ReyGeofan: Lain kali gue telpon boleh?
KiranaPramoedija: Sure kalo punya nomer gue
ReyGeofan: Lo sering main sama Andro sama Mario ya?
KiranaPramoedija: Gak juga sih, cuma karena bangkunya deketan aja
ReyGeofan: Eh iya gue lupa nanya, itu kenapa bisa lo sama Claudia duduk di sarang penyamun gitu
KiranaPramoedija: Hahaha jahat lo
KiranaPramoedija: Masa blg sarang penyamun
KiranaPramoedija: Gitu2 temen gue Rey
ReyGeofan: Abis cowok semua kan he he
ReyGeofan: Waswas gue kalo2 lo diapa2in
KiranaPramoedija: Dih mau pindah kemana juga gak ada tempat, udah pw juga
ReyGeofan: duduk deket Ratu kan ada meja kosong
KiranaPramoedija: Lo meratiin isi kelas gue?
ReyGeofan: Buat nyariin lo tempat aman
KiranaPramoedija: Disitu enak kok, dijagain sama mereka, dicontekin pula
ReyGeofan: Hahaha jangan suka nyontek sama mereka, pake jaket kalo seragam ketipisan, menang banyak mereka tuh
KiranaPramoedija: Iya cerewet
ReyGeofan: Wih, diperhatiin malah ngatain
ReyGeofan: Jadi gemes
KiranaPramoedija: Rey gue tidur duluan ya, bsk ada piket
ReyGeofan: Iya, baru aja mau gue suruh tidur
ReyGeofan: Gue boleh gantiin Farel gak?
KiranaPramoedija: Gantiin? Farel? Maksudnya?
ReyGeofan: Kapan2 anter jemput lo
KiranaPramoedija: Oh, blg Mario juga ya, dia juga suka jemput sama makan dirumah
ReyGeofan: Sip. Tidur gihAku mengetuk-ngetuk dasboard mobil Mario sambil memandangi Mario yang sedang menyetir dan sesekali melirik ke depan. Untung saja pagi ini masih lengang, untung saja sekolahku ada di dalam kompleks perumahan, untung saja, karena kalau tidak, bisa dipastikan aku sudah serangan jantung karena Mario membaca isi chatku sambil menyetir
Aku mengambil kembali hp ku setelah Mario memberikannya dan menatapnya penasaran. Aku jadi seperti abg labil begini. Tunggu, bukannya memang?
"Gencar juga si teri..."
"Heh?"
Mario menatapku sekilas lalu kembali fokus pada jalanan dan bersandar di kursinya, "Lo nanggepinnya out of the blue gitu, dia masih nanggepin. Gencar nanya-nanya lo. Kalo gue sih dibalesin kayak gitu sama cewek mah langsung kepikiran mundur. Lah dia..."
Aku diam melihat lagi isi chatku semalam di facebook dengan Rey, sesekali mengernyitkan dahi. Benar juga kata Mario, kenapa Rey gencar bertanya padaku?
"Lagian nih si teri udah tau lo dianter jemput sama gue atau Farel. Dia pasti nanya-nanya tentang lo ke anak-anak"
Aku mendesah, "Kok gue gak tau apa-apa tentang dia ya?"
"Tanya mantannya aja"
"Lucu lo, masa nanya ke mantannya"
"Mantan tuh paling tau urusan suka sama apa yang gak disukain mantannya. Biasalah flashback. Tanya aja kalo penasaran. Soalnya kalo lo nanya ke anak cowok, mana ngerti kita gituan. Kalo nanya langsung ke orangnya, emang berani? Mending nanya mantannya"
Benar juga kata Mario. Tapi masa nanya ke mantannya? Aku saja tidak tahu siapa deretan mantan Rey yang katanya playboy itu, lagi pula bukannya itu bisa menyakiti hati si mantan ya? Kesannya aku sedang pamer kalau dekat dengan Rey. Uh, bahkan sekarang aku sudah mulai tertarik pada Rey. Aduh. Kenapa pesona Andro yang katanya cogan di sekolah tidak mempan padaku malah pesona Rey yang kena?
