It wounded so deep

4.5K 283 0
                                    

Kalau aku biasanya cuek. Kali ini aku mencoba lebih peka. Selama disekolah, aku benar-benar bersikap normal. Tapi aku tahu, Andro mengawasiku dengan baik. Bahkan Mario juga melakukan hal yang sama dan menangkap gerak-gerikku.

Aku memperhatikan Rey yang sedang mendribel bola untuk pemanasan. Di pinggir lapangan ada tim dance yang berteriak mengelu-elukan yel-yel. Mataku tertuju pada Rey yang sepertinya tidak fokus karena gagal memasukan bola. Aku tidak heran. Ada Tamara, dia sudah kembali. Dan mata Rey sesekali melirik ke pinggir lapangan.

Kali ini aku sadar. Waktu itu Rey mencari-cari seseorang di tribun. Bukan aku, tapi Tamara yang Rey cari sosoknya. Hatiku sedikit sesak.

"Kirana..."

Aku menoleh dan melihat Ratu sudah duduk di sebelahku.

"Gue duduk disini, ya?"

Aku mengangguk dan tersenyum.

"Sekali-sekali liat Mario sama Carlo juga, Ki"

Aku menoleh dengan bingung, "Bukannya liat semua juga ya?"

"Jangan bohong sama gue. Lo dari tadi ngelirik Rey sama Tamara"

Aku diam dan menatap lapangan. Mengedarkan pandanganku mencari-cari sosok Carlo disana.

"Waktu kita upacara, gue sama Agnes sama Lila sama Claudia tau. Kalo Tamara ditembak Rey juga"

Aku menatapnya tajam, berharap dia tidak memberitahu siapapun perihal itu.

"Cepet atau lambat pasti kesebar, Ki. Claudia diem aja karena gak mau liat lo kayak sekarang. Ngeliat lo dari tadi meratiin Rey sama Tamara, siapapun yang tau masalah lo pasti tau kalo lo udah tau tentang mereka... Sorry kalo gue ikut campur. Lo baik Ki, lo pantes dapet lebih dari sekedar Rey"

"Gue harus gimana, Rat?"

Ratu mengamit lenganku, "Sabar, Ki. Tanya hati lo sendiri... Cuma lo yang tau jawabannya"

Ayolah hatiku, apa maumu?

"Woi Ratu! Ngapain disono?! Udah sah lu sama Tian?" Teriakan Carlo membuat Tian langsung berdiri dan melemparnya dengan bola basket

"Kalo udah kenapa?! Lo mau nembak Claudia juga?!" Tantang Ratu yang mau tak mau membuatku tertawa juga pada akhirnya

Dan seperti kemarin. Ketika Rey akan bertanding, dia berlari ke arahku dan menyuruhku menunduk. Aku hanya menurut dan tersenyum manis padanya

Hanya saja ada beberapa orang berbisik dan aku dapat mendengarnya jelas, mereka orang-orang yang duduk di sekitarku. Berbeda dengan yang kemarin. Aku tidak terlalu mengenal mereka, tapi aku berusaha mengingat siapa mereka kalau-kalau nanti aku kesal dan ingin melampiaskan marahku

Yang aku ingat hanya kalimat tidak menyenangkan ketika Rey pergi meninggalkanku dan mulai bermain di lapangan

"Mainan baru?"

"Mungkin mainan baru?"

"Punya Rey"

"Oh..."

"Rey doyan yang kurus-kurus ya?"

"Iya kan kayak gak tau Rey aja"

"Ini mainan berarti?"

"Bukannya harusnya Tamara ya?"

"Oh iya, katanya waktu itu nembak Tamara kan?"

"Kenapa jadinya sama yang ini?"

"Mainan Rey, biasalah"

The Right Side Of Rock BottomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang