38.

1.7K 161 20
                                    

up lagi... udah berapa minggu ya nggak update?

mumpung lebaran, anggap aja ini THR yang telat. wkwkwk.

oh ya THR Buat Gabriel katanya kasih voment yang banyak aja. (ngarang)

banyak permintaan. langsung dibaca aja. ini belum diedit typo bertebaran. mohon dimaklumi.

©©©©©©

Tata pov.

Sejak malam itu, sejak kemarahan akan kebahagian mereka menguasaiku.

Tanpa sadar aku telah kehilangan sesuatu yang penting.
Dari perjalanan kehotel tempat kami menginap, dilalui keheningan. Aku yang sedang dipenuhi kemarahan, dan tanpa sadar mengatakan sesuatu yang melukai hatinya, malam itu tak tahu harus berbuat apa. Hanya ikut terdiam menatap punggungnya yang berjalan didepanku, hingga lenyap dibalik salah satu kamar hotel. Aku ada dikamar sebelahnya. Malam itu menjadi malam yang sangat panjang. Malam dimana aku menyesali perkataanku untuk pertamakalinya. Malam yang membuatnya tak bicara padaku selama seminggu ini.

Kak Gab menghindariku.

Tidak ada pelukan , tidak ada lagi suara lembut yang menenangkan. Mulutnya lebih sering terkatup rapat. Kedua bibir tersentuh, tak menyisakan cela. Ekspresinya lebih terkesan datar.

"Sudah sampai," ucapan dengan sorot mata tetap lurus kedepan itu membuatku menghela nafas. Melihat kearah bangunan kampus. Sebelum menengok kearahnya lagi.

Tidak bicara yang kumaksud, bukan berarti Kak Gab tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia mengeluarkan seperlunya saja.
Pria itu masih tetap mengantarku kekampus, menjagaku, menyuruhku makan, lalu mengingatkanku untuk meminum obat. Hanya rasanya sangat beda, saat dulu Ia melakukan semua itu dengan penuh senyum, kecuali yang terakhir dia akan sangat marah dan menjadi pemaksa jika menyuruhku meminum obat. Namun sekarang tidak lagi.

"Kak...," maaf.

Seharusnya empat hurup itu bisa kuucapkan pada kak Gab. Nyatanya, aku belum mengeluarkan itu barang sekalipun, hanya untuk memberitahunya betapa aku menyesali perkataanku.

Kalian pernah kan berada diposisi dimana kalian merasa sangat marah, hanya karna orang-orang yang sudah menyakiti kalian masih bisa berbahagia. Layaknya tak pernah melakukan kesalahan. Sama halnya dengan, melihat mantan pacar bersama wanita lain, lalu kamu marah. Padahal rasa itu sudah hilang, terlebih disampingmu saat ini sudah ada yang lebih baik dari dia. Lalu kenapa? Kamu hanya tidak menerima keadaan dimana dia berhasil melupakan kamu.

Seperti itu. Mungkin seperti itu yang kurasakan waktu itu, yang akhirnya kusadari beberapa jam kemudian, hanya karna kak Gab yang nampak berbeda.

"Nanti kakak jemput. Kalau ada keperluan mendadak nanti kakak telpon, atau nyuruh sopir jemput kamu."

Hanya itu. Hanya itu yang Kak Gab ucapkan sebelum keluar dari mobil, membukakanku pintu, lalu melesatkan mobil itu lagi hingga menjauh dari pandanganku.

Bukan hanya sampai disana, dia mendiamiku.

Aku bahkan masih ingat, seminggu ini kak Gab masih selalu mengetuk pintu kamarku, dia menjadi sedikit sopan, dengan tidak menyerobot masuk, sebelum aku membukakan pintu. Meski pintu kamarku terbukapun, kak Gab hanya akan berdiri diambang pintu, tidak seperti sikapnya yang biasa. Dan yang lebih membuatku merasa sangat aneh dengan perasaanku, saat Ia hanya mengucapkan kata singkat, dengan menghilangkan nada jenakanya,

Ayo makan.

Saat itu, aku merasakan kekosongan yang lebih parah, dibandingkan saat Ayah mengirimku kesini.

My guardian angelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang