"Mbak, kok yang jemput bukan Kak Mario atau Kak Farel?"
Aku mengernyitkan dahi tapi tetap berusaha fokus untuk memindahkan omelet yang kubuat ke piring
"Pacar ya mbak? Ganteng banget"
"Hush! Kamu, kalo kedengeran gimana?"
Gita kelihatan kecewa waktu aku menegurnya, "Yah, berarti ini tukang anter jemput yang lain? Yah, kirain mbak punya pacar"
"Bukan, sayang. Mana orangnya?" Kataku sambil membuka lilitan apron dan berjalan menuju ruang tamu
"Di teras" Gita pun berjalan melewatiku, "Mbak, aku berangkat ya"
"Iya" kemudian aku melirik Rey yang sedang duduk, "Rey, gue mandi dulu ya. Lo di ruang tamu aja, sarapan dulu"
Rey berdiri dan tersenyum memandangku, "Cantik banget sih pagi-pagi"
"Duh... Mulai deh, yuk masuk" ajakku
Rey duduk di ruang tamu ketika aku mempersilahkannya dan bisa aku lihat dia sibuk dengan hpnya lagi, sama seperti tadi ketika aku menemukannya
"Sarapan ya? Gue masak omelet ajasih tadi sama tumis brokoli"
"Kalo gak ngerepotin sih, sayang" katanya tersenyum padaku
Aku menghela nafas, "Bentar gue ambilin"
Aku berjalan menuju dapur dan mengambil satu piring kemudian menyendokkan nasi secukupnya dan beralih untuk mengambil omelet dan tumis. Hanya nampan berisi air putih dan sarapan pagi yang aku bawa menuju Rey.
"Istri idaman banget sih"
Aku meletakkannya di depan Rey dan hanya mendengus saja, "Gue mandi dulu..."
"Iyaaa, gih sana, udah mau jam enam nih..."
Aku hanya mengedikkan bahu. Semalam Rey menelponku dan bilang akan mengantarku ke sekolah, jadinya dia bertanya dimana alamat rumahku. Ya sudah aku berikan saja daripada dia bertanya pada Andro atau Mario atau Farel sepupunya itu. Entah kenapa aku nyaman-nyaman saja di dekat Rey. Bahkan aku tidak masalah jika dia harus melihatku belum mandi begini. Tunggu! Ada yang salah denganku dan kenyamanan ini! Haaaah?! Mama!
Parahnya, sekarang Rey malah merubah panggilanku menjadi sayang. Kata Andro, itu memang sudah kodrat playboy memberikan nama panggilan pada ceweknya. Ya ampun, aku tidak mau menjadi korban seorang Rey! Tapi aku mulai menyukainya.
Aku melihat Rey yang sudah selesai meneguk air putihnya dan kembali berkutat dengan hpnya. Aku tidak mau ambil pusing dan mengambil faltshoesku kemudian menghampirinya.
Melihatku yang sudah siap, Rey pun berdiri dan mengajakku ke mobilnya. Rey membukakan pintu penumpang untukku dan kemudian hm... Dia memasangkan seatbelt untukku, sehingga aromanya yang mint itu menyeruak masuk ke indra penciumanku. Hm. Memberikan sensasi tersendiri untukku.
Rey mengemudi dengan pelan dan sesekali bersenandung mengikuti alunan musik, "Kirana..."
"Hm?" Aku menatapnya
"Bisa nyetir?"
"Bisa, kenapa?"
Rey tersenyum padaku, "Siniin tangannya..." Katanya sambil menunjuk tuas gigi mobilnya
"Maksudnya?" Tanyaku bingung
"Lo yang gantiin sini" katanya menarik tangaku dan meletakkannya pada tuas itu, aku sedikit terkesiap karena tiba-tiba Rey menggenggam tangaku, "Kalo ginikan, jadi nyetir sama-sama"
Aku hanya bisa menggigit bibirku karena genggaman hangat tangan Rey