Mungkin Andro memang satu-satunya orang yang mengertiku saat ini. Dia menjemputku dari rumah Rey ketika Rey masih tidur.
Setelah aku membaca pesan menyakitkan dan menghancurkanku berkeping-keping. Aku menghapus pesan Tamara dan mematikan flight modenya. Kemudian aku menghabiskan waku setengah jam untuk menunggu notif-notif lain masuk. Menutupi jejakku yang sudah membuka isi pesan Rey.
Aku hanya memakai pakaianku lalu berjingit meninggalkan Rey yang tertidur setelah aku berhasil membangunkan Andro. Tante Almira memang belum pulang dan beberapa pelayannya kuminta menutup mulut tentang kepulanganku.
Aku masih memikirkan hubunganku dengan Rey. Benar kata Tamara. Apa jadinya kalau dia menerima Rey? Siapa yang akan Rey pilih? Pastinya Tamara.
Aku masih bungkam. Aku tidak tahu mau bicara apa. Aku hanya ingin mendengarkan lagu yang sedari tadi mengalun lembut seolah menyindirku. Iya
Ya ampun. Drama sekali hidupku. Pacar pertamaku hanya taruhan. Pacar keduaku? Dan kenapa dua-duanya brengsek? (Maafkan aku Andro, waktu itu aku benar-benar marah pada diriku. Tapi tetap, terima kasih sudah menjemputku di tempat Rey)
Rasanya dijadikan pilihan kedua. Rasanya karena mengetahui semua sudah kuberikan. Rasanya... Bodohnya aku tidak pernah mencari tahu siapa Rey sebelumnya.
Andro menatapku penuh tanya. "Ki? Lo melamun"
"Hm"
"Rey gak maafin lo?"
"Bisa kita bahas yang lain dulu, Ndro? Gue pengen ketawa sedikit aja"
"Lo mau lawak receh apa lawak banget?"
"Terserah..."
"Kita telpon Carlo aja biar dia ngejoke. Oke?"
"Jangan..."
Andro mendesah, "Kalo ngomong hadep sini"
"Gue mau mandi, Ndro" kataku sambil membalikan badanku menghadapnya yang sudah menatapku khawatir
"Dia maksa?"
Aku menggeleng, "Gue aja yang bego ngelempar diri ke kandang buaya"
Andro terkesiap, "Ini kedua kalinya gue bawa pulang lo dari sana... Tapi tampang lo lebih kusut dari yang pertama. Kenapa?"
Aku berusaha bernafas, walaupun aku tahu itu hanya gerak refleksku karena aku tidak tahu harus bagaimana. Aku merasa hidupku hancur. Apa aku lebay? Aku tidak tahu. Aku hanya merasa dikhianati. Hatiku bukan sakit lagi tapi ini seperti hatiku benar-benar menutup
Andro menatapku sendu, apa dia tahu? "Lo diapain Ki sama dia?" Tanyanya melemah
Pipiku terasa basah. Aku hanya tidak tahu kalau air mataku bisa tumpah sekarang. Apa yang harus aku lakukan?
"Gue gak bisa ngeliat lo sehancur ini setelah selama ini gue ngeliat lo bahagia Ki... Lo kenapa?"
Aku menghambur memeluk Andro yang entah sejak kapan sudah menepikan mobil. Menumpahkan semua tangisku sementara Andro tampak kebingungan sesekali menunduk menatapku. Mengusap-usap punggungku dan tidak protes ketika aku menangis di pelukannya
"Androooooooooo! Salah gue apasih?"
Andro hanya menghela nafas kemudian membelai puncak kepalaku. "Ki..."
"Gue jijik sama badan gue sendiri. Gue jijik..." Kataku semakin histeris dan merinding ketika aku mengingat apa yang Rey lakukan padaku. Aku merasa gatal dan melepaskan rangkulan Andro
Aku tidak peduli Andro yang berusaha menahan tanganku agar tidak mencakar diriku sendiri. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku ingin menghilangkan bekasnya dariku. Secepatnya.
...
Aku pulang ke rumah setelah aku mandi di rumah Andro. Aku mengambil semua pakaianku dan aku menginap di rumah Andro. Aku tidak peduli. Masih ada beberapa hari lagi orang rumahku kembali. Tapi aku masih belum bisa berada disana. Di kamar terkutuk tempat Rey menjelajahi tubuhku pertama kali
Akan kupikirkan kebohongan apa yang akan kuberikan pada Rey kalau-kalau di bertanya kenapa aku menginap di tempat Andro. Yang aku tahu, selama ini Andro bahkan tidak berani menyentuhku
Aku memakai kardigan hari ini. Berjalan menuju kelasku dan duduk seperti biasa. Tapi ada yang berbeda dariku. Kalau biasanya aku memakai rok rample, hari ini aku memakai span. Kalau aku biasanya mengikay rambutku, hari ini aku gerai. Anggota kelompok bahasaku memandangiku dengan penuh tanya.
Rey berhasil menghancurkanku dalam waktu 6 hari. 6 hari terbodoh dalam seumur hidupku karena sudah melemparkan diriku yang jelas-jelas anak domba tersesat ke buaya kelaparan.
Farel mendekatiku dengan takut, "Lo...? Udah baikan sama Rey?"
Aku menampilkan senyum paling bahagiaku. Mode kepalsuan yang sudah kulatih sejak aku disakiti Andro dulu. Ah ngomong-ngomong Andro, aku tidak cerita apa-apa padanya. Yang dia tahu, hanya aku yang jijik dengan diriku. Dan aku sudah meminta Andro tidak bicara apa-apa pada Rey. Dan dia setuju.
Farel mengela nafas lega, "Terus kenapa berangkatnya sama Andro?"
"Hm, tadi Andro ada perlu gitu sama Daniel. Tau kan? Tetangga gue... Dia minta tolong gitu"
Farel hanya mengangguk mendengar penuturanku
Aku melihat Claudia yang masuk sambil menyanyikan lagu dan kemudian terdiam ketika melihatku, "Lo ngapain dandan begini? Cowok lo yang nyuruh ya? Ck! Kecentilan emang si teri"
Farel menatapku dari atas hingga bawah sekarang, "Si teri nyuruh lo?"
"Gak apa-apa!" Ucap Claudia kemudian menaruh tasnya, dan mencubit pipiku, "Cantiiiiiikkkkk. Kantin yuk!"
"Masih pagi. Ke kantin dapet apaan? Teh pucuk?" Dan Mario sudah berdiri di sampingku
"Ada siomay. Yuk Claud laper gua!" Dan Carlo yang sudah menarik-narik tangan Claudia
"Eh taik. Carlo! Jangan tarik-tarik gue! Lotion gue bisa luntur gegara lo! Carlo! Lepasin! Jangan kdrt! Keras-keras di rumah bisa!"
Dan aku melihat Carlo memukul kepala Claudia pelan, "Jijik gueeeee"
"Lo mau ke kantin emang Ki?" Tanya Davin padaku
Aku mengangguk dan mengikuti Claudia.
...
Mataku mengikuti Claudia yang sedang memonitor latihan dance di lapangan indoor basket sekolah kami. Sesekali dia berteriak menghitung tapi lebih sering menyemangati.
"Tamara! Loyo lagiiii, semangat!" Teriak Claudia
Mataku langsung terfokus pada gadis yang bernama Tamara. Akhirnya aku bisa mengetahui siapa Tamara. Cantik.
![](https://img.wattpad.com/cover/93056609-288-k622942.jpg)