26

1.3K 115 2
                                    

Tata pov.

"Will you marry me? Ta?"

Kata yang dinantikan oleh setiap wanita untuk ia dengar. Kata yang menimbulkan perasaan bahagia membuncah. Alih-alih bahagia, kata itu malah membuatku memandang pria didepanku ini penuh tanya.

Apa Kak Gab sedang bercanda?

Toh juga dia belum memberikan kado ulang tahun untukku, bisa saja kan sebagai kado dia ingin mengerjaiku saat ini?

"Maksud kakak?,"

Dia memamerkan senyum manisnya, membuatku semakin bingung.

Tolong siapapun bangunkan aku dari mimpi ini? Tidak mungkin kan Kak Gab_

Pikiranku terhenti saat Kak Gab menunduk, meletakkan kepalanya tepat dibahuku, lalu tanganya melingkari pinggangku.

Lalu gelenyar aneh itu datang lagi,,,

Dan kata yang tak ingin ku dengar,,, terucap begitu saja,

"Aku menyukaimu Ta. Aku menyukaimu, sejak pertama kali kamu menabrakku, lalu mata itu, tatapan itu seperti menarikku agar lebih dekat denganmu.

Aku menyukaimu, bukan perasaan suka sebagai kakak Adik, melainkan rasa suka yang seharusnya.

Aku menyukaimu, wanita yang pertama kali dibawa adikku kerumah, dan Ia anggap sebagai sahabatnya.

Aku menyukaimu, wanita yang dengan begitu cepat masuk kekeluargaku.

Aku menyukaimu, wanita yang dengan penuh beban tersembunyi dibalik senyumanya,"

Aku terpaku,,, meneguk ludahku dengan kasar,,, seolah tadi perkataan panjang dan romantis itu, tak lebih dari sekedar hukuman mati bagiku.

Kalaupun Kak Gab serius,

Seharusnya Ia mengatakan,

Will you be mine?

Dimana kami mencobanya secara perlahan. bukanya, langsung

Will you marry me?

Tapi walaupun Ia mengucapkan kata yang pertama.

Aku tetap tak tahu harus merespon apa?

Bahkan sekarang,
Aku masih tak tahu harus menjawab apa, hingga Kak Gab tiba-tiba melepas pelukanya, lalu menatapku dengan pandangan itu lagi, pandangan yang seolah menenggelamkanku disana,

"Aku menyukaimu, wanita yang sangat berhasil menarikku, membuatku berharap di setiap bangunku ada dirimu di sisiku. Aku menyukaimu Ta. Sangat menyukaimu."

Seperti hukuman matiku sudah ditetapkan, tubuhku langsung lemas.

Bukan ini yang aku mau.

Bukan! Aku hanya menganggap Kak Gab sebatas seorang kakak tak lebih dari itu,

Bukan perkataan ini yang ingin aku dengar.

Tuhan! Merapalkan sang pencifta itu lagi, setelah hampir ku lupakan.

Apa yang sedang kau susun? Skenario seperti apa lagi?

Aku? Aku,,,, kenapa harus Kak Gab?

Dari sekian banyak orang,,, kenapa harus orang yang sudah ku anggap keluarga sendiri.

Pria itu tahu bahwa aku masih menyukai Kak Abas dengan sangat.

Pria itu tahu,,, dan kenapa Ia malah mengatakan ini.

Aku tak ingin menyakitinya.

"Tapi, kak," dia menyuruhku diam.

Alih-alih mendapatkan tatapan marahnya yang sudah kubayangkan, lalu tatapan kebencianya. Tapi semua itu tidak ada,,, dia malah memamerkan senyum seperti biasa.

My guardian angelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang