Stand by Rey's side

5.6K 302 0
                                    

Kalau misalnya aku akan menghabiskan waktuku dengan drama-drama series western pada sore hari. Kali ini akan berbeda karena aku duduk di deretan depan, bersama pacar-pacar pemain basket sekolahku yang lainnya.

Claudia sudah melambai-lambai padaku sedari tadi dan tertawa terbahak-bahak karena melihatku duduk dengan canggung.

Aku tidak mengerti kenapa pacar mereka mendapat kursi khusus begini. Kata Claudia tadi sih, karena tiketnya kami VIP jadi aku bisa duduk disini. Entahlah, intinya aku hanya berharap tidak ada bola yang melambung ke arahku karena kursi ini berada di depan

Host sudah mulai membacakan jadwal dan peraturan pertandingan. Satu persatu lawan dari sma lain mulai memasuki lapangan setelah namanya disebut dengan hebohnya oleh host.

Sampai tiba giliran nama anggota pemain basket sekolahku disebut. Seketika deretan di belakangku berteriak heboh. Ketika Carlo masuk ke lapangan membungkuk dan melambaikan tangan lalu bertepuk tangan heboh. Anggota kedua masuk dan kembali teriakan heboh menyambutnya.

Sampai akhirnya aku mengembangkan senyum karena Rey memasuki lapangan dan host memperkenalkannya. Aku melihat Rey seperti kebingungan mencari-cari sesuatu di tribun. Aku tidak berani berteriak karena fans-fans Rey berteriak menyebutkan namanya histeris. Akhirnya aku melambaikan tangan saja. Berharap dia melihatku

Mata Rey berubah menjadi lebih lega setelah tatapan kami bertemu. Aku hanya bisa tersenyum, dan dia mengacungkan jempolnya kearahku sambil tertawa lebar. Gila! Jantungku bisa berdetak lebih kencang hanya karena hal seperti ini

Perkenalan usai dan akhirnya pemain yang tidak turun pada quarter pertama menempati tempat duduk di pinggir lapangan sementara pemain yang akan turun sedang berkumpul bersama pelatih entah sedang apa.

"Rey turun pertama ya, Ki?"

Aku menoleh pada Dina, pacar Mahmud jika kalian ingin tahu, "Hm, iya. Rey bilang main hari ini"

"Pasti buat skor banyak-banyak. Mau bantai habis-habisan lawannya ya?"

"Hm, mungkin..." Jawabku sekenanya karena aku sama sekali tidak mengerti basket

Kulihat para pemain sudah selesai berdiskusi dan Rey melangkah mendekatiku

"Rey... Semangat ya, jangan keras-keras mainnya" kataku agak menaikkan volume suaraku karena banyak sekali yang meneriakkan nama Rey di belakang sana

Rey tersenyum manis sekali, "Nunduk dikit, Ki"

Aku mengernyit bingung, tapi menurut juga, "Mau ngapain?"

Rey mengecup kilat keningku dan teriakan di belakang sana semakin kencang. Ada suara blits kamera. Ada suara teriakan kecewa. Ada suara ledekkan. Ada suara berkata lagi-lagi. Ah aku malu sekarang

"Udah full lagi deh batere aku" katanya lalu tersenyum, "Dah! Kalo ada yang colek-colek bilang aku ya!" Teriaknya sambil berlari masuk ke lapangan

Di belakangku? Teriakan heboh para supporter mulai membuatku merinding karena malu

...

Mario mengoper bola dan selanjutnya aku bisa melihat Mario tidak mengoper pada Carlo ataupun pada Rey karena jelas sekali mereka dihadang sangat ketat oleh lawan mereka

Aku menggigit bibirku cemas. Bukan karena takut sekolahku kalah, tapi sedari tadi ada anak bertubuh lebih bongsor dibanding Rey yang jadi tampak kerdil begitu mengapit Rey seolah tidak memberi jalan

Aku gemas ingin memukulnya. Aku tidak peduli dengan permainan basket. Yang aku takutkan hanya Rey terjatuh dan atau terluka karena tadi dia hampir tersandung si besar itu

Tadi juga pada saat Rey akan melakukan passing, entahlah benar atau tidak namanya, si besar itu menghalangi Rey dan mengenai pergelangan tangannya. Setelah itu Rey seperti meringis setiap kali melempar bola. Aku khawatir. Aku takut dia kenapa-napa

Apalagi kata Dina tadi, lawan mereka ini adalah lawan mereka tahun lalu di final. Sudah pasti banyak pergesekkan dan aku menjadi tidak heran kenapa Mario dan Carlo bahkan sampai di turunkan pelatih untuk bermain di quarter penuh

"Trey membawa bola! Oper pada Mario! Daaaannnnn! Wow three point for Angkasa Highschool!"

Dan kemudian semua orang dari tribun tempatku duduk bersorak riuh. Aku tidak peduli sekolahku menang. Aku hanya memperhatikan Rey yang terengah-engah di berlari menuju pinggir lapangan bergabung dengan timnya untuk bersorak-sorak.

Belum final saja begini, apalagi final? Rasanya jantungku tidak kuat untuk melihatnya

Dina mengajakku turun untuk bergabung dengan anggota tim basket dan dance yang sudah berteriak heboh di pinggir lapangan, aku menurutinya

Aku sempat melihat Andro dan Farel tertawa di pinggir lapangan dan menyapaku dengan teriakan mereka, sampai akhirnya Rey datang dan menggendongku.

Aku hanya memeluknya dan merasa tubuhku ringan sesaat seperti berputar kemudian dia memelukku erat

"Woi! Lapangan anying!"

"Trey! Pacarannya nanti heh!"

Rey melepaskan pelukannya dan menatap ke arah sumber suara sambil berdecak sebal. Kemudian tersenyum ke arahku lagi dan mengacak poniku, "Efek cas batere tadi bisa menang ya?"

"Ih, mulai. Kan yang usaha kamu... Sama tim kamu"

"Aku menang buat kamu loh" katanya lalu nyengir dan ya Tuhan manis sekali ciptaanMu ini

"Gak perlu menang. Yang penting kamu gak kenapa-napa"

"Oh iya, kalah juga gak apa-apa ya? Yang penting menangin hati kamu"

Aku mencubitnya "Kamu! Aku yang khawatir setengah mati, malah bisa-bisanya gombal"

Rey meringis, "Tapi tanganku sakit beneran, cium dong" katanya sambil menyodorkan tangannya padaku

Aku tertawa pelan, "Rame..."

"PACARAN MULU LO! Dipanggil bos besar noh!" Omel Carlo kemudian menggeret paksa Rey yang meringis menatap kepadaku seolah minta pertolongan

Aku hanya mampu melambaikan tangan ketika Carlo membawa paksa pacarku

The Right Side Of Rock BottomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang