25 | Sacrifice

5.2K 444 28
                                    

★★★★★★★★★★★★★★★★

Diego memapah tubuhku. Damn, serangan tadi nyaris membunuhku. Kalau saja serangan Lanzonni tadi tidak meleset. Tapi, sedikit goresan dari bola hitam tadi sudah merobek dalam lengan kananku. Aku kehilangan banyak darah yang hampir tak menyadarkanku kalau bukan karena suara sengau dari Diego, maksudnya suaraku.

"A-Apa kau idiot? Kenapa kau melakukan itu tadi!" bentaknya dengan nada lirih.

Aku meringis pelan.

"Aku melakukan ini untukmu, bodoh," ujar Diego, tatapannya sendu melihat keadaanku.

Kedua alisku bertemu di pangkal hidung. "Apa?"

Ia menarik napasnya dalam-dalam dan melanjutkan kalimatnya, "Aku tak pernah mengkhianatimu. Aku ingin menghancurkan Lanzonni untukmu dengan memperoleh kepercayaannya dan menggagalkan rencananya. Terimakasih padamu rencanaku gagal."

"Apa maksudmu?" Aku makin bingung dibuatnya.

"Aku, Hunter dan Genova di balik semua ini, aku yang memaksa ingin menolongmu. Hunter sudah memberitahuku semua kisah tentangmu dan aku heran bagaimana kau masih bisa bertahan hingga sekarang. Ayahmu meninggalkan ibumu, dan dia malah menyiksamu. Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu dan inilah hal yang sangat ingin aku lakukan dalam hidupku, melakukan sesuatu besar. Aku tak menyesal bertukar denganmu, karena hidupku sudah hancur sejak lama!"

Aku makin memperdalam kernyitanku. "What? " Aku menggeleng, tak mengerti padanya. "Bagaimana kau bisa bertemu dengan mereka berdua? Kau membohongiku selama ini?"

"Aku tak ingat apa-apa saat aku sadar sampai Genova atau pamanku menyadarkanku dari tidur panjang. Hunter yang membawaku dan dirimu pada Genova. Setelah menyadari keadaanmu, aku memohon-mohon pada Genova untuk membangkitkanmu dari mati dengan memasukkan serbuk magic dari Lynn dan senyawa baru ciptaannya itu ke tubuhmu sepertiku, berkat itu sebuah keajaiban kau kembali hidup. Jadi kau dan aku ini abadi sekarang," imbuhnya.

Kini aku yang gantian menatapnya kalut, "Kenapa? Kenapa aku Fiona?"

"Bukankah sudah pasti?" Ia menggeleng dan tersungging senyum tulusnya. "Karena aku mencintaimu, idiot."

Lontarannnya barusan membuat jantungku seolah ada ribuan stik yang menabuhnya. Fiona mencintaiku? Selama ini?

"Tapi... aku memperlakukanmu seperti..."

"Shït? " Ia tertawa kecut. "Matamu tak bisa membodohiku, Pedro. Kau memang menghancurkanku dari luar tapi aku bisa merasakan emosi orang sesungguhnya dari dalam. Berbeda dari ayahku yang... Tapi kau ini, berbeda."

"Tapi kau mengkhianatiku..."

Diego menggelengkan kepalanya takjub akan kelambananku ini. "Aku menggunakannya untuk membuatmu sadar akan perasaanmu dan kau malah..."

Ekspresiku jatuh saat mengingat kejadian itu, saat aku mengambil keputusan sendiri. Hal itu membuatku seperti orang bodoh atau memang aku orang terbodoh di dunia.

"Fiona, kau ini..." Aku berdecap tak percaya. "Apa kau tahu apa yang ingin aku katakan padamu selama ini?"

Ia menatapku tak mengerti sekaligus penasaran, "Apa?"

"Aku... Akh!" Aku meringis kesakitan atas tusukkan lukaku. Kulihat darah makin derasnya keluar dari lenganku.

Melihat ini Diego menjadi panik, ia bergegas merobek pakaiannya untuk membalutkan lukaku. "Astaga, maafkan aku, Pedro. Terkadang aku ini..!"

"Min'na, kita tak bisa di sini terus," ucap Hashimoto yang baru kulihat. "Aku akan mengaktifkan seluruh bom di gedung ini."

Aku dan Fiona kompak mengangguk.

My Lost Soul | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang