Yang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mencari pengganti. Tapi cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah.
Langit Konoha tampak cerah, seorang laki-laki berambut perak menatap burung elang pembawa pesan dari desa Sunagakure. Ia segera melepas pengait kertas di salah satu kaki si burung. Isi surat membuat dahi laki-laki itu berkerut. Sunagakure mengadakan pesta perayaan lima tahun selepas perang shinobi keempat. Lebih parah lagi, ada note pendek di bagian akhir.
PS : Para undangan diharapkan membawa pasangan
Gila! Ide siapa ini? Ia tak yakin Kazekage Gaara yang memberi perintah. Laki-laki itu mengurut kening. Bisa saja hal itu terjadi. Bukankah Kazekage desa Suna masih terlalu muda? Mungkin ia juga menyukai pesta atau sekadar dansa-dansi.
"Permisi." Laki-laki itu menoleh dan melihat gadis berambut merah muda diikat berdiri membawa beberapa berkas.
"Sakura, ada apa?"
"Aku ada beberapa dokumen yang harus Hokage Kakashi tanda tangani." Sakura menyerahkan dokumen tersebut di meja Kakashi.
Rasanya aneh mendengar salah satu mantan murid itu memanggilnya Hokage padahal ia dulu memanggilnya sensei.
"Pembangunan klinik medis terbaru?" tanya Kakashi.
Sakura mengangguk. "Lima tahun selepas perang Shinobi, kita masih harus banyak berbenah. Rakyat Konoha banyak yang belum sembuh dari trauma. Kami perlu klinik baru untuk menyembuhkan mereka secara psikologis."
Kakashi mengangguk sebelum membubuhkan tanda tangan di dokumen tersebut. Ia lantas menyerahkan pada Sakura yang telah mengulurkan tangan.
"Eh, Sakura, apakah kau terlalu sibuk?" tanya Kakashi teringat pesan dari desa Suna barusan.
"Err, sedikit. Ada yang bisa saya bantu, Hokage-sama?" tanya Sakura canggung.
"Ah, tidak. Aku hanya perlu sedikit bantuan darimu. Maksudku, aku adalah sensei-mu 'kan? Kau tidak keberatan jika pergi denganku besok malam? Sebagai murid dan guru."
Sakura mengernyit dan Kakashi menyerahkan sepucuk surat dari Sunagakure. Bukan merasa canggung lagi tapi Sakura malah tertawa terbahak-bahak.
"Mungkin seharusnya Kakashi Sensei segera mencari pacar." Sakura menyerahkan surat itu balik. "Berhubung tidak punya pacar, aku akan menemanimu."
Sakura melambai dan terkikik pelan. Sedangkan Kakashi merasa warna wajahnya berubah seperti buah tomat. Seharusnya ia mengajak Anko atau siapa saja yang seangkatan dengannya bukan Sakura. Gadis itu masih kecil. Kakashi menggeleng. Tidak! Sakura tidak lagi seperti beberapa tahun lalu saat masih menjadi anggota tim 7. Ia telah tumbuh dewasa dan errr...cantik. Ah, sial!
***
Kakashi jarang sekali melihat Sakura berpakaian biasa selain pakaian ninja yang sering ia gunakan saat menjalani misi. Entah kenapa, perasaannya campur aduk. Ia tidak mengerti.
Setelah menunggu beberapa menit, Sakura keluar rumah dengan memakai pakaian yang bisa membuat mata lelaki terbelalak. Ia memakai dress pendek selutut warna merah dengan potongan V-neck. Kakashi benci sekali saat sebagian dari dirinya berharap potongan dada Sakura lebih rendah.
"Sudah siap?" tanya Kakashi mantap.
Sakura mengangguk dan mengaitkan tangannya di lengan Kakashi. Seharusnya ini biasa karena Kakashi adalah seorang sensei bagi tim 7. Tapi bukankah itu sudah bertahun-tahun lalu?
"Anda keberatan, Hokage?" tanya Sakura formal.
"Aku lebih nyaman jika kau memanggilku Sensei, Sakura. Dan, aku sama sekali tidak keberatan."
Sangat senang lebih tepat.
Sakura tersenyum. Kakashi baru sadar kalau muridnya ini memang terlahir cantik dan manis. Ia telah tumbuh dewasa dari cara berpakaian dan bentuk tubuhnya. Rambutnya yang merah muda dipilin rapi ke samping. Sejak kapan Kakashi begitu ingin merapatkan tubuh pada Sakura? Ini janggal dan tidak seharusnya. Kakashi terpejam dan membiarkan tangan mungil Sakura tetap menggamit lengannya. Apa ia mulai menyukai gadis yang begitu diidolakan Naruto itu? Ini tidak boleh terjadi. Tidak!!!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
FanfictionYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...