33.

1.3K 123 2
                                    

Tata pov.

Kadang ada sesuatu hal yang tak punya alasan pasti untuk kamu benci, tapi terpaksa kamu benci.

Hanya karna dia sudah sangat berhasil membuat seseorang mengalihkan pandanganya darimu, bukan berarti kamu harus memberikanya cap dibenci.

"Kalian sedang apa?," suara instrupsi yang membuat pelukan kami mengendur.

Aku menghela nafas, mendapati wanita yang seharusnya kupanggil kakak, mengingat dia adalah anak tiri ibuku, tengah berdiri menatap kami dengan alis terangkat.

Seperti biasa dia selalu tampil cantik setiap harinya. Dengan balutan dress selutut yang seolah merupakan ciri khas dari seorang Andini Wulandari.

"Ada apa?," tanya Kak Gab sambil memasang senyum tifis. Nada suaranya terdengar tidak bersemangat, mungkin karna suasana tadi, dimana dia tidak berhasil membujukku.

Sudah tahu aku itu juga keras kepala seperti Adis.

Dan bukankah sudah kukatakan, aku ingin menikmati kebersamaan kami.

"Aku hanya mampir," ucapnya.

Ia mendekat, namun pandanganya menatapku penuh selidik. Matanya yang memang sudah sipit itu, seakan hilang.

Why? Apa salahku? Sehingga dia memandangku seolah aku ini terdakwa pembunuhan berencana yang membunuh keluarganya. Seharusnya aku yang memandangnya dengan pandangan seperti itu. Karna dia berhasil merebut Mama, dan juga membuatku kesal akhir-akhir ini.

"Kalian sedang apa tadi?," tanyanya lagi.

Wanita ini, punya penyakit kepo akut ya? Tidak sadar apa, jika seseorang tidak menjawab atau mengalihkan pembicaraan, itu berartinya Ia tidak ingin membahas tofik itu.

Pantas saja tuhan memberikanya fisik yang sempurna. Tapi kadar pikiranya 0%. Sudah tidak peka, serakah, kepo akut, aku akan mencari kekurangan yang lain untuk ku jadikan sugesti bahwa aku lebih baik darinya.

Tuhan memang adil.

Jadi bertanya-tanya kenapa aku berubah menjadi membenci semua orang seperti ini.

"Pelukan." Jawab kak Gab singkat.

Dan bukan berhenti, wanita itu malah menjadi semakin gencar saja. Dan aku hanya diam, menjadi sedikit anggun untuk beberapa menit.

"Apa kamu berpikir aku buta, sehingga aku tak tahu bahwa kalian tengah berpelukan Gab,"

Lah, terus kenapa harus bertanya tadi?

"Yang kumaksud kenapa kalian berpelukan?,"

Aku ingin sekali bergurau dan memecahkan suasana menegangkan ini, dengan mengatakan, bahwa:

Karna kami teletubies.

Tapi kuurungkan karna melihat tatapan tajam Kak Gab yang menyuruhku untuk tidak berbicara omong kosong.

"Gab,  kenapa kalian berpelukan?"

Dasar wanita tidak sabaran. Aku menemukan satu lagi kekuranganya.

Seharusnya tadi dia bertanya langsung tentang kenapa kalian berpelukan? Jika ingin mendengar jawaban tentang alasan kami melakukan itu.

Bukan bertanya kalian sedang apa? Dimana kami malah akan menjawab apa yang sedang kami lakukan.

Dan dia malah marah-marah.

Sebenernya siapa yang bodoh sih?

Kak Gab yang menjawab sesuai apa yang ditanyakan kak Dini.

My guardian angelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang