41.2

1.6K 184 16
                                    


Tata pov.

Aku memandang aneh suasana Awkward pagi hari ini dimeja makan.

''Tari berangkat ayah.'' Ucap kak Tari. Dia bangun menyalami tangan ayah, bang Alvin. Dan entah kenapa, kak tari juga menyalami tangan kak Gab, yang dibalas senyuman pria itu.

Apa-apa an?! Aku memandang kesal kearah kak gab.

Adit juga bangun beberapa menit kemudian.

Hingga menyisakan suasana yang semakin aneh antara aku, Ayah, bang Alvin dan kak gab, hingga membuat ku menahan nafas, meminum air karna tenggorokan ku terasa tercekat. Tapi sepertinya hanya aku yang merasa aneh, karna tiga orang lainya biasa-biasa saja. Terlebih kak Gab yang memasukkan tiap suap nasinya seolah sedang sarapan dirumah sendiri.

''Saya akan kembali besok, ayah.'' Ucap kak gab memecah keheningan.

Besok? Jadi kami akan kembali be_

Tunggu?! Tadi aku tidak salah dengar kan.

Ayah?! Aku menoleh kearah kak Gab sambil menahan tawa. Sejak kapan kak gab memanggil Ayah dengan sebutan Ayah juga.

Hahaha.... Dasar sok akrab.

''Kenapa tidak menginap lebih lama lagi.''

Jadi, kemarin malam kak gab berniat untuk menginap dihotel saja sebelum kita kembali ke malang. Tapi karna tak mau tinggal disini sendirian, aku meminta izin pada ayah agar pria satu ini dibiarkan menginap. Dan tak ku sangka ayah mengizinkan.

''Ada masalah dirumah sakit, Seseorang harus cepat dioperasi. Dan masalahnya cukup serius.'' Ucap kak Gab. Pria itu terlihat santai sekali.

Dan seterusnya ayah dan kak gab terus membicarakan 'masalah apa saja yang kak gab hadapi sejauh menangani pasienya selama ini. Beberapa kali ayah berkomentar dan memberikan saran. Bahkan pria paruh baya itu juga menceritakan bahwa dulu ia juga pernah mengalami hal yang sama, seperti yang kak gab alami. Rasanya aneh, saat melihat ayah dan kak gab berbicara seakan mereka akrab. bahkan saat mendengar kak gab terkekeh hanya karna pembicaraan mereka yang jauh dari kata lucu. Mengingat kemarin dua orang ini seakan mengibarkan bendera peperangan, lalu sekarang seakan berada dikubu yang sama. Itu terdengar sedikit aneh.

''Makan ini juga!,'' kak Gab meletakkan satu sosis gulung ke piringku.

Aku menolak, mengembalikan itu ketempat semula, yang dibalas pelototan galaknya. Dan pria itu sudah akan mengambilkanku sosis gulung lagi. Saat aku sekali lagi menolak dan menunjukkan wajah engganku.

''Tidak ada penolakan Tata.'' Bantah kak gab.

Aku memandangnya kesal, ''aku tidak bisa memakan ini karna sedari tadi kakak dan ayah terus membicarakan tentang pekerjaan kalian yang membuatku ingin muntah. Tak bisakah kakak menunggu hingga aku selesai lalu meneruskan perbicangan kalian diruangan kerja ayah!.'' Ucapku dengan intonasi yang lebih tinggi.

Hell! Andai saja pria ini tahu, pembicaraanya dengan ayah sedari tadi membuat perutku mual.

Kerusakan retina, tumor, kanker. Hoekk! Aku sudah ingin muntah saat membayangkan itu. Bukan aku tak bisa, tapi setidaknya seharusnya Ayah dan kak gab tahu tempat, bukan malah membicarakan hal-hal yang 'euww' saat kami sedang makan. Apalagi saat pembicaraan usus yang membengkak lalu busuk, ditambah lagi kak gab yang menyodorkan sosis gulung yang entah dibayanganku malah mirip seperti usus.

''Apa hubunganya?,'' aku tak percaya kak gab menanyakan itu dengan wajah tanpa dosa.

''Tentu saja ada hubunganya!. Aku tidak bisa makan dengan bayangan usus busuk, tumor,, dan erggh segala macam jenis penyakit yang kakak bicarakan itu!.'' Aku menunjukan wajah ngeriku agar kak gab mengerti, namun dasar otak dodol kak gab ini sedang kumat.

My guardian angelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang