Aku sedikit terkejut pagi ini ketika selesai masak dan mendapati Mario yang sudah duduk dan mengobrol dengan Gita adikku. Terlihat Mario memeriksa PR milik Gita dan sesekali tertawa karena Gita menggumamkan sesuatu
"Kapan datengnya, Mar?"
Mario menoleh kepadaku dan terlihat berpikir, "15 menitan. Kata Farel dia gak bisa jemput, lagi tukeran motor sama abangnya. Abang lo mana? Jarang keliatan deh sekarang"
"Mas Kahfi lagi tidur, akhir-akhir ini sering tugas lab katanya sampe malem" jawab Gita dan Mario hanya mengangguk
"Makan, Mar. Gue mandi dulu" kataku kemudian berlari ke kamar.
Rumahku memang tidak memiliki sisten rumah tangga. Jadi setiap pagi aku akan memasak menyiapkan sarapan. Mas Kahfi yang biasanya membereskan rumah karena kuliahnya siang. Lalu siangnya Papa dan Mama akan pulang kerja dan membereskan rumah juga masak dan sebagainya. Adik bungsuku kebagian membereskan halaman dan taman. Rumah kami memang tidak besar karena Mama maunya anak-anaknya bisa bertanggung jawab untuk membereskan rumah dan katanya sih biar tetap kompak jaga rumah.
Setiap pagi, aku yang biasanya bangun lebih dulu. Kemudian Gita, lalu Papa dan Mama. Dan biasanya aku berangkat sekolah lebih dulu ketimbang menunggu formasi keluargaku lengkap di pagi hari. Selain karena tidak enak pada Mario atau Farel, karena biasanya kalau menunggu mereka bangun maka aku akan terlambat. Kami memang jarang bertemu, karena kesibukan masing-masing.
Aku duduk di sebelah Mario dan melirik Gita yang sepertinya sudah di jemput temannya karena anak itu berdiri menutup pagar.
Mario menyendokkan nasi terakhirnya dan meletakkan piring di meja makan kemudian meneguk air putihnya
Aku hanya menggigit rotiku, "Yuk"
"Sabar, tunggu turun"
Aku mengangguk pelan dan melirik jam tanganku, masih jam 6 kurang 15 pagi
"Si Rey chat apalagi?"
Aku mengingat-ingat kejadian tadi malam, "Nelpon sih sekarang..." Kataku ragu
"Bisa ya, dia. Hati-hati suka modus"
"Iyaaa"
"Emang dia bilang apa aja?"
Aku berpikir sebentar, "Katanya nanti istirahat pertama mau ke kelas"
"Kayaknya hari ini dia mau nganterin lo balik deh"
Aku melirik Mario yang sedang berpikir, "Kok bisa gitu?"
"Namanya juga pendekatan, Kirana"
"Oh yang namanya pdkt kayak gitu?"
"Iyaaa" Mario pun mendesah pelan
"Lo sama Farel nganterin gue mulu, itu pdkt juga?"
Mario tertawa mendengar pertanyaanku, dan segera saja kucubit lengannya
"Pft! Lo maunya gimana? Pdkt?"
"Nyesel gue nanya..."
"Lo udah lama gak pacaran ya?"
Aku mengangguk pelan sambil menggigit kecil rotiku
"Kapan?"
"SMP"
"Lo udah berapa kali pacaran emang?"
"Sekali, pas kelas satu"
Mario terkekeh pelan, "Pantesan, kelamaan sendiri lo"
"Beneran gue udah lama rasanya lupa di pdkt-in"
"Sekarang kan lagi di pdkt sama Rey"
"Duh..."
"Lo udah stalk profilnya?"
Aku mengangguk pelan, "Rame gitu foto albumnya, tag-tag orang"
"Soalnya famous abis, mirip-mirip Andro"
"Kok bisa sih?"
"Lah? Lo gak denger Claudia cerita dia most wanted di sekolah?"
"Masa? Bodo ah, kenapa sih tiba-tiba deket sama gue?"
"Kenapa emang?"
"Abis Rey kayaknya sukanya model-model Amara, Claudia, Ratu..." Kataku menyebutkan deretan anak cheers dan dance di kelasku
Mario mengangguk setuju, "Nah, gue juga penasaran kenapa jadi ke lo yang pendiem gitu"
"Lo gak ada clue?"
Mario menggelengkan kepalanya
Rey is calling you
"Iya kenapa Rey?"
"Kalo gue jemput sekarang, telat gak?"
Aku melirik Mario... "Gue udah di jalan sama Mario"
"Okede, bilang Mario jangan ngebut. Kasih hapenya ke Mario"
Aku hanya menurut saja,
"Hallo.." Mario menjauh dariku dan kemudian berdiri di dekat ruang tamu, "Gak bisa, pulangnya tetep sama gue. Berangkatnya kan sama gue"
Aku termenung dan memasang flat shoesku sambil menatap punggung Mario yang menjulang
"Kayak gue niat nyelakain diri gue ajasih, berisik lu! Hm. Yoi. Bye" Mario pun berbalik arah memandangku dan menaikan dagunya mengajakku berangkat sekolah
Aku masuk ke dalam mobil dan Mario pun mengunci pintu lalu kami berangkat meninggalkan rumahku tercinta
"Sepatu gue, tolong di belakang kursi lo" katanya sambil melirik spion
Aku hanya menoleh dan mencari-cari sepasang sepatu itu dan meletakkannya di kakiku. Kebiasaan Mario adalah memakai sepatu ketika sampai di sekolah, sebelumnya dia akan memakai sandal.
From: Rey
Bilang sama Mario tuh kebiasaan mutusin telpon, bilang sekalian hati-hati bawa separuh hati gue