"Mantannya yang ini baik kok, pacarannya pas 6 bulan yang lalu kayaknya"
"Siapa emang?"
"Ratu"
Aku tersedak.
...
Masih jam istirahat pertama, mejaku sudah penuh dengan Andro, Farel, Claudia, Carlo, Mario, Davin, Lian dan bertambah satu lagi Satria. Sebenarnya sedari tadi sedang heboh membicarakan tugas bahasa indonesia untuk memerankan drama karena kami satu kelompok. Kenapa kami bisa satu kelompok? Itu karena mereka yang bergerombol di mejaku saat Bu Hana masuk dan mereka tidak menyadarinya malah sibuk bergosip tadi pagi.
"Terus dramanya gimana kalo gampang-gampang, entar-entar, selow-selow mulu" omel Claudia ke sekumpulan anak laki-lali itu
Aku mengangguk setuju, "Gimana? Mau pake naskah yang mana?"
Andro mengambil salah satu kopian naskah yang tadi sudah diberikan Bu Hana kepada kelas kami. "Ini aja ni... Wih gila Bu Hana,,, ehm! Ck! Kenapa gak ada yang bener dari naskahnya"
"Ya, Rabb! Bagus sih, antimainstream emang ini guru" kata Farel sambil membalik-balik halaman demi halaman salinan naskahnya
"Kalo gue sih setujunya pake yang 'pleacur' itu, lebih bermoral"
Perkataan Davin membuatku tersedak. Memangnya dari tadi naskahnya bagaimana? Yang benar saja Bu Hana memberikan kami naskah seperti itu.
"Lagi isu-isu kayak gitu kan? Bagus tuh pake pelacur aja. Kalo pake yang 'Cowok' kita harus bikin party atau ke club, mending 'Pelacur' nih dari tadi scenenya di kamar mulu, hemat biaya broh"
Aku meneguk saliva mendengar ucapan Davin, heh yang benar ini drama macam apa
"Bisa, lagian naskahnya bagus" Claudia ikut setuju
"Sih, enak juga yang satu jadi Mami kan? Yang satu pelacurnya, pas lah" Lian ikut-ikutan
"Gue nanti jadi editor aja" kata Satria
"Gue directornya, jadi bagian record nanti gue semua" kata Farel
"Fix ini mah para cogan jadi langganan hahaha" ucap Claudia sambil menunjuk Andro yang mulai ngedumel
"Bisa, kan gue jadi bapaknya si pelacur itu" kata Lian
"Nah, si Clau cocok banget jadi mami" dan aku langsung melirik pada Carlo
"Bener-bener... Si polos ini cocok banget perannya" Claudia menunjukku
"Tapi..." Akhirnya aku bersuara juga, "kan gue masih dibawah umur"
Mereka diam, aku diam. Berusaha mengartikan tatapan mereka yang sedang menatapku bingung
"Please lo belom baca naskah?" Tanya Davin akhirnya
Aku mengangguk
"Isinya tentang anak sma terpaksa jadi pelacur dan dia datengin mami" Jelas Farel padaku
"Lo mau adegan gituan?" Tanya Mario
"Nanti aja sama Andro ya, dia jago"
"Si bangsat malah gue!" Dan Andro langsung menjitak kepala Lian
Claudia langsung memelukku dengan eratnya dan mencubit-cubit pipiku, "Polos banget anak mami, jadi gak rela ngasih ke Rey"
"Eh, si Rey gak kemari noh?" Tanya Satria akhirnya
"Kata dia, istirahat kedua" sahut Carlo
Aku hanya menganggukan kepala
"Kok lo santai-santai aja sih di deketin Rey?"
Aku menoleh pada Lian dan kemudian mengedikkan bahu lalu melepaskan pelukan Claudia
"Hati-hati tuh sama Rey, kayak bener aja dia tuh deketin lo"
Aku mengangguk mendengar ucapan Satria
"Kayak lo bener aja, Toa mesjid" omel Andro pada akhirnya
"Lu berdua juga cepet tobat, Mar, Ndro. Samlekom gue sholat dulu" kata Lian lalu meninggalkan kami