. Sudah berapa lama sejak mereka berdua bertemu? Dan bagaimana cara mereka berdua bertemu sebelumnya?

"Dia tidak akan ikut, princess. Aku tak mau menurutimu terus," tukasku.

"Jika kau membunuhnya, apa yang kau dapatkan? Kau akan menciptakan dendam lainnya pada Lanzonni!" balas Diego sengit, ia terlihat sangat keberatan.

My Lost Soul | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang