part 4.

1.6K 106 0
                                    

Tata pov.

Seperti rencana yang sudah aku dan Bang Alvin susun matang-kayak mau perang aja-, Keesokan paginya Bang Alvin langsung mengambil cek kosong yang dutaruhnya di kos, Lalu kembali saat menjelang sore hari.

Aku hanya memandang Bang Alvin, dengan aneh. Bahkan Abangku itu punya cek khusus dirinya. Sebenarnya pekerjaan bang Alvin apa?

Setelah menulis nominal yang dibutuhkan, Bang Alvin langsung membubuhi tanda tanganya di kertas tersebut. Dan yang kulakukan hanya memerhatikan. Tahu ekspresiku, begitu polos seperti orang yang tak mengerti apa yang tengah ada digenggaman Abangku itu.

Malam baru saja menyambut saar mobil Ayah terdengar ditelingaku...

Deru mesin mobil itu berhenti, mungkin sudah terpakir dengan rapi digarasi.

Bang Alvin dengan terburu menaruh cek yang sudah disiapkanya itu di sebuah amplop, lalu melipatnya lagi dengan rapi.

Kemudian, pria jakung dengan mata mirip Ayah,-andai saja aku bukan Adiknya aku mungkin sudah menggaet Bang Alvin menjadi pacarku, sayang sekali darah yang sama mengalir ditubuh kami-, berjalan menemui Ayah.

Aku hanya mengekor dibelakangnya... Kak Tari dan Adit, seperti biasa mereka berdua tengah sibuk dengan urusan mereka sendiri. Mungkin hanya aku dan Bang Alvin yang begitu susah karna masalah ini, namun jika berhubungan emosi, Kak Tari lah yang tak bisa mengontrol dirinya, Ia yang paling ingin sekali mencakar Kak Lisa saat matanya saling beradu pandang.

Masih diruang tamu, Bang Alvin langsung saja memberikan cek itu, yang ditanggapi dengan kerutan didahi Ayah.

"Ini apa?" Aku sedikit kasihan pada Ayah, melihat penampilan yang sedikit kusut. Mungkin pekerjaan dirumah sakit, sedikit menguras tenaganya. Kadang aku takut kekebalan tubuhnya menurun, tapi bagi Ayah kekhawatiranku tidak ada artinya, kecuali kekhawatiran Kak Tari.

"Uang yang Ayah pernah berikan pada Lisa. Sebanyak yang Ayah berikan... jadi batalkan pernikahan itu."

Masih hening... sebenarnya aku takut akan reaksi Ayah, dan benar saja...

PLAKKK...

Tamparan itu berdengung ditelingaku, mataku berkaca-kaca karna kerasnya suara tamparan Ayah pada Bang Alvin.

Kenapa Ayah menjadi sekeras ini,,,?

Mungkin karna suara tamparan yang begitu keras, kini kak Tari,Adit bahkan kak Lisa yang sudah bersiap-siap akan pulang berlari keruang tamu.

Dan lagi, mungkin kejadian diruang makan hari lalu akan terjadi kembali.

"Pembangkang. Darimana kamu mendapatkan uang sebanyak ini."

Ayah pasti tak mengira Bang Alvin akan memiliki uang sebanyak itu. Yang ayah tahu, Bang Alvin hanya pegawai kantor biasa, yang gajinya mungkin hanya beberapa juta perbulan, bukan Ayah saja sih, itu yang kami semua tahu tentang Bang Alvin.

Aku bahkan sempat bingung saat melihat nominal di tabungan Bang Alvin yang hanya diketahui olehku dan olehnya. Meski rajin menabung, tapi tak mungkin kan sebanyak itu.

Bang Alvin, menatap Ayah tak kalah tajamnya.

"Aku kerja Ayah. Apa Ayah pikir aku merampok rekening Ayah untuk membantu Lisa."

Dapat kulihat tatapan Ayah sedikit berubah, namun kepalan ditanganya tak kunjung terbuka.

"Kamu pikir dengan memberikan ini. Ayah akan membatalkan rencana Ayah untuk menikahi Lisa."

Dan dengan kasar Ayah merobek cek yang tadi Bang Alvin berikan.

Kami semua hanya melongo.
Lagi, kami tak tahu harus berbuat apa saat melihat geraman Bang Alvin akan sikap Ayah. Kak Lisa mulai menangis, rasanya sudah beberapa hari aku tak pernah berbincang lagi dengan wanita yang beberapa hari ini juga terlihat rapuh.

My guardian angelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang