"Iya, Ma..."
"Kamu sama Rey kan? Nginep aja seminggu engga apa-apa. Lagian ada Farel di ujung jalan situ"
Aku memutar bola mataku sambil sesekali melirik ke arah Rey yang terkekeh pelan
"Mama, kedengeran anaknya ini"
"Siapa suruh kamu speaker. kalau duit kurang, bilang aja. Mas Kahfi lagi dihutan belantara dia, keliling jawa timur pula. Papa kamu sampe gemes pengen kerangkeng itu anak monyet yang suka kelayapan mulu"
"Kalo Kirana diapain tante?"
Aku melirik Rey lagi sambil melotot
"Ada kamu ini Rey, Mama kamu katanya video call tiap pagi ngecek kamu sama Kirana. Tante sampe ketawa loh gara-gara di bilangin kamu makannya banyak banget. Enak ya masakan Kirana?"
"Ih iya tante. Sedaplah..."
"Istri idaman ya?"
Rey tertawa kemudian
"Maaaaa" protesku dan Mama langsung tertawa
"Ini nih, tumben manja begini. Makasih loh Rey udah bikin Kirana keluar manjanya... Hahaha. Dulu pas sama, siapa tuh? Alex? Mana ada manja begini. Padahal pacarannya lama loh. Eh iya, Alex suruh ke rumah juga tuh nanti, bilangin Mama bawa oleh-oleh, lagian Alex itu ya kalo main ke rumah sukanya bawa-bawa sesuatu"
Aku bisa merasakan ada perubahan aura disekitarku, dan kulihat Rey sudah menautkan alisnya...
"Maaaah. Udahan ya..."
"Aah eh, iya sayang. Tidur ya, Rey tolong jagain ya?"
"Assalamualaikum..."
Dan terputuslah sambungan telponku dengan Mama.
Aku melirik takut-takut ke Rey dan benar saja, dia sudah melancarkan aksi marahnya padaku karena genggaman tangannya yang kuat di tanganku
"Alex?"
"Hngggg" aku tidak tahu mau berkata apa
"Mantan kamu sering main ke sini?"
Aku mencoba tersenyum tapi sayangnya Rey malah menatapku tajam
"Kalo ditanya itu jawab Kiranaaaa"
Dan dia sudah menyebut namaku...
"Kamu pacaran sama dia lama? Kapan?"
"Ss ssss Smp Rey" jawabku takut-takut
"Lama?"
"Hng, Setahun? Tapi kan udah lama juga, masih kecil juga waktu itu" baiklah aku mulai merajuk manja sekarang
"Dia sekolah dimana sekarang? Kenapa jadi sering kesini..."
Aku menelan ludah. Bagaimana caranya menjawab kalau mantan pacarku adalah seorang saingan dari Geofan Trey yang kemarin bersitegang dengannya
"Kirana?"
Aku menghela nafas
"Dia anak mana? Kenapa gak dikenalin ke aku? Biar aku tahu dia masih ada perasaan apa gak sama kamu, bisa-bisanya rajin main ke rumah mantan pacar"
Aku merasa tersindir sekarang. Aku tidak tahu mau menjawab apa tidak, aku menggigit-gigit kecil bibirku
"Mau aku cium dulu baru dijawab?"
Mati! Baiklah. Aku menghela nafas, "Hm, tapi kamu jangan marah, kan aku sama dia udah jadi sahabat sekarang"
"Tergantung, kalo temen rasa pacar, aku gak bisa janji gak nonjok dia kapan pun"
Dan rasanya perutku semakin melilit, "Jangaaaan! Kan dia temen aku..."
"Iya makanya, kenalin aku kapan-kapan. Daripada aku salah paham, terus ngirain kamu sama dia ada apa-apa"
Aku menyerah! "Jadi,,, Alex itu..."
"Iyaaa...?"
Aku menatap mata Rey mencari keberanian disana, susah sekali, "Itu, Alexandro Yudhistira" kataku cepat
Raut wajah Rey langsung berubah dan sumpah baru pertama kali aku melihat Rey diam seakan mendapati kenyataan kalau Ikan paus bisa terdampar di gurun sahara, "Becanda kamu"
"Aku serius..."
"Jadi? Kamu mantannya Andro?" Dan aku mendengar Rey nyaris kehilangan suaranya
Untuk fakta yang satu itu. Aku dan Andro memang sepakat merahasiakannya dari siapapun. Maksudku, Andro juga memiliki predikat seperti Rey dan aku tidak ingin terganggu dengan itu. Jadi Andro mengambil kebijakan agar tidak menyebarkan hubungan dan semua kenangan tentang kami
Rey berdiri, dan aku ikut berdiri, meraih lengannya dengan gusar, "Kirana, aku..."
"Jangan marah... Kan udah lama..."
Rey menarikku ke pelukannya. Dan lehernya seperti mengeluarkan urat-urat disana. Rey pasti sedang menahan amarahnya sekarang
Aku memeluknya erat. "Rey..."
Rey mengurai pelukan kami dan tersenyum, "Ki aku,,, maksud aku, dia..."
"Aku gak tau kamu ada masalah apa sama Andro, tapi aku beneran cuma temen sama Andro..."
Rey mengangguk pelan, "Dia pacar pertama?"
Aku menggigit bibirku
"Berarti iya..."
"Tapi kan udah lama..."
Dia membeku menatapku seolah apa yang baru saja dia dengar adalah kenyataan yang diluar batas logika milik seorang Rey
"Rey..." Aku kembali menyebut namanya dengan putus asa,
"Jangan digigit terus bibirnya, udah..." Katanya lalu memelukku lagi, "Gak apa-apa sayang. Aku cuma rada kaget aja..."
Aku memeluknya erat dan kembali menatapnya, "Beneran?"
"Jangan manyun gitu,,,"
Dan selanjutnya aku bisa merasakan kembali benda kenyal itu mendarat sempurna di bibirku.
Perubahan mood Rey memang mengejutkanku, tapi aku lebih terkejut dengan cara kami menyelesaikan masalah. Yang aku tahu hanya, sesak nafas karena lumayan Rey yang semakin intens di bibirku bahkan sesekali menggit bibir dan lidahku pelan, memberikan sensasi lain pada ciuman kami
Entah siapa yang memulai, yang aku tahu, Rey sudah shirtless dan aku hanya memakai pakaian dalamku sampai Rey berkata
"Kamar?